Mohon tunggu...
Karenina Azzahra
Karenina Azzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Senang membaca cerita

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pentingnya Pengetahuan Mengenai Kesehatan Mental Sejak Dini

22 Juni 2024   16:46 Diperbarui: 22 Juni 2024   17:19 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bagi setiap orang, setiap kalangan muda maupun tua, tentunya menginginkan kehidupan yang sehat. Isu-isu kesehatan yang tidak pernah habis dalam kehidupan manusia salah satunya ialah kesehatan mental. Kesehatan mental secara garis besar mengacu pada kondisi emosional, psikologis, dan sosial seseorang, juga bagaimana cara mereka berpikir, merasakan emosi, dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini mencakup cara seseorang dalam mengatasi stres, menjaga hubungan sosial yang baik, membuat keputusan yang tepat, dan mengelola emosi mereka. Kesehatan mental ini tidak pernah memandang umur, karena bisa terjadi kepada siapa pun. Hal yang sangat seringkali orang-orang sepelekan, tidak terlalu peduli mengenai kesehatan mental, padahal aslinya memiliki dampak yang sangat nyata di dalam kehidupan sehari-hari.

Pribadi seseorang mulai terbentuk sejak dini, di mana ia tumbuh dan berkembang, keadaan di dalam lingkungan keluarga juga dalam lingkungan masyarakat yang baik ataupun buruk, cara orang tua mendidik anak, pergaulan dalam pertemanan, bahkan pengaruh dari media sosial pun turut membentuk kepribadian seseorang, yang di mana faktor-faktor tersebut bisa mempengaruhi kondisi kesehatan kita, yaitu kesehatan mental. Orang yang tumbuh di lingkungan keluarga dengan didikan orang tua serta lingkungan kehidupan sosialnya yang baik dan mendukung, tentunya akan membuat kepribadian sang anak tumbuh dengan baik. Tetapi hal ini tidak bisa mendukung secara keseluruhan, seperti yang sudah ditulis di atas, ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi kondisi kesehatan mental.

Sebetulnya, hal-hal yang sangat mempengaruhi kesehatan mental ialah ucapan seseorang, perbuatan dan perilaku seseorang, tumbuh kembang di lingkungan yang kurang mendukung, riwayat kekerasan seksual dan hal lainnya. Seringkali terjadi, saat kita sudah berusaha untuk menjadi yang terbaik dalam pencapaian, kita tidak mendapatkan ucapan apresiasi, melainkan mendapatkan ucapan meremehkan, seperti ucapan mengapa kita tidak bisa lebih berusaha untuk menjadi yang paling terbaik. Tentunya hal ini akan menyebabkan kurangnya rasa percaya diri, orang yang mendengar hal itu akan berpikir bahwa dirinya tidak pernah cukup dalam suatu pencapaian apapun, dan akan memaksakan diri sendiri untuk mencapai batas kemampuannya.

Tidak hanya dalam pencapaian, bahkan saat berbicara dengan seseorang pun terkadang keluar ucapan yang kurang mengenakkan. Seperti halnya dalam berpakaian, kita memakai pakaian sesuai yang kita inginkan dan merasa nyaman. Namun, selalu ada saja orang-orang yang tidak bertanggungjawab melontarkan kritikan terhadap pakaian yang kita kenakan, karena menurutnya pakaian tersebut terlihat aneh. Komentar-komentar seperti itu akan sangat berdampak dalam kehidupan sehari-hari, bahkan bisa sampai mengganggu kegiatan. Juga seringkali terjadi, seseorang membuat lelucon terhadap diri kita sendiri, kemudian berlindung di balik kata jokes. Tidak semua hal bisa dijadikan bahan candaan.

Ucapan seseorang yang menyakitkan, baik disengaja maupun tidak sengaja tentunya akan sangat melekat di dalam pikiran. Hal ini kemudian bisa mengganggu aktivitas dalam sehari-hari, karena terus teringat ucapan-ucapan yang tidak mengenakkan. Dalam menjalankan aktivitas, selalu merasa tidak pernah cukup, takut akan komentar dan pikiran orang lain terhadap diri sendiri. Hal-hal seperti ini bisa membuat seseorang menjadi insecure.

Perbuatan dan perilaku seseorang pun bisa mempengaruhi kesehatan mental. Biasanya terjadi di dalam ruang lingkup pertemanan. Dalam pertemanan, tentunya akan selalu ada stigma orang kaya dan orang miskin, orang yang menarik dan kurang menarik, si cerdas dan si kurang cerdas. Kesenjangan ini tentunya akan membuat orang-orang yang merasa dirinya superior, kemudian menindas orang-orang yang berada di bawahnya. Perundungan pun tidak dapat dihindarkan. Sudah banyak sekali kasus perundungan yang terjadi dalam lingkup sekolah, baik dalam negeri maupun di luar negeri, perundungan yang dilakukan oleh siswanya sendiri, bahkan terkadang guru pun ikut andil dalam perundungan meski secara tidak langsung. Dengan dalih melindungi nama baik sekolah, dan mengatakan bahwa tindakan perundungan tersebut hanya sebuah candaan saja. Akibatnya, korban perundungan menjadi tidak ingin bersekolah lagi, karena mengalami trauma sampai harus berkonsultasi dengan ahlinya. Bahkan, perundungan-perundungan yang terjadi ini, bisa sampai merenggut nyawa seseorang.


Dalam perkuliahan pun hal ini masih kerap terjadi. Rupanya, kedewasaan seseorang tidak menjadikannya dapat berpikir dengan logis. Stigma mengenai ruang lingkup pertemanan dalam perkuliahan itu mengerikan, mungkin akurat bagi sebagian orang. Tak jarang, mahasiswa menjatuhkan temannya sendiri untuk kepentingan dirinya sendiri. Seperti memfitnah atau menyebarkan rumor palsu yang bahkan sama sekali tidak benar. Dalam menerima informasi, tentunya kita tidak boleh menerimanya begitu saja, kita perlu menyaring apakah informasi tersebut benar atau tidak. Karena seringkali rumor menyebar tanpa tahu apakah itu akurat atau tidak. Hal ini menyebabkan orang yang menjadi korban rumor tersebut dijauhi oleh teman-temannya, tanpa tahu ia melakukan kesalahan apa.

Tentunya, korban jadi merasa tidak nyaman untuk datang ke perkuliahan. Dengan mendapatkan tatapan sinis dari teman-temannya sendiri, omongan-omongan yang menyakitkan, juga perilaku seseorang, bisa membuat korban menjadi tidak nyaman. Bahkan hal ini bisa menyebabkan seseorang untuk mengundurkan diri dari perkuliahan, karena tidak kuat akan perilaku dari teman-temannya sendiri

Ada banyak sekali kasus mengenai kekerasan seksual, yang sering sekali terjadi kepada perempuan. Perilaku pria yang tidak mengenal batasan kepada perempuan, dapat menyebabkan kejadian yang tak diinginkan. Kasus-kasus kekerasan seksual, pelecehan verbal maupun nonverbal akan menyebabkan pengalaman traumatis yang mendalam bagi korban.  Korban akan merasa jijik terhadap dirinya sendiri, takut bertemu dengan orang lain bahkan bisa sampai histeris, tak jarang juga orang-orang yang memiliki riwayat kekerasan seksual ingin mengakhiri kehidupannya.

Orang yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan di lingkungan yang kurang mendukung pun bisa menjadi masalah. Perceraian orang tua dan pertengkaran orang tua, hal ini juga bisa mempengaruhi kepribadian dan kesehatan mental sang anak. Tumbuh di keluarga yang serba kekurangan akan mempengaruhi Ada banyak kasus terjadi di mana orang tua bertengkar di depan sang anak. Dengan melihat semua pertengkaran itu, membuat perkembangan mental anak jadi terganggu. Umumnya, anak menjadi tumbuh dengan kepribadian yang tempramental, tidak percaya diri, juga berisiko depresi. Perceraian orang tua pun turut mengganggu. Dengan kurangnya didikan dari kedua orang tua, terkadang ada kasus di mana anak menjadi agresif.

Dalam bermain media sosial, tentunya kita tidak bisa mencegah orang akan berkomentar apa. Mengunggah foto maupun video untuk kesenangan sendiri tidak menjadi masalah, selagi kita tidak mengunggah hal-hal yang dapat merugikan orang lain. Banyak kasus yang terjadi ketika bermain media sosial, saat seseorang mengunggah sesuatu, baik foto atau video, mengeluh, berbagi cerita, selalu ada saja orang yang berkomentar jahat. Padahal, dalam cuitan tersebut tidak mengandung unsur sara atau hal yang merugikan orang lain. Ketikan-ketikan jahat yang diberikan oleh stranger atau bahkan oleh teman sendiri, kadang membuat kita menjadi takut untuk bermain media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun