BERAWAL dari adanya peluang sering menulis artikel tentang dunia sepeda di halaman khusus bertajuk Back to Boseh (B2B) yang disajikan Harian Umum Pikiran Rakyat Minggu (PRM) pada tahun 2012, memicu saya berkeinginan membuat sebuah buku novel roman picisan dengan latar belakang sepeda dan gerakan lingkungan.
Dengan modal  tulisan seadanya saya pun mulai menyusun ceritanya yang terilhami dari selama saya bersepeda, padahal tulisan saya sangat amatiran jauh dari kata professional. Tulisan saya yang berhasil di muat di halaman B2B tersebut, jujur saja pada dasarnya lebih karena dibantu dari sang editor.
Sambil menyusun, saat itu terpikirkan juga keinginan nantinya novel dicetak banyak, diterbitkan, dan dikomersilkan meski hanya sekedar iseng-iseng saja, apalagi masih bingung dalam prosesnya seperti apa dan bagaimana serta kemana.
Niat awalnya juga hanya sekedar ingin mengekspresikan dan mengasah bakat menulis yang tidak memiliki dasar pendidikan menulis ini dan pada saat itu tengah semangat-semangatnya menulis khususnya tentang aktivitas bersepeda yang tengah digeluti, berkat B2B yang memberi ruang bagi penulis yang seamatir sekali pun seperti saya.
Singkat cerita, setelah beberapa bulan sejak Juni 2012 novel tersebut disusun, akhirnya kelar juga, diberi judul "Beib, Bersepeda itu Baik" diambil dari nama grup Facebook atas izin admin pemiliknnya. Sebagai rasa terimakasih nama depannya yaitu ADI, diabadikan sebagai nama tokoh utama di novel saya tersebut.
Selama itu saya tengah berupaya mewujudkan agar novel tersebut bisa dicetak banyak dan diperjual berlikan tapi tidak terlalu berharap banyak yang beli, karena saya sadar saya bukan siapa-siapa, bukan penulis handal dan terkenal, hanya orang yang tengah bersemangat saja.
Saat itu saya tengah aktif membantu kegiatan-kegiatan bersepeda yang diadakan oleh sebuah toko clothing sport yang mana karyawannya adalah teman-teman pesepeda dan owner nya punya usaha utama yaitu percetakan, tapi lebih ke pembuatan baliho, flyer, benner, kemasan product, dan lain-lain.
Saya pun tidak berfikir mengajukan percetekan atau menerbitkan buku novel saya di perusahaan penerbitan buku, lebih baik dicetak mandiri saja dengan mencoba mengajukan ke percetakan owner toko cloth tersebut melalui manager toko. Â
Dengan modal pinjaman dana sebesar dua juta dari kepala kantor dimana saya bekerja sebagai honorer, saya mengajukan mencetak novel Beib dan ternyata sang owner setuju atau mengacc ajuan saya, meski mereka berkata bahwa mencetak buku tersebut adalah proyek pertama kalinya. Dicetak sebanyak 150 eksemplar ditambah bonus cetak sebanyak 70 eksemplar.