Berbicara mengenai permasalahan kemiskinan, ketimpangan, dan pengangguran, terdapat satu peristiwa kelam bagi sejarah ekonomi politik dunia pada tahun 1900an yang kemudian memunculkan satu teori pendekatan ekonomi politik baru yang hingga kini masih relevan, yakni pendekatan Keynesian. Awal mula munculnya pendekatan ini dimulai pada sekitar awal abad ke-20an di mana paham perekonomian masih melekat pada paham faire-laissez passer yang merujuk kepada mekanisme pasar bebas yang seringkali dianggap sebagai semboyan dari para kaum klasik dan neoklasik. Mengacu pada pendapat Jean Baptiste Say yang menyatakan bahwa penawaran akan senantiasa menciptakan permintaanya sendiri. Berangkat dari hal tersebutlah yang kemudian mendorong berbagai perusahaan untuk bersaing dalam memproduksi barang sebanyak mungkin yang pada akhirnya menjadi tak terkendali.Â
Hingga pada tahun 1930an terjadi salah satu peristiwa kelam dalam dunia ekonomi ialah The Great Depression atau depresi 1930 di Amerika Serikat yang meluluhlantahkan sendi-sendi perekonomian masyarakat dan juga negara. Peristiwa ini juga turut mempengaruhi ekonomi di seluruh dunia, utamanya pada aspek perdagangan ekspor. Pengangguran yang membludak, terjadinya rush money atau penarikan deposito dan tabungan besar-besaran oleh masyarakat, harga dan permintaan komoditi perdagangan pasar global yang merosot tajam, serta berbagai faktor lainnya menjadi mimpi buruk pada peristiwa ini yang berhasil membuat tidak hanya Amerika Serikat sebagai negara adidaya berada dalam krisis serta keterpurukan, melainkan juga dunia.Â
Peristiwa inilah yang kemudian mendorong ekonom asal Inggris, John Maynard Keynes untuk Keynesian, atau teori Keynes merupakan suatu gagasan sistem ekonomi yang didasarkan pada pemikiran John Maynard Keynes, seorang ekonom Inggris di abad ke-20. Keynes sendiri mengkritik pemikiran politik klasik dan menolak pasar mengatur sistemnya sendiri dengan pola self-adjustment dan invisible hands. Keynesian menyatakan bahwa kapitalisme yang sudah dijalankan menurut teori klasik cenderung tidak stabil dan menghambat perwujudan full employment. Di sisi lain, Keynes yang juga merupakan seorang murid dari Alfred Marshall (pemikir neoklasik) tak serta merta menghilangkan unsur pemikir klasik dan neoklasik dimana Ia banyak memperbaharui atau merumuskan kembali doktrin-doktrin dari kedua pendekatan tersebut. Keynesian juga menolak ide terkait nasionalisasi, pengontrolan upah-harga, dan intervensi pemerintah yang berlebih dalam penawaran permintaan. Untuk mengembalikan ekonomi yang lesu, menurutnya negara dapat melakukan kebijakan defisit anggaran dan meningkatkan pengeluaran untuk menaikkan permintaan, bukan dengan cara menurunkan harga dan upah seperti teori klasik.
Gagasan Keynesian ini kemudian menjadi bidan bagi lahirnya teori makroekonomi yang mengartikan bahwa pemerintah harus ikut campur tangan dalam perekonomian agregat meski tidak dominan. Pokok dari kebijakan makro Keynes adalah tentang bagaimana pemerintah mampu memberikan pengaruhnya terhadap permintaan agregat (yang dengan demikian turut memberikan pengaruh terhadap situasi makro), guna mendekati posisi Full Employment-nya. Permintaan Agregat sendiri merupakan semua jumlah uang yang dibelanjakan oleh setiap susunan masyarakat baik untuk membeli barang maupun jasa yang diakumulatifkan dalam satu tahun. Menurut Keynes, segala sesuatu yang terjadi dengan permintaan agregat masyarakat dapat menentukan situasi makro dalam suatu perekonomian. Â Apabila permintaan agregat melampaui penawaran agregat (atau output yang dihasilkan) dalam periode tersebut, maka akan terjadi kondisi "kekurangan produksi". Pada periode berikutnya output akan naik atau harga akan naik, atau keduanya terjadi secara bersamaan. Namun, apabila yang terjadi sebaliknya, dimana permintaan agregat lebih kecil daripada penawaran agregat, maka kondisi kelebihan produksi akan terjadi. Pada periode selanjutnya output akan turun atau harga akan turun, atau keduanya terjadi secara bersamaan pula. Dalam perekonomian tertutup permintaan agregat terdiri dari 3 unsur:
- Pengeluaran Konsumsi oleh Rumah Tangga (C)
- Pengeluaran Investasi oleh Perusahaan (I)
- Pengeluaran Pemerintah
Terlepas dari perkembangan dan percampuran Keynesian Baru, Pasca-Keynesian, synthesizer, eklektik, dan lain sebagainya, kecenderungan dominan dalam teori serta kebijakan ditetapkan oleh doktrin Mazhab Chicago (Chicago School). Ekonomi klasik baru yang digaungkan oleh mereka hanyalah versi yang disempurnakan secara matematis dari ekonomi klasik lama yang telah "digulingkan" oleh Keynes pada 1930-an. Pasar menurut Mazhab Chicago, dianggap dapat mengatur diri sendiri secara optimal (optimally self-regulating); tugas makro ekonomi pemerintah dibatasi untuk memelihara "uang yang sehat"; tugas pemerintah dalam ekonomi mikro juga ditujukan untuk membebaskan pasar untuk menurunkan tingkat pengangguran alami. Runtuhnya komunisme pada tahun 1990 memungkinkan untuk memulihkan ekonomi dunia tunggal berdasarkan anggaran berimbang untuk pertama kalinya sejak 1914. Hal ini mendorong perdagangan bebas dan pergerakan modal tak terbatas. Hal ini menjadi sebuah"resep" kesuksesan ekonomi sama seperti pra 1914. 'Globalisasi' kemudian dalam perkembangannya menjadi alat penyebarluasan sistem pasar tersebut di seluruh dunia hingga saat ini.
Peristiwa krisis ekonomi tahun 2007-2008 justru menghidupkan kembali pemikiran-pemikiran Keynes. Ekonomi neoklasik yang disebut-sebut sebagai 'The Great Moderation' yang membenarkan "rezim baru" pasar yang di deregulasi nyatanya berlangsung kurang dari 10 tahun. Dari perspektif hari ini, hal itu tidak sesuai dengan masa 'The Roaring Twenties', yang melalui kejadian Depresi Hebat di tahun 1932. Dengan keruntuhan keuangan di tahun 2007--2008, kepercayaan terhadap ekonomi neo klasik pada pasar self-regulated telah terbukti hanya menjadi sebuah ilusi dari kepercayaan klasik lama. Tujuan dari Teori Umum Keynes atau General Theory (Keynes 1973) adalah untuk menjelaskan bagaimana suatu perekonomian dapat terjebak dalam jebakan lapangan kerja (employment trap)Â yang rendah. Penjelasan ini diberikan oleh teori permintaan efektif (the theory of effective demand). Permintaan akan efektif pada titik di mana jadwal penawaran (demand schedules) dan permintaan agregat (aggregate supply) saling berpotongan. Teori permintaan efektif menyatakan bahwa setiap ketidaksetaraan antara keduanya dihilangkan lalu diseimbangkan oleh perubahan output (atau pendapatan) bukan harga. Begitulah cara ekonomi bisa terjebak dalam atau "terombang-ambing" di dalam keadaan "under-employment equilibrium". Teori pendapatan atau pekerjaan (The theory of the income or employment multiplier) menunjukkan banyak permintaan ekstra yang perlu dipompa ke dalam ekonomi yang terus tertekan untuk membawanya kembali kepada keadaan lapangan kerja penuh (full employment). Model pendapatan atau pengeluaran secara konvensional dianggap sebagai inti dari teori Keynesian yang intinya adalah bagian dari teori Keynes yang paling cocok untuk membuat suatu kebijakan di dalam era kontemporer saat ini.
Dalam General Theory (GT), ekspektasi dianggap sebagai suatu hal yang diberikan. Pekerjaan dan output saat ini ditentukan oleh campuran ekspektasi jangka pendek yang merupakan penjualan (sales) yang diharapkan dari produksi output dengan stok modal tertentu. Ekspektasi jangka panjang di sisi lain, merupakan pengembalian yang diharapkan dari investasi barang modal baru (new capital goods). Karena ekspektasi jangka panjang merupakan suatu pengembalian yang diharapkan selama masa pakai peralatan modal baru, begitu juga karena investasi merupakan komponen kunci dari permintaan dalam ekonomi non-statis, lapangan kerja dan output saat ini sangatlah bergantung pada ekspektasi jangka panjang. Setiap tingkat pekerjaan menyesuaikan dengan keadaan harapan jangka panjang tertentu yang berbeda beda. Meskipun GT didominasi oleh ekspektasi; tetapi mengapa harapan, kapan saja dan apa adanya? Hal ini tidak pernah dijelaskan. Namun, Keynes menekankan kesulitan ekstrim di dalam ekonomi pasar yang tidak terkelola (unmanaged market economy), mempertahankan keadaan ekspektasi yang konsisten dengan kesempatan full employment.
Hal ini pun terjadi karena ketidakpastian yang mendominasi proses investasi yang kemudian turut memainkan peran yang signifikan dalam menentukan tingkat bunga. Gambaran Keynes tentang ekonomi berbeda dari gambaran klasik dan juga gambaran klasik baru. Dalam penekanannya, terlihat pada volatilitas investasi dan kelemahan tingkat bunga sebagai mekanisme ekuilibrium. Tanpa adanya ketidakpastian, keruntuhan investasi yang menyebabkan pola keruntuhan ekonomi tidak akan pernah terjadi dan suku bunga secara otomatis akan menyeimbangkan kembali setiap perbedaan antara tabungan ex ante dan investasi. Begitu pula teori klasik tentang pasar yang mengatur diri sendiri secara optimal akan menjadi hal yang relevan dalam segala keadaan. Banyak komentator menganggap bahwa teori Keynes tidak banyak "bicara" atau tidak mengatakan apa-apa tentang ketidakstabilan keuangan. Hal ini keliru. Ketidakstabilan investasi yang menjadi penyebab krisis 2008 adalah tema yang berkelanjutan dalam tulisannya dengan menyertakan penyebabnya yaitu ketidakpastian yang tak terhindarkan tentang masa depan---diidentifikasi dengan jelas. Sama jelasnya saat Keynes mengidentifikasi pengetahuan probabilistik masa depan sebagai kunci ''asumsi diam-diam'' di balik teori klasik pasar yang self-regulated. (Keynes, 1973).
Ketika sistem keuangan jatuh pada tahun 2008, yang menyeret ekonomi riil, pemerintah mengeluarkan kebijakan di mana-mana melalui paket stimulus yang terdiri dari campuran bailout bank bangkrut, mencetak uang, memberikan potongan pajak atau subsidi untuk pengeluaran swasta, dan peningkatan besar-besaran dalam pengeluaran publik yang dibiayai oleh loan-based finance. Ini menjadi sebuah hal yang sesuai dengan teori-teori Keynesian. Bahkan Robert Lucas, tokoh besar dalam ekonomi mazhab Chicago, mengakui bahwa "kita semua adalah Keynesian di dalam lubang perlindungan (we are all Keynesians in the foxhole)". Namun, tanda-tanda pemulihan ekonomi yang disebabkan oleh stimulus dengan cepat membawa kembali layanan publik yang normal. Sebagian besar ekonom dan banyak pembuat kebijakan sekarang menyerukan penarikan cepat stimulus dengan alasan bahwa hal itu akan membuat pemerintah bangkrut atau menyebabkan inflasi. Apa yang ditunjukkan oleh perubahan yang cepat ini adalah bahwa model ekonomi yang coba "diledakkan" Keynes dari benak para ekonom di awal tahun 1930-an masih tertanam kuat di sana. Faktanya, perdebatan tentang stimulus saat ini adalah repetisi dari diskursus antara Keynes dan para pengkritiknya pada masa Depresi Hebat. Hal tersebut sama saja dengan mengatakan bahwa ekonomi pasar akan selalu dalam keadaan full employment yaitu bahwa penggandanya adalah nol. Implikasi kebijakan dari argumen ini adalah bahwa stimulus fiskal adalah sebuah kesalahan dan harus ditarik sesegera mungkin untuk menciptakan ruang bagi pengeluaran swasta. Hal ini telah menjadi tema yang bulat dari para politisi dan kelompok sayap konservatif. Meningkatnya tekanan untuk penghematan fiskal mengabaikan fakta bahwa defisit pemerintah yang membesar adalah konsekuensi yang muncul secara otomatis, bukan penyebab dari jatuhnya permintaan agregat serta akan menyusut secara otomatis pula ketika permintaan agregat pulih. Pengeluaran pemerintah untuk menempatkan para penganggur untuk bekerja tidak akan mengambil pekerjaan dari mereka yang sudah bekerja. Hal ini justru akan menambah jumlah lapangan pekerjaan. Teori Keynes dengan demikian akan melihat ketidakseimbangan global saat ini sebagai kemunculan kembali pola-pola kuno, meskipun dengan "sentuhan" kontemporer.
Saat ini agenda reformasi ekonomi dan sektor finansial untuk mencegah krisis di masa depan difokuskan sepenuhnya kepada restrukturisasi sistem perbankan untuk mencegah pinjaman yang tidak hati-hati. Reformasi ini akan sangat diperlukan walaupun masih banyak anggapan bahwa setelah krisis berakhir, kebijakan makro ekonomi di negara-negara di dunia dapat berlanjut seperti sebelumnya khususnya naiknya tingkat inflasi. Namun, banyak pula risiko yang tidak dapat dikelola dengan baik yang akan terus ada karena tidak terukur. Jadi, bagian dari peran pengurangan risiko harus diambil alih oleh pemerintah. Ini menyiratkan bahwa perluasan fungsi ekonomi makro pemerintah saat ini sangat krusial dalam menangani krisis-krisis kedepannya. Teori Keynes untuk ekonomi yang tidak pasti terdiri dari tiga elemen utama: langkah-langkah untuk merangsang investasi, langkah-langkah untuk merangsang konsumsi, dan reformasi sistem moneter internasional untuk mencegah transmisi pengangguran dari satu negara ke negara lain. Ekonomi politik Keynes juga menggunakan sistem perpajakan untuk mendistribusikan kembali pendapatan. Alasannya adalah bahwa orang miskin membelanjakan proporsi pendapatan mereka lebih tinggi daripada orang kaya. Akhirnya, ekonomi politik Keynes akan mengalami reformasi besar dalam sistem moneter internasional.
DAFTAR PUSTAKA