Jati Purba adalah salah satu kekayaan lokal yang dimiliki oleh wilayah Desa Kamal Kecamatan Larangan Brebes. Jati yang menjulang tinggi tersebut adalah salah satu jati tertua dan terbesar yang ada di wilayah tersebut. Bahkan mengenai usianya pun belum ada yang bisa memastikan nya berapa.
Selain berbagai misteri lain yang belum bisa di ungkap, banyaknya kuburan berserakan di komplek Jati tersebut juga merupakan suatu tanda tanya besar bagi siapa saja yang melihatnya.
Nampaknya kuburan-kuburan tersebut sudah sangat berusia lama, bahkan diantaranya banyak yang sudah tidak terbentuk lagi.
Selain berada di bawah pohon jati purba, kuburan yang hampir tidak semua diketahui identitas pemiliknya tersebut, nampaknya banyak juga yang ada berada di beberapa meter dari lokasi pohon jati terbesar, yang banyak orang mengenalnya dengan sebutan jati nunggal.
Selain bagian dari sejarah, keberadaan pohon jati nunggal sangat berharga bagi masyarakat sekitar, kendati sampai ada yang mau membelinya dengan harga sebesar apapun , masyarakat akan teguh mempertahankan pohon jati yang merupakan bagian dari harga diri mereka tersebut.
Pohon jati tertua tersebut sering dijadikan sebagai pusat acara adat, mulai dari sedekah bumi, ruatan, dan lainnya.
Berada di komplek Masjid Al-Itishom dan Puskesmas Desa Kamal, membuat pohon tersebut mampu meneduhkan kedua bangunan milik publik tersebut. Akar-akar jati tersebut pun nampaknya sudah hampir menyerupai batang pohon kecil. Bahkan ketika beberapa pohon di sampingnya belum rapuh, anak-anak pun sering bermain bergelantungan dibawah akar tersebut.
Saat ini keberadaan pohon jati tersebut sudah sangat dijaga oleh masyarakat dan pemerintah setempat, sehingga untuk bisa memasukinya tidak sebebas dulu. Bahkan di sekelilingnya pun sudah di kelilingi dengan pagar besi.
Selain untuk menjaga fisik pohon tersebut, hal ini juga untuk menghindari manusia dari kesyirikan. Beberapa kali ditemukan gembok pagar komplek pohon tersebut rusak, di duga hal tersebut dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, yaitu orang-orang yang justru menjadikan pohon tersebut sebagai jalan kesyirikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H