Mohon tunggu...
Abdul Karim Rahanar
Abdul Karim Rahanar Mohon Tunggu... Pengacara - Manusia yang ingin menambah pengatahuan dan berteman dengan siapa saja

Aku hanya seorang pengembalah intelektual yang ingin mencari ilmu dan teman sebanyak mungkin, semua ini aku biarkan seperti air yang mengalir tanpa harus di tentukan arahnya.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Pilkada Jakarta, Menanti Arah Politik PDI-P

28 Maret 2016   00:08 Diperbarui: 1 April 2016   02:15 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Menuju DKI 01"][/caption]Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) adalah sebuah partai politik di Indonesia. Lahirnya PDI-P dapat dikaitkan dengan peristiwa 27 Juli 1996. Dampak politik dari peristiwa ini adalah tampilnya Megawati Soekarnoputri di kancah perpolitikan nasional. Walaupun sebelum peristiwa ini Megawati tercatat sebagai Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia dan anggota Komisi I DPR, namun setelah peristiwa inilah, namanya dikenal di seluruh Indonesia.

Hiruk piuk Pilkada DKI jakarta sudah menjadi konsumsi publik hal ini karena menjadi orang nomor satu di Jakarta merupakan suatu ke istimewaan tersendiri, hal ini yang membuat banyaknya partai politik ingin mengusung kadernya menjadi orang nomor satu di bumi Batavia. Pilkada DKI tahun 2017 artinya masih ada waktu satu tahun lagi untuk memasuki Pesat demokrasi rakyat Jakarta. Yang menarik dari percaturan politik di Pilkada DKI harus kita kaji lebih dalam hal ini dikarenakan hampir semua partai sudah memalukan penjaringan untuk memajukan kader-kader merebut kursi DKI 01.

Nasdem dan Hanura sudah mendeklarasikan diri untuk mendukung ahok di Pilkada DKI, Gerindra sudah 90% memberikan mandat kepada Sandiaga Uno untuk menjadi lawan ahok, Yusril Izha Mahendra mengklaim akan dapat dukungan dari beberapa Partai Politik, tetapi semua ini belum berakhir karena ada partai pemenang pemilu yang bisa mengajukan Calon tambah berkoalisi dengan partai lain (PDI-P) belum memberikan bocoran tentang siapa jagoan mereka yang akan bertarung untuk merebut kursi DKI 1 (satu) hal ini yang menarik untuk disimak karena kita semua tahu bawah pada tahun 2012  PDI-P lah yang menjadi penguasa DKI dengan menjadikan kader mereka Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta. Menurut saya PDI-P akan memberikan rekomendasi untuk kader-kader terbaik mereka seperti Ganjar Pranowo,Risma ataupu sang wakil yang di campakan oleh ahok Djarot untuk menjadi Calon Gubernur DKI Jakarta semua ini akan memberikan dinamika tersendiri. Karena PDI-P dalam memberikan Rekomendasi pasti sudah memetakan gerakan politik DKI Jakarta.

Metode dan strategi perjuangan untuk mewujudkan cita-cita Indonesia merdeka mengalami perubahan luar biasa pada awal abad 20. Perubahan ini ditandai dengan dimulainya pemanfaatan “organisasi modern” sebagai sarana baru menggantikan sarana-sarana lama seperti “gerakan ratu adil” yang berpusat pada diri dan kharisma seorang pemimpin. Hal ini yang selalu dijadikan sebagai landasan dan memetahan politik untuk merebut kekuasaan baik di daerah sampai dengan Pusat. Menarik untuk disimak oleh kita semua bahwa sampai hari ini semua partai berbicara tentang calon gubernur tetapi mereka lupa atau sengaja tidak membicarakan wakil Gubernur, dan keyakin saya bawah PDI-P mengumumkan calon gubernur dan wakil gubernurnya sekaligus sehingga polemic tentang pergerakan Partai penguasa ini menjadi headline.

Peluang Politik Putra Daerah

Sampai hari ini partai politik yang melihat potensi kader mereka dan potensi putra daerah asli Jakarta (Betawi) untuk dijadikan sebagai paket calon gubernur dan wakil Gubernur itu hanya PDI-P hal ini yang membuat PDI-P masih melakukan kajian strategis untuk bisa mengambil hati rakyat. Dan melihat data Pemilih dan etnis yang berdomisili di Jakarta Dari berjuta-juta penduduk Kota Jakarta terdapat pembagian suku bangsa yang beraneka ragam. Semua etnis suku bangsa yang ada secara umum dapat hidup berdampingan dengan rukun dan damai. Dari data yang ada di bawah ini dapat kita lihat bahwa mayoritas warga Jakarta adalah orang-orang yang berasal dari daerah Jawa. Selain etnis suku jawa, suku betawi dan sunda juga merupakan etnis yang cukup mayoritas di DKI Jakarta yang jumlahnya lebih dari 10%. Suku Jawa (35,16%) suku betawi (27,65%) suku sunda (15,27%) suku tionghoa (5,53%) suku batak (3,61%) suku minang (3,18%) suku melayu (1,62%) suku lain-lain (7,98%). Dari data-data ini makan keyakinan saya PDI-P analisa saya bisa jadi Putra Betawi dijadikan wakil untuk mendampingi kandidat Gubernur dari PDI-P hal ini dilakukan untuk menarik masa penduduk asli jakarta

Putra-putri terbaik Jakarta Pasca Foke sudah tidak ada lagi yang mempunyai karier yang cemerlang didunia politik, kalau di dunia Profesional ada beberapa orang tetapi menurut saya kalau PDI-P benar-benar ingin menang lagi dan mendapat dukungan dari masyarakat Betawi maka harus mengadeng Firdaus Djaelani, kenapa saya memberanikan diri untuk mengusulkan nama Firdaus Djaelani karena secara karier di Birokrasi tidak diragukan lagi bisa kita lihat Profil singkat Firdaus Djaelani yang lahir di Jakarta pada tanggal 17 Desember 1954 dikenal sebagai seorang ekonom Indonesia. Firdaus sebelumnya telah menyelesaikan studi sarjananya dalam ilmu Manajemen di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada 1981 dan program pascasarjana dalam ilmu ekonomi Ekonomi di Ball State University, Indiana pada tahun 1988. Di tahun 2012, Firdaus memperoleh gelar doktornya di Universitas Gajah Mada setelah dia berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Pertumbuhan Industri Asuransi Jiwa di Indonesia: Kajian dari sisi Pembeli, Penjual dan Kebijakan Publik” dalam ujian terbuka di Gedung Paska Sarjana Gedung UGM, Yogyakarta yang dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 2012.

Nama Firdaus sendiri kini disebut-sebut memiliki kans paling besar untuk duduk sebagai salah satu komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Maklum saja, pengalaman dia sebagai tokoh asuransi dan dunia perbankan cukup lengkap. Dia pernah menjadi Direktur Direktorat Asuransi Ditjen Lembaga Keuangan sejak 2001 hingga 2006. Saat itu Firdaus di bawah pimpinan Darmin Nasution, Dirjen Lembaga Keuangan sejak 2001 pula. Firdaus dan Darmin merupakan dua tokoh kunci yang dipercaya Menteri Keuangan untuk melahirkan Lembaga Penjamin Simpanan yang muncul pada 2004. Pada 2005, Darmin menjadi Kepala Bapepam & LK sedangkan Firdaus ditunjuk masuk direksi LPS di bawah arahan Rudjito (eks Dirut BRI) dan Krisna Wijaya. Pada 2008, Firdaus resmi menjabat Kepala Eksekutif LPS menggantikan Krisna Wijaya yang mengundurkan diri sejak 2 Januari 2008. Selama di LPS, Firdaus sangat akrab dan sukses dengan penanganan permasalahan perbankan mulai dari penanganan BPR bermasalah hingga menangani kasus seperti Bank Century. Di industri asuransi, nama besar Firdaus tetap memiliki pijakan yang kuat, setidaknya dia masih dipercaya sebagai salah satu komisaris di beberapa perusahaan asuransi seperti PT Reasuransi Internasional Indonesia. Namun, keberhasilan Firdaus mengawal pendirian LPS tak berujung pada pendirian Lembaga Penjamin Polis,lembaga sejenis yang seharusnya juga dibutuhkan oleh industri asuransi. Jabatannya sebagai ketua LPS kini telah digantikan oleh Mirza Adityaswara.

Kalau dilihat dari Profil singkat Firdaus Djaelani merupakan Figur yang pas apabila digandengakan dengan kader-kader terbaik dari PDI-P seperti Djarot, Ganjar maupun Risma, dari kader-kader terbaik PDI-P semuanya bisa bersenergi untuk menjadikan jakarta sebagai kota yang berbudaya dimana selalu menghargai semua etnis yang berdomisili di Bumi batawi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun