Dalam pidatonya di Universitas Gajah Mada pada tahun 1956, Ki Hadjar Dewantara menghimbau untuk mendidik anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendir. Hal tersebut kembali mengingatkan kita bahwa manusia lahir dengan potensinya masing-masing. Kemudian melalui pendidikan itulah, individu tersebut dibina dan dididik agar berkembang potensinya. Namun pada praktinya saat ini proses pembelajaran yang membatasi dan membelenggu siswa masih dipraktikan hingga saat ini. Pendidikan yang masih membelenggu terjadi karena peserta didik masih dianggap sebagai objek ketidaktahuan atas ilmu pengetahuan (Atamaranti, 2023). Dengan pendekatan yang seperti itu anak berperan pasif dalam pembelajaran sehingga mereka tidak mampu berkembang secara maksimal. Pendidikan yang menitik beratkan pada pencapaian intelektual akademik juga bentuk belenggu dalam pendidikan. Secara tidak langsung hal ini menunjukan bahwa bahkan setelah kemerdekaan, jejak kolonialisme Belanda masih tertinggal di sistem pendidikan kita.
Pendidikan seharusnya memberikan kebebasan kepada individu untuk berkembang menurut kekuatan kodrat yang ada pada anak, bukan mendikte anak dan mengubah potensi yang sudah lahir bersamanya. Dalam pembelajaran merdeka, anak menjadi subjek belajar dan tidak hanya berperan pasif dalam proses pembelajaran. Anak dibimbing untuk mencari, menemukan, dan memecahkan masalah sehingga dapat menambah pengetahuan, pengalaman, atau mengubah sikap dan perilaku (Batsari, 2021).
Beberapa pendekatan yang bersifat studentÂÂ-centered yaitu pembelajaran berbasis proyek (project-based learning), pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning), dan pembelajaran kontekstual. Pada project-based learning, dengan bimbingan guru, peserta didik diberi kebebasan untuk merencanakan dan merancang projek yang sesuai dengan minat dan kemampuan mereka. Kemudian, problem-based learning mendorong peserta didik untuk melakukan problem-solving dan analisis terhadap masalah yang dihadapkan pada mereka. Sedangkan pada pembelajaran kontekstual, peserta didik diarahkan untuk menghubungkan pembelajaran dengan pengalaman dan situasi nyata yang terjadi di lingkungannya.
Perjalanan pendidikan di Indonesia telah mengalami banyak perkembangan dari perjuangan menegakan pendidikan di era kolonialisme hingga di era baru dimana kita hidup berdampingan dengan perkembangan teknologi yang pesat. Sesuai amanat Ki Hadjar Dewantara bahwa pendidikan semestinya mengikuti kodrat alam dan zamannya. Melalui pedidikan, guru membimbing siswanya menjadi individu yang memiliki keterampilan dan intelegensi, mandiri, bertanggung jawab, serta berkarakter. Untuk mewujudkan hal tersebut, kita perlu melepaskan belenggu pendidikan yang membatasi para siswa untuk dapat seutuhnya mengembangkan potensinya. Guru harus mendorong dan memfasilitasi anak didiknya agar dapat berperan sebagai subjek aktif dalam pembelajaran. Dengan mendukung peran aktif siswa dalam pembelajaran, kita dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif dan progresif, sesuai dengan merdeka belajar oleh Ki Hadjar Dewantara.
Daftar Rujukan:
Atmaranti, R. (2023). Pembebasan Pendidikan yang Membelenggu pada Pendidikan Abad 21. PROSIDING NATIONAL CONFERENCE FOR UMMAH, 2(1), 212–216. Retrieved from https://conferences.unusa.ac.id/index.php/NCU2020/article/view/1153
Bastari, K. (2021). Belajar Mandiri dan Merdeka Belajar Bagi Peserta Didik, Antara Tuntutan dan Tantangan. Academia: Jurnal Inovasi Riset Akademik, 1(1), 68-77. https://doi.org/10.51878/academia.v1i1.430
Insani, F. D. (2019). Sejarah Perkembangan kurikulum di Indonesia sejak awal Kemerdekaan Hingga Saat Ini. As-Salam: Jurnal Studi Hukum Islam Dan Pendidikan, 8(1), 43–64. https://doi.org/10.51226/assalam.v8i1.132
Ki Hadjar Dewantara. (1956). Pidato Sambutan di Dewan Senat Universitas Gadjah Mada. 7 November. Yogyakarta.
Supriatna, M. N., Diyanti, I. E., & Dewi, R. S. (2023). Analisis Perbandingan Kurikulum KTSP, K13 dan Kurikulum Merdeka di Sekolah Dasar. Journal on Education, 6(1), 9163–9172.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H