Mohon tunggu...
karina ramdhayani
karina ramdhayani Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa universitas komputer indonesia

hobi yang sedang saya jalanin sekarang yaitu olahraga secara rutin

Selanjutnya

Tutup

Politik

Debat Calon Presiden: Apa yang Kita Harapkan?

18 Desember 2023   00:40 Diperbarui: 18 Desember 2023   00:40 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pentingnya integrasi antara aplikasi pelayanan publik dari berbagai instansi pemerintah diakui sebagai langkah krusial. Saya berpikir bahwa banyak aplikasi tersebut masih terfragmentasi, tanpa interoperabilitas yang memadai. Akibatnya, keluhan publik seringkali tidak terselesaikan secara efektif karena masing-masing instansi memiliki platform atau aplikasi sendiri. Selain itu, permasalahan yang diajukan di tingkat daerah terkadang terkendala karena kurangnya keterhubungan dengan pemerintah pusat.

Ganjar Pranowo sempat menyebut ide government super app, yang menurut saya penjabarannya dalam konteks debat yang terbatas belum terlalu komprehensif. Hal ini menunjukkan bahwa pembahasan seputar inovasi dalam pelayanan publik, terutama melibatkan kelompok rentan, memerlukan eksplorasi dan pengembangan lebih lanjut agar dapat mengatasi tantangan yang dihadapi oleh masyarakat. Dalam mendesain pelayanan publik yang berkeadilan, penting bagi calon presiden untuk menunjukkan komitmen konkret dan strategi implementasi yang dapat menghasilkan perubahan positif bagi kelompok rentan dan masyarakat secara keseluruhan.

CAPRES 2024 BERBICARA KORUPSI: TIDAK PROGRESIF!

Dalam sesi diskusi mengenai pemberantasan korupsi, para calon presiden menyampaikan pandangan dan langkah-langkah yang akan diambil jika terpilih. Anies Baswedan, sebagai calon presiden nomor urut 1, menyoroti empat poin utama, termasuk perlunya "dijerakan" koruptor melalui Rancangan Undang-Undang Perampasan Aset dan pemiskinan. Selain itu, dia menekankan pada revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (UU KPK) untuk memperkuat lembaga tersebut, memberikan imbalan kepada pengadu korupsi, dan menegaskan standar etika yang tinggi bagi pimpinan KPK.

Prabowo Subianto, calon presiden nomor urut 2, menitikberatkan pada penguatan lembaga hukum seperti Kepolisian, Kejaksaan, dan KPK. Selain itu, dia berbicara tentang memperkuat lembaga pengawasan, seperti Ombudsman RI, Badan Pemeriksa Keuangan, dan inspektorat di kementerian. Langkah-langkah ini diarahkan untuk menciptakan sistem yang tangguh dalam menangani kasus korupsi.

Ganjar Pranowo, sebagai calon presiden nomor urut 3, menekankan pada penegakan hukum melalui pemiskinan koruptor, perampasan aset, dan bahkan mengusulkan penahanan pejabat korup di Nusakambangan untuk menciptakan efek jera. Pemimpin yang memberikan contoh hidup sederhana juga menjadi fokusnya, sambil menyampaikan data kerugian negara akibat korupsi yang mencapai Rp230 triliun, meskipun klaim tersebut belum diverifikasi.

Dalam mengkaji pandangan para calon presiden, terlihat bahwa mereka memberikan respons terhadap permasalahan korupsi, namun, sebagian dari langkah-langkah yang diusulkan terkesan lebih sebagai pembenahan atau penguatan lembaga yang sudah ada. Kritik kemudian muncul dari opini bahwa tak satu pun dari mereka menunjukkan pemikiran progresif atau memberikan gambaran bahwa korupsi merupakan masalah mendasar yang perlu penanganan lebih dalam.

Lebih lanjut, diperhatikan bahwa calon presiden belum secara tegas menjelaskan bagaimana mereka akan meyakinkan partai politik pendukung upaya pemberantasan korupsi, terutama mengingat revisi UU KPK yang disetujui oleh seluruh partai politik tanpa kecuali. Pada akhirnya, opini ini menyoroti pentingnya sebuah pemimpin yang tidak hanya memiliki visi pemberantasan korupsi, tetapi juga mampu membawa perubahan progresif dan meyakinkan seluruh lapisan politik untuk mendukung langkah-langkah penegakan hukum yang lebih efektif dan transformatif.

INDONESIA MENCARI MODEL PEMIMPIN

Menurut saya, Indonesia saat ini sedang mencari model terbaik tentang bagaimana seharusnya Presiden dan Wakil Presiden itu. Saya berpendapat bahwa Presiden dan Wakil Presiden dua sosok yang harus berbeda dalam cara berpikir, yaitu sosok idealis dan realistis. Kedua cara berpikir itu mencerminkan prinsip kolaborasi yang seimbang. Sebuah kepemimpinan yang menggabungkan impian besar dan perhitungan rasional sering dianggap dapat memberikan perspektif yang holistik dalam menghadapi tantangan kompleks.

Sebagai contoh, melihat sejarah Indonesia, pasangan Soekarno-Hatta memperlihatkan dinamika ini secara nyata. Soekarno, sebagai presiden pertama Indonesia, dikenal sebagai sosok yang penuh idealisme, bermimpi besar untuk membentuk negara yang kuat dan merdeka. Dia sering menyampaikan visi besar dan cita-cita yang menginspirasi, seperti Proyek Mercusuar yang mencerminkan ambisi monumental.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun