Mohon tunggu...
Dede Tatang
Dede Tatang Mohon Tunggu... Guru - Putra Kamal, Larangan Brebes

Tulisan Anak Desa Untuk Negeri Tercinta Me Visit us : www.duniaelektronik.net , www.inspirasi-dttg.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mahasiswa Umus Bercerita : 5 Tahun Berjuang Demi Bisa Kuliah, Setelah Dapat Almamater Malah dibakar

22 November 2017   19:46 Diperbarui: 22 November 2017   20:09 1833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melihat kawan-kawan berjuang hati saya begitu senang melihatnya, ini bukan masalah agar kita terkenal atau apa. Namun bahagianya saya karena ternyata saya benar-benar memiliki soudara di kampus. Bagi saya memiliki sepuluh teman pejuang lebih berharga dari pada ratusan teman yang lebih memilih mendekati penguasa hanya demi keuntungan keduniaan.

Tahukah kalian kawan, hati saya bergetar ketika melihat video perjuangan kalian di Facebook. Bahkan semua badan terasa mengigil, dan mata tak terasa berlinang ketika saya dengar kalian menyanyikan lagu mengheningkan cipta.

Saya sempat berfikir jiwa pejuang itu mulai hilang, namun setelah melihat aksi kalian saya baru sadar pemilik jiwa pejuang itu masih banyak, dan ternyata ada disekitar saya sendiri.

Saya memang tak bisa ikut berjuang bersama kalian dua hari itu, tapi perlu kalian tahu saya terus memantau perjuangan kalian. Berbagai cara saya lakukan agar bisa ada ditengah-tengah kalian, namun kehendak-Nya menentukan saya tetap di Kamal.

Dok.Pri
Dok.Pri
Hari ini saya ambil jas almamater yang selama lima tahun saya perjuangkan untuk memakainya. Lima tahun bukan waktu yang sebentar, banyak air mata, rasa sakit dan perjuangan saya untuk akhirnya bisa mengenakan jas almamater kebanggaan tersebut.

Saya masih ingat saat Ospek pernah bercerita sejarah saya pada kalian semua. 2008 setelah kelulusan SMK, saya bekerja di Jakarta agar bisa kuliah. Hampir menjadi mahasiswa BSI (Bina Sarana Informatika) namun gagal , harus pulang karena sakit dan orangtua tak merestui.

Sayapun pernah bekerja di Bandung, dengan tujuan bisa kuliah di TDC Bandung, tapi semua itu gagal, karena ternyata mengumpulkan uang untuk biaya hidup saja susah, apalagi kalau untuk biaya kuliah.

Pun demikian ketika saya jadi sales, atau jadi pedagang bakso di Cirebon, tujuan utamanya cuma satu, agar bisa melanjutkan kuliah. Namun ternyata sekali lagi Allah mengajarkan pada saya untuk lebih menghargai jasa dan perjuangan orangtua saya, karena ternyata mengumpulkan uang itu SUSAH.

Saya laki-laki kawan tapi jujur saya sering menangis saking inginnya saya kuliah. Setiap melihat mahasiswa mengenakan jas almamaternya hati ini terasa sakit, rasanya ingin sekali bisa seperti mereka. Terlebih saat beberapa kali mahasiswa dari sebuah Universitas melakukan kegiatan KKN di Desa saya, saya hanya bisa teriak mengadu kepada Tuhan, sembari mengeluarkan penatnya tekanan didada.

Alhamdulillah penderitaan panjang tersebut mulai berakhir, karena pada tahun 2013, saat saya bekerja di Firna Gelass Indonesia, saya melihat UMUS Brebes di internet. Akhirnya saya pulang, meninggalkan gaji saya yang mulai besar. Sayapun rela menjual Mega Pro yang saya miliki demi menambah biaya untuk biaya hidup, dan kuliah tentunya.

Bekerja sambil kuliah dari awal hingga kini adalah rutinitas saya, menyadarkan saya betapa perih dan susahnya orangtua kita membiayai pendidikan kita selama ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun