Mohon tunggu...
karina utami
karina utami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang yang memiliki ketertarikan besar pada dunia makeup dan gemar membaca. Saya senang mengeksplorasi berbagai teknik riasan untuk mengekspresikan kreativitas dan meningkatkan rasa percaya diri. Di waktu luang, saya menikmati membaca buku dari berbagai genre, yang membantu memperluas wawasan dan memberikan inspirasi baru. Kombinasi hobi ini memberikan keseimbangan antara ekspresi diri dan pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Depresi Pada Remaja: Ketika Ponsel Bukan Sekedar Alat Komunikasi

19 Juli 2024   18:43 Diperbarui: 19 Juli 2024   18:44 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto oleh Tribun Trends

Di era digital saat ini, kehidupan remaja tidak dapat terlepas dari teknologi, terutama ponsel. Ponsel telah menjadi alat komunikasi yang sangat penting bagi remaja, tidak hanya untuk berinteraksi dengan teman sebaya, tetapi juga untuk mengekspresikan identitas sosial mereka. Namun, ketika ponsel hilang atau tidak dapat diakses, dampaknya bisa sangat besar pada kesehatan mental remaja. Sebuah kasus yang terjadi di Cirebon menunjukkan bagaimana kehilangan ponsel dapat memicu depresi pada seorang remaja berusia 13 tahun. 

Kasus Depresi pada Remaja di Cirebon

Seorang anak berinisal ARP, berusia 13 tahun, mengalami gejala depresi yang serius setelah ponselnya dijual oleh ibunya, Siti Anita. Ibu ARP terpaksa menjual ponsel anaknya karena kondisi ekonomi keluarga yang genting setelah suaminya tidak mengirim uang selama delapan bulan. Setelah kehilangan ponselnya, ARP menunjukkan gejala depresi seperti emosi tidak terkendali, sering marah, dan melempar barang. Kasus ini menggambarkan bagaimana ponsel bukan hanya sekedar alat komunikasi bagi remaja, tetapi juga memiliki peran penting dalam kehidupan sosial dan identitas mereka. Kehilangan ponsel dapat menyebabkan remaja merasa terlindungi dari teman sebaya dan kehilangan identitas sosialnya, yang dapat memicu perasaan ketidakberdayaan dan meningkatkan risiko depresi.

Pendekatan Sosial-Kognitif dalam Memahami Depresi pada Remaja

Untuk memahami bagaimana kehilangan ponsel dapat mempengaruhi kesehatan mental remaja, kita dapat menggunakan pendekatan sosial-kognitif. Pendekatan ini menggabungkan pengaruh interaksi sosial dan proses kognitif untuk memberikan wawasan tentang mekanisme yang mendasari masalah ini. Dari perspektif sosial, kehilangan ponsel dapat menyebabkan remaja merasa terlindungi dari teman sebaya dan kehilangan identitas sosialnya. Remaja sering menggunakan ponsel untuk berkomunikasi dengan teman-teman, berbagi pengalaman, dan mengekspresikan diri mereka. Ketika ponsel hilang, mereka kehilangan sarana untuk terhubung dengan jaringan sosial mereka, yang dapat menyebabkan perasaan kesepian dan keterasingan. Dari perspektif kognitif, kehilangan kendali atas situasi ini dapat merusak efikasi diri remaja, yaitu keyakinan individu pada kemampuannya untuk mengatasi tantangan. Ketika remaja merasa tidak berdaya dan tidak mampu mengendalikan situasi, mereka lebih rentan terhadap depresi. Faktor lingkungan, seperti stresor ekonomi dan kehilangan alat-alat penting seperti ponsel, juga dapat berkontribusi pada perkembangan depresi pada remaja.

Intervensi Berdasarkan Pendekatan Sosial-Kognitif

Untuk mengatasi masalah depresi pada remaja yang disebabkan oleh kehilangan ponsel, beberapa intervensi berdasarkan pendekatan sosial-kognitif dapat diterapkan:

  1. Penguatan jaringan sosial dan dukungan: Keluarga, teman, dan sekolah harus memberikan dukungan emosional kepada remaja yang mengalami kehilangan ponsel. Program dukungan teman sebaya di sekolah dapat menjadi salah satu cara untuk membantu remaja merasa lebih terhubung dan didukung.
  2. Pengembangan efikasi diri: Mendorong remaja untuk terlibat dalam kegiatan positif yang tidak memerlukan ponsel, seperti olahraga, seni, atau kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Keterlibatan dalam kegiatan ini dapat membantu meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan remaja untuk mengatasi tantangan.
  3. Manajemen stres: Mengajarkan teknik coping yang efektif, seperti meditasi, olahraga, atau teknik relaksasi lainnya, dapat membantu remaja mengatasi tekanan dari situasi yang sulit.
  4. Intervensi psikologis: Terapi Kognitif-Perilaku (CBT) dapat membantu remaja mengubah pola pikir negatif, meningkatkan kemampuan coping, dan mengembangkan strategi untuk menghadapi stres serta meningkatkan kesejahteraan emosionalnya.

Kesimpulan

Kasus depresi pada remaja akibat kehilangan ponsel di Cirebon menunjukkan bahwa ponsel bukan hanya sekedar alat komunikasi, tetapi juga memiliki makna yang lebih dalam bagi kehidupan sosial dan identitas remaja. Dengan memahami dinamika sosial-kognitif yang terlibat dan menerapkan intervensi yang tepat, kita dapat membantu remaja pulih dari depresi dan mengembangkan kesejahteraan mental yang lebih baik. Dukungan dari keluarga, teman, sekolah, serta intervensi psikologis yang tepat sangat penting dalam mengatasi masalah depresi pada remaja akibat kehilangan ponsel. Dengan pendekatan yang komprehensif dan sensitif terhadap kebutuhan remaja, kami dapat membantu mereka mengatasi tantangan di era digital ini dan menjaga kesehatan mental mereka tetap kuat.

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun