DI ERA sekarang, kerusakan lingkungan akibat ulah sebagian penduduk bumi telah mengakibatkan adanya pemanasan global sehingga terjadi perubahan iklim yang cenderung ekstrim. Maka tak heran jika akhir-akhir ini intensitas terjadinya bencana alam makin meningkat.
Seiring perubahan zaman, alam pun tak seindah dahulu, cuaca sudah tidak lagi teratur , sehingga muncul istilah kemarau panjang, kemarau basah, hari tanpa hujan dan sebagainya. Jika di musim kemarau, pagi-pagi terasa dingin, siang berubah jadi panas hingga malam atau sebaliknya.
Anehnya, banyak umat manusia menyikapi kondisi cuaca tersebut dengan keluh kesah, caci maki, menyalahkan sana -- sini. Saat hujan mengeluh karena banjir, saat kemarau menderita karena kepanasan dan kesulitan air bersih, tanpa menyadari bahwa mereka berkontribusi terhadap perubahan iklim ektrim yang terjadi tersebut.
Terlepas dari hal itu, saat datangnya musim kemarau, selain panas, kegerahan,  dan kekeringan, ada  sebuah riwayat  atau rona -- rona kehidupan menggelikan sekaligus lucu , tapi sudah dianggap hal biasa yaitu munculnya penyakit-penyakit "non elite" yang biasanya mendera masyarakat kalangan menengah ke bawah.
Maksudnya penyakit "non elite" itu adalah penyakit-penyakit ringan  seperti gatal-gatal, jamuran, kulit kering, bersisik, dan telapak kaki pecah-pecah bukan diabet, kolestrol, jantung, atau hypertensi
Meski ringan tapi cukup membuat sedikit malu bagi si penderita, termasuk saya, ha..ha..ha. Sejak kecil sudah berkawan baik dengan penyakit-penyakit "non elite' tersebut terutama kaki bersisik dan pecah-pecah.
Telapak kaki pecah-pecah, dalam anekdot orang Sunda menyebutnya sebagai perpecahan antar suku. Suku artinya kaki. Dalam anekdot lain, sering disebut sebagai alat untuk memarud kelapa. :) . Garis-garis pecah kasar dan kering tersebut biasanya ada dipinggiran telapak kaki terutama bawah tumit, ada juga yang di seluruh telapak kakinya.  Â
Kalau keluar rumah kakinya tidak tertutup kaos atau sepatu, sedikitnya membuat kurang pede karena telapak kaki terlihat selalu kotor dan kasar. Bagi mereka yang standar ekonominya cukup kuat, jika terkena perpecahan antar suku tersebut bisa segera diatasi dengan perawatan intensif dan bisa jadi biaya yang sedikit mahal.
Bagi orang biasa, terkadang dibiarkan saja sampai sembuh sendiri seiring kemarau berakhir, di olesi getah papaya, atau salep. Tiap ke kamar mandi digesek-gesekan ke ubin atau batu terutama yang kasar serta disikat dan dibersihkan.
Uniknya, saya dan mungkin sebagian besar orang yang terkena pecah-pecah kaki biasanya  dimanfaatkan untuk menggaruk bagian kaki yang gatal, karena kulitnya kasar dan keras  sehingga tanpa harus susah payah menggunakan tangan, terutama saat rebahan atau berbaring. :).