MASALAH yang paling sering dihadapi terutama di kota-kota besar di Indonesia adalah persoalan polusi udara dan kemacetan, salah satunya  akibat masyarakat dalam melakukan mobilisasi masih menggantungkan terhadap penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil.
Ironisnya, masyarakat merasa dimanjakan oleh kemudahan  memiliki kendaraan bermotor. Alhasil, dewasa ini banyak keluarga yang memiliki kendaraan sendiri-sendiri. Maka tak heran jika di jalan  terjadi kepadatan dan kemacetan akibat jumlah kendaraan tak sebanding dengan jumlah ruas jalan.
Jumlah kendaraan bermotor di Indonesia mencapai lebih dari 133 juta unit pada tahun 2019. Data itu terangkum dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS). Jumlah kendaraan naik sekitar lima persen sejak dua tahun lalu.Â
Pada tahun 2019, jumlah kendaraan naik bertambah 7.108.236 unit atau meningkat 5,3 persen menjadi 133.617.012 unit dari tahun sebelumnya sebanyak 126.508.776 unit. Jumlah kendaraan di tahun 2018 naik 5,9 persen dari tahun 2017 sejumlah 118.922.708 unit. (gaikindo.or.id)
Sayangnya, pemerintah menyikapinya dengan focus kebijakan yang lebih pro kendaraan  tanpa mampu memberi iklim investasi yang kondusif buat transportasi publik. Dengan alasan menambah ruas jalan dan mengurai kemacetan, banyak dibangun infrastruktur jalan seperti jalan.
Faktanya, yang terjadi  justru menumbuhsuburkan kemacetan di mana-mana dan semakin memberi peluang masyarakat untuk memiliki kendaraan. Akibatnya, malah menambah jumlah kendaraan dan masyarakat  bermobilisasi selalu menggunakan kendaraan bermotor  tanpa menanamkan kerangka berfikir untuk perbaikan lingkungan.
Setiap hari lingkungan tercemari oleh emisi gas buang kendaraan bermotor dan diperparah oleh polusi yang dihasilkan dari asap pembakaran sampah, rumah tangga, hutan dan sebagainya.  Udara tak lagi bersih karena dipenuhi jelaga dan gas-gas  yang berbahaya bagi umat manusia.
Jelaga adalah butiran-butiran arang yang halus dan lunak yang terjadi dari asap lampu dan sebagainya yang berwarna hitam butiran jelaga ini bertanggung jawab atas 20% pemanasan global yang terjadi di dunia (Wikipedia)
Dampak negatif berbagai polusi udara yang terhirup dan masuk ke dalam tubuh manusia salah satunya adalah menyebabkan terserang penyakit yang mengganggu sistem pernapasan. Celakanya, para penderita tak menyadari bahwa itu semua berasal dari polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor.
Lucunya, bukanya mencari solusi minimal untuk diri sendiri, banyak masyarakat malah menghadapi masalah polusi dan kemacetan dengan keluh kesah, caci maki, menyalahkan sana sini, malas dan pasrah tanpa menyadari bahwa mereka jugalah yang berkontribusi terhadap persoalan tersebut.