Aku memberikan satu box nasi kepada Kevin. Satu box lagi ku berikan pada Anggi yang menahan sakit sejak tadi. Namun ia menolaknya, ia memilih memakan cokelat yang dibawanya. Aku memberikan nasi box itu kepada Pak Her yang sibuk mengotak atik minibus, aku mengkhawatirkan kesehatannya. Pak Her akhirnya menerima nasi box itu setelah ku bujuk berkali-kali.
Sudah 15 menit  Mr. Fred meninggalkan rombongan. Tiba-tiba aku mendengar suara peluit dari sisi hutan yang gelap. Aku yakin itu Mr. Fred. Aku pamit kepada rombongan untuk mencari suara peluit itu. Ku titipkan rombongan kepada Pak Her yang sibuk memperbaiki minibus.
Aku menembus hutan di tengah kabut yang mulai turun. Ku gendong ransel ku yang berisi survival kit. Aku memberikan tanda tali rafia di jalan yang ku lewati supaya aku tidak tersesat saat kembali ke minibus. Akhirnya aku dan Mr. Fred kembali ke minibus. Suara serangga malam saling bersahutan mengiringi degup jantung yang semakin cepat.
Aku dan Mr. Fred membuat api unggun untuk menghangatkan badan dan menghindari serangan binatang sembari menunggu penjaga hutan datang. Tak apa menurutku jika aku menyalakan api unggun disini, karena kondisi yang amat darurat dan demi keselamatan rombonganku. Semua rombongan berkumpul mengitari api unggun. Kevin terlihat lebih tenang dari sebelumnya. Begitupun Kanaya yang takut kegelapan. Kaki Anggi juga sudah membaik walaupun kadang masih terasa sakit. Anggi menyalakan kameranya dan mengabadikan momen ini lewat video. Suasana menjadi lebih hangat dengan cerita dan gurauan. Kami menikmati cokelat dari Anggi dan ubi bakar. Aku menemukan ubi saat mencari Mr. Fred tadi.
Malam sudah tiba, langit senja berganti dengan gelap malam. Namun suasana masih tetap hangat. Tak lama kemudian, pukul 18.15 penjaga hutan sampai. Orang pertama yang akan berangkat adalah Kevin karena resiko asmanya kambuh sangat tinggi. Tapi tak mungkin Kevin berangkat sendiri, Prita harus ikut bersama Kevin. Kemudian, kloter kedua adalah Anggi karena kakinya baru saja terkilir tadi. Ia membutuhkan pertolongan lanjut dan istirahat. Kloter ketiga adalah Kanaya, satu-satunya perempuan yang tersisa. Kanaya juga harus segera menemani dan membantu Anggi, kakak tingkatnya. Kemudian yang terakhir adalah Lukman. Ia sebagai pelindung bagi mereka. Mr. Fred memilih tinggal bersamaku dan Pak Her. Tak heran, Mr. Fred suka menjelajahi dan sudah terbiasa di hutan. Ia ingin menikmati malam dan api unggun disini.
Masih ada satu pertolongan lagi, yaitu mobil sedan yang akan sampai pukul 20.00. Penjaga hutan sudah stand by di pondok untuk menjadi penunjuk arah. Aku melihat Pak Her yang sangat kelelahan.
"Pak Her, sudah duduk saja disini. Sebentar lagi mobil sedan akan segera sampai untuk menderek minibus kita." Kataku.
Pak Her menurutinya, ia duduk bersama ku dan Mr. Fred.
Rembulan bersedia menyinari malam sunyi ini. Aku terus mengipasi api unggun supaya tak padam. Mr. Fred antusias menceritakan pengalamannya menjelajah hutan Indonesia.
"Mr. Fred have you ever climbed Mount Semeru?" tanyaku.
"Yes i have climbed Mount Semeru. Ranukumbolo is my favorite place." Jawabnya antusias.