Mohon tunggu...
kardinal danil
kardinal danil Mohon Tunggu... -

pengamat ekonomi dan politik

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Matahariku Terbitlah

26 September 2014   03:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:30 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kau curah kan hari mu mengisi tangis tawa generasi hidup mu
Lamun,sedih haru dan tawa  bangkit kan dahaga akan bahagiaku.
Cerita hidup berjalan bagaikan lingkaran sejarah yang terus maju
Lemah kalah tumbang,tumbuh bangkit menang.
Bertarung terus menerus sang waktu jadi hakim.
Agama,moral,adat,budaya terkikis oleh  majunya pengetahuan.
Ejekan dan hinaan terus hembuskan bisikan gaib  di sertai jampi jampi untuk kembalikan masa lampau.
Zaman terus maju hempaskan segala yang tua dan setengah tua
Kau adalah gelombang semangatku.
Pecahkan karang yang hadang arus samudera  yang membawa pesan dari surga.
Keindahan dan nyanyian jiwamu sunyikan jiwa jiwa resah yang gelisah.
Tegar dan berteriak lantang lontarkan segala kemunafikan
Karena kau adalah matahari terbit dari timur pembawa pesan merdeka 100%..
Hantarkan perubahan  di bawah lentera senja.
Nusantara jaya kibarkan bendera merah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun