Mohon tunggu...
Kartoyo Sk
Kartoyo Sk Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Akbar Tandjung, Sang Maestro

11 November 2016   15:38 Diperbarui: 11 November 2016   16:12 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasanya tidak berlebihan jika saya, mungkin juga Anda menjuluki Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar yang juga mantan ketua umum Partai Golkar dan mantan Ketua DPR, Akbar Tandjung sebagai seorang maestro.

Maesro yang dalam bahasa Italia artinya tuan atau pemimpin, saat ini kerap digunakan untuk menunjukan kebesaran atau keahlian seseorang di banyak bidang, terutama di bidang musik atau seni.

Akbar Tandjung adalah salah seorang putera terbaik Indonesia yang piawai atau ahli di bidang politik. Akbar Tandjung yang lahir di Sibolga Sumatera Utara 14 Agustus 1945 sudah berpolitik sejak masih kuliah di Universitas Indonesia. Dia berandil besar atas berdirinya Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) pada 1973. Dan pada 1978-1981 Akbar menjadi ketua umum DPP KNPI.

Kiprah atau jam terbang Akbar Tandjung di kancah politik tidak diragukan lagi. Bang Akbar, demikian ia akrab disapa, merupakan salah satu politisi besar di Indonesia. Ia mempunyai perjalanan karir politik yang gemilang bersama Partai Golkar. Sebagai bukti, salah satu titik puncak karir politik Akbar Tanjung adalah ketika ia menduduki kursi ketua DPR pada era Pemerintahan Abdurahman Wahid dan Megawati Soekarno Putri, 1999-2004. Saat bersamaan Akbar juga menjabat ketua umum Partai Golkar. Sebelumya, Bang Akbar juga pernah menjabat Menpora (menteri Pemuda dan Olah Raga), Menpera (menteri Perumahan Rakyat) dan Mensesneg (Menteri sekretaris Negara).

Di tangan Akbar Tadjung, Golkar pasca Orde Baru yang berganti nama menjadi Partai Golkar dengan paradigma baru, menjadi pemenang Pemilu 2004 dengan perolehan suara 24.480.757 suara atau 21,58% dari keseluruhan suara sah. Dan Akbar meraihnya bukan dengan berpangku tangan, tapi dengan pengorbanan dan dengan modal kepiawaiannya berpolitik.

Disitulah seorang Akbar Tandjung menunjukan kelasnya sebagai seorang pemimpin berkaliber. Ia menunjukan karakteristik seorang pemimpin nasional yang berpolitik dengan akal sehat dan hati yang sejuk serta jiwa yang tenang. Santun dalam berbicara dan bertutur kata, tidak meledak-meledak, tidak emosional, beretika dalam menghadapi lawan-lawan politik, pancasialis, religius. Tidak ada dendam, ibadahnya tekun, rumahtangga tenang, teduh. Tak satu hembusan angin pun menerpa rumah tangga sang maestro politik ini.

Awal 2001 saat pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid memasuki tahun kedua, terjadi perseliihan yang kuat antara Presiden dengan DPR. Semakin hari pertentangan DPR dengan lembaga kepresidenan juga makin transparan. Banyak teguran DPR yang tidak diindahkan Presiden Gus Dur.

Kemudian DPR mengeluarkan Memorandum I untuk Presiden pada 1 Pebruari 2001 yang disusul dengan Memorandum II pada  30 April 2001. Inti dari memorandum tersebut dibalas Presiden Gusdur dengan mengeluarkan dekrit presiden pada 23 Juli 2001 yang berisi 3 point.

Pertama, membekukan MPR dan DPR. Kedua, mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dan mengambil tindakan serta menyusun badan-badan yang diperlukan untuk menyelenggarakan pemilu dalam waktu satu tahun. Ketiga, menyelamatkan gerakan reformasi total dari hambatan unsur-unsur Orde Baru dengan membekukan Partai Golkar sambil menunggu keputusan Mahkamah Agung.

Setelah keluar dekrit itu, massa pendukung Gus Dur bergerak untuk menekan MPR agar tidak mencabut mandat Presisden Gus Dur.

Di Surabaya massa pro Gus Dur dari berbagai penjuru kota di Jawa Timur, berbondong-bondong memenuhi jalan-jalan utama Surabaya. Mereka menuntut Golkar dibubarkan, dan mengancam akan mengerahkan massa lebih besar lagi, kalau sampai Gus Dur dipaksa turun. Kantor Golkar Jawa Timur dirusak dan dibakar.
 7 kantor DPD Golkar di sejumlah daerah di Jawa Timur pun ikut dirusak.

Sementara, di jakarta, sejak siang hingga malam, sekelompok massa yang disebut-sebut dari Forkot (forum kota), secara sporadis menyerang dengan melempari kantor DPD Golkar DKI.

Tapi, dengan ketenangannya Akbar menyikapi massa yang beringas. Massa yang mengobarak abrik dan membakar kantor DPD Golkar di Jawa Timur. Dengan kearifannya dia menyikapi amuk massa yang melempari kantor DPD Golkar DKI Jakarta di Jalan Pegangsaan, Jakarta Pusat.

Di lain pihak, meski partainya dizolimi secara fisik, para pemuda Golkar yang bernaung dalam ormas-ormas kepemudaan Golkar seperti AMPI, tidak ada yang merespon serangan-serangan itu. Saat itu saya yang ada di kantor DPD Golkar DKI Jakarta, berbicang dengan petinggi Golkar asal Sumatera Utara. Saya bertanya kenapa serangan ini dibiarkan saja, tokoh Golkar itu mengatakan, sebenarnya banyak kader Golkar yang sudah tidak sabar, tapi perintah Bang Akbar agar kader menahan diri.

Dan ternyata, “jurus" menahan diri itu membuahkan hasil. Masyarakat menjadi simpati kepada Golkar yang tidak melawan meski diserang. Bahkan para pedagang di sekitar stasion Cikini yang terletak di depan kantor DPD Golkar, ikut menghujat kelompok massa yang melempari kantor DPD. Dengan menahan diri, Partai Golkar menjadi partai yang dizolimi. Dan buahnya adalah empati rakyat dan kemenangan pada Pemilu 2004.

Sebagai pemenang pemilu, Partai Golkar berhak mendapatkan kursi ketua DPR. Tapi, apakah Akbar Tandjung ingin menduduki kembali kursi ketua DPR lagi ? Ternyata tidak.  Karena sejak awal Akbar Tandjung tidak lagi mencalonkan diri sebagai calon anggota DPR, sebab misi utamanya adalah memenangkan Partai Golkar dalam Pemilu 2004 dan ternyata berhasil. Dia mempersilahkan dan mendukung penuh Agung Laksono menjadi calon ketua DPR dan ternyata juga berhasil.   


 Munas Partai Golkar dilaksanakan di Nusa Dua Bali. Jusuf Kalla yang baru menjadi wakil Presiden SBY, terpilih menjadi ketua umum Golkar yang baru setelah mengalahkan dua pesaingnya, Akbar Tandjung dan Marwah Daud. JK didukung tokoh Golkar seperti Surya Paloh, Agung Laksono, Aburizal Bakrie, Prabowo, Sultan Hamengku Buwono X.

Sebagai orang yang kalah dalam Munas, Akbar Tandjung   tidak masuk dalam struktur kepenguruan Golkar periode 2004 - 2009 itu. Akbar menjadi anggota biasa di Partai Golkar. Kecewakah Akbar Tandjung kalah dalam Munas Golkar ? “Yang namanya orang gagal meraih sesuatu yang diperjuangkannya, pasti ada rasa kecewa. Tapi kita tidak boleh meratapi kekecewan itu,” kata Akbar Tandjung ketika itu.

Lalu, apakah dengan kekecewaannya Akbar Tandjung keluar dari Golkar kemudian bergabung dengan partai lain ? Tidak. Apakah Akbar Tandjung yang punya banyak kolega dan banyak bohir kemudian membentu partai baru ? Tidak.

Dalam sebuah kesempatan beberapa bulan setelah itu, saya bertanya, kenapa Bang Akbar tidak membuat partai baru ? Akbar mengatakan, kalau saya mau, banyak yang menawarkan, banyak juga yang mengajak saya bergabung dengan partai lain, tapi saya katakan tidak. Menang dan kalah adalah sebuah keniscayaan. Saya akan tetap di Golkar sampai akhir hayat.

Jujur, saya kagum pada sikap legowo seorang Akbar Tandjung. Suatu hari saya hadir di sebuah acara di DPP Golkar. Waktu itu acara sudah berjalan sekitar 5 menit, Bang Akbar yang baru tiba di DPP Golkar dengan tergopoh-gopoh masuk ke ruang acara dan langsung duduk di kursi deretan belakang. Saya melihat, banyak orang yang tahu Akbar Tandjung yang mantan ketua umum Golkar itu datang, tapi saya tidak melihat seorang pun menawarkan Bang Akbar untuk duduk di kursi depan. Padahal dia mantan ketua umum. Dan Akbar Tandjung seperti tidak ada beban apa-apa, dia tetap duduk di kursi deretan belakang dan mengikuti acara tersebut.

Saya terharu, seorang Akbar Tandjung yang dikalahkan dalam munas, tapi  tidak meratapi kekalahannya dengan menunjukkan sikap yang tidak simpatik. Ia tetap hadir di acara Golkar dan menempatkan posisinya sebagai anggota biasa. Betapa kebesaran jiwanya tidak banyak dimiliki politisi era sekarang. Saat Agung Laksono menyatakan ingin menjadi ketua DPR, Akbar pun meberinya kesempatan. Padahal saat itu Akbar Tandjung sedang jaya-jayanya.

Mungkin sikap Akbar Tandjung berbeda dengan sikap sejumlah pemimpin partai yang ada sekarang. Sekarang ini sering terjadi pemimpim partai kalah dalam pemilihan ketua baru, lalu meradang, menggugat atau membentuk partai baru. Bahkan ada politisi karena tidak dapat nomor urut yang dia inginkan dalam pemilu, pindah ke partai lain. Dengan kata lain, di partai cuma mau enaknya saja. Padahal partai adalah alat perjuangan.

Apa yang dilakukan Akbar Tandjung harusnya menjadi contoh, teladan bagi politisi-politisi muda dalam berpolitik. Sikap konsisten dan konsekuen yang ditunjukan Akbar Tandjung patut ditiru. Bahkan jika perlu bergurulah pada Bang Akbar, mungkin dengan cara berdiskusi atau mungkin juga berdebat, agar generasi muda, terutama politisi-politisi muda Golkar bisa menyerap ilmu dari sang maestro politik Indonesia ini.

Untuk menjaga kualitas  Partai Golkar, Akbar Tandjung  ingin Partai Golkar selektif dalam menerima siapa pun  yang ingin berkiprah di partai berlambang beringin itu. Akbar ingin semua kader minimal berpendidikan sarjana dan memiliki pekerjaan tetap yang tidak hanya mampu menghidupi keluarga, tapi juga bisa bersumbangsih untuk partai. Pertama, supaya orang yang berkiprah di Partai Golkar tidak bertujuan mencari nafkah. Karena partai bukan tempat mencari nafkah, tapi alat perjuangan untuk mencapai cita-cita politik.  Kedua, jika sang kader menjadi anggota DPR dia sudah punya bekal ilmu untuk diimplementasin di parlemen atau di departemen. Kader Golkar yang ada di parlemen saat ini adalah kader Golkar yang berkualitas, sehingga diakui kepiawaiannya baik oleh kawan maupun lawan politik.

 

***

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun