Konon di pinggir sungai dekat rumah salah satu teman ada sebuah kerajaan jin, beberapa orang pernah mengalami hal-hal mistis di sana.
Setelah dewasa malah terbilang langka untuk bersengaja ke sungai apalagi kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Kalau pun ke sana saat ada kerja bakti atau silaturahmi dengan tetangga-tetangga yang rumahnya berada dipinggir sungai.Â
Saya pun pernah beraktivasi atau berinteraksi di sungai Cikapundung meskipun bukan di lintasan sungai daerah tempat saya tinggal, kegiatan dilakukan dalam rangka pendidikan, pelatihan, bersepeda, fotografi, dan kampanye lingkungan khususnya terkait sungai dan air.Â
Pada saat kelas satu SMA di tahun 1989, saya mengarungi sungai Cikapundung yang melintasi daerah Bukit Jarian, Ciumbuleuit dalam kegiatan pramuka yaitu pelatihan oudoor (outbond istilah sekarang).Â
Jadi, setelah 22 tahun kemudian saya mengikuti arung jeram bersama teman-teman pesepeda di komunitas Sapedah Suka Suka (SaSuSu) dalam program Green Revolution Cikapundung River yang diadakan oleh sekelompok pegiat lingkungan tahun 2011.
Di tahun 2011 juga saya mengikuti renungan alam di daerah lintasan sungai Cikapundung , Kampung 200 Cisitu dalam peringatan Hari Amal Bakti (HAB) Kementrian Agama Kota Bandung. Kegiatannya pelepasan ratusan burung kutilang, dan bibit ikan serta arung jeram, dihadiri Wali Kota saat itu, Dada Rosada.
Selanjutnya di tahun 2014 bersama Earth Hour ngaprak (mengarungi) Cikapundung  dari PLTA Dago Bengkok, Ciumbuleuit, Cisitu, hingga Babakan Siliwangi. Diadakan dalam rangka Hari Air Dunia.Â
Dan di tahun yang sama mengikut kegiatan Boseh to Graphy Bike to Boseh"PR" bertajuk Kehidupan di Sungai.Â
Saat itu objek foto yang saya ambil adalah Kampung  200 di daerah Cisitu, kawasan pemukiman padat yang berada di pinggir sungai, tersusun sedemikian rupa hingga mirip kampung padatnya "Favela" Brazil. Sekarang menjadi objek wisata alam dengan nama Kampung Pelangi 200.