Saling Memberi & Saling Menerima
Pengabdian Masyarakat DesaIMAS-USU
Desa Dolok Mariah(5-12 Juli 2012)
Dolok Mariah, desa yang tenang, ramah dan hangat. Saat ini setiap mendengar“Dolok Mariah” yang terbayang hanya sukacita dan kebersamaan. Kebersamaan dalam berbagai hal.
Banyak hal berharga yang ku dapatkan di sana, mulai yang biasa sampai hal yang luar biasa. Dolok Mariah saat ini menjadi desa yang ku favoritkan. Ingin rasanya tinggal berlama-lama disana. Disana aku mempunyai keluarga baru, keluarga yang hangat dan penuh kasih sayang. Bahkan lebih hangat dari keluarga asli. #curcol
Di keluarga baru, kami saling berbagi cerita, keluh kesah, pendapat bahkan nasehat yang tentunya memiliki satu tujuan yaitu saling berbagi untuk saling membangun. Kali ini dalam keluarga baruku, aku tidak tau yang namanya sungkan.
Awalnya ketika teman-teman menceritakan bagaimana situasi Kondisi di sana, aku agak mengurungkan niat untuk berangkat. Tapi mungkin sudah harus menjadi bagian dari hidupku untuk mengabdi di Dolok Mariah. Dengan dorongan dari kawan-kawan dan juga orang tua akhirnya aku berhasil melewatinya bahkan menikmatinya.
Kami sebagai Tim Pendahulu yaitu Aku, Nonop dan Momon merasa bangga ketika dapat dan memiliki kesempatan untuk bisa berangkat duluan. Namun pada keberangkatan kami merasa keberangkatan itu adalah awal yang buruk. Buruknya yaitu dikarenakan kami hampir dan memeng sudah ketinggalan bus SIMAS. Namun ketika kami sudah berada diatas bus, kami sudah tenang walaupun penumpang bus lainnya sudah merepet karena keterlambatan kami “1 jam”. #wajar
Kelaparan bukanlah jadi penghalang bagi kami namun kelaparan yang kami “derita” (Sangkin laparnya) menjadi kekuatan bagi kami sehingga ingin rasanya meminjim helicopter pak Bupati agar cepat-cepat sampai disana. Disana kami disambut dengan merih yaitu oleh Pak Pangulu dan warga. Tidak ketinggalan pula kami disambut dengan listrik padam alias mati lampu serta hujan deras yang menyambut kami dengan riangnya. #sempurna (lapar, mati lampu, dingin, hujan, bingung).
“Ingin rasanya memanggil burung garuda dan memohon agar mengembalikan kami ke medan saat itu juga” #lebay
Namun apa daya nasi telah menjadi bubur dan dalam Kondisi kelaparan bubur pun disantap juga. #gak nyambung
Hari-hari selanjutnya rasa kebersamaan kami semakin erat apalagi dengan adik-adik. Adik-adik disana banyak macam-macamnya dari yang ribut-ribut kosssong, diam-diam nggigit sampai perpaduan keduanya yaitu ribut-ribut nggigit. Adik-adik yang beranekaragam tadi memiliki satu hal yang luar biasa bagi kami yaitu sangat teramat antusias sekali pada kegiatan kami. Kami tak berbagi banyak untuk mereka hanya waktu dan tenaga, selebihnya didukung oleh mereka yang bisa memberi sokongan dana namun tidak bisa menyumbangkan waktu dan tenaga. #saling melengkapi artinya.
Aku merasa pengabdian kali ini benar-benar memberi diri dan hati. WC terbang, tidak ada kamar mandi, masak pakai tungku alias tataring, tidur di tikar bahkan di tanah, rumah panggung dan lainnya,, semua begitu nikmat terasa. Tidak ingin aku kembali ke kampungku sendiri. 8 hari terasa sedetik. Sedetik terasa 8 hari.#Lhooo kok gitu ngomongnya?? Ga dewasa kali kan JanRoi??
Yang paling yidak kusukai adalah ketika tidur, karena pas bangunnya berarti mengurangi waktu untuk tetap disana berkurang.. dan tak terasa 7 hari telah berlalu dan saatnya untuk kembali.. jiahhhhhh #tartangis otik..hhe
Lemang jadi oleh-oleh,,, tukaran nmr hp jadi tujuan akhir..#ula nokoh.. modus kam?? wkwkkwkkw
Intinya disana sama-sama belajar, saling memberi, saling mendapat alias saling berbagi..
Tondong ni tondong tahh,, tahh.. Tondong ni tondong tahh,, tahh
Aimatongon., Aimatongon.,
Botul do.,, botul do.,,
Satu lagi aku lupa maklum lah memori otakku banyakan untuk Dolok Mariah..
HORAS IMAS..
By : elizabeth.girsang@yahoo.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H