Sementara, di jakarta, sejak siang hingga malam, sekelompok massa yang disebut-sebut dari Forkot (forum kota), secara sporadis menyerang dengan melempari kantor DPD Golkar DKI.
Tapi, dengan ketenangannya Akbar menyikapi massa yang beringas. Massa yang mengobarak abrik dan membakar kantor DPD Golkar di Jawa Timur. Dengan kearifannya dia menyikapi amuk massa yang melempari kantor DPD Golkar DKI Jakarta di Jalan Pegangsaan, Jakarta Pusat.
Di lain pihak, meski partainya dizolimi secara fisik, para pemuda Golkar yang bernaung dalam ormas-ormas kepemudaan Golkar seperti AMPI, tidak ada yang merespon serangan-serangan itu. Saat itu saya yang ada di kantor DPD Golkar DKI Jakarta, berbicang dengan petinggi Golkar asal Sumatera Utara. Saya bertanya kenapa serangan ini dibiarkan saja, tokoh Golkar itu mengatakan, sebenarnya banyak kader Golkar yang sudah tidak sabar, tapi perintah Bang Akbar agar kader menahan diri.
Dan ternyata, “jurus" menahan diri itu membuahkan hasil. Masyarakat menjadi simpati kepada Golkar yang tidak melawan meski diserang. Bahkan para pedagang di sekitar stasion Cikini yang terletak di depan kantor DPD Golkar, ikut menghujat kelompok massa yang melempari kantor DPD. Dengan menahan diri, Partai Golkar menjadi partai yang dizolimi. Dan buahnya adalah empati rakyat dan kemenangan pada Pemilu 2004.
Sebagai pemenang pemilu, Partai Golkar berhak mendapatkan kursi ketua DPR. Tapi, apakah Akbar Tandjung ingin menduduki kembali kursi ketua DPR lagi ? Ternyata tidak. Karena sejak awal Akbar Tandjung tidak lagi mencalonkan diri sebagai calon anggota DPR, sebab misi utamanya adalah memenangkan Partai Golkar dalam Pemilu 2004 dan ternyata berhasil. Dia mempersilahkan dan mendukung penuh Agung Laksono menjadi calon ketua DPR dan ternyata juga berhasil.
Munas Partai Golkar dilaksanakan di Nusa Dua Bali. Jusuf Kalla yang baru menjadi wakil Presiden SBY, terpilih menjadi ketua umum Golkar yang baru setelah mengalahkan dua pesaingnya, Akbar Tandjung dan Marwah Daud. JK didukung tokoh Golkar seperti Surya Paloh, Agung Laksono, Aburizal Bakrie, Prabowo, Sultan Hamengku Buwono X.
Sebagai orang yang kalah dalam Munas, Akbar Tandjung tidak masuk dalam struktur kepenguruan Golkar periode 2004 - 2009 itu. Akbar menjadi anggota biasa di Partai Golkar. Kecewakah Akbar Tandjung kalah dalam Munas Golkar ? “Yang namanya orang gagal meraih sesuatu yang diperjuangkannya, pasti ada rasa kecewa. Tapi kita tidak boleh meratapi kekecewan itu,” kata Akbar Tandjung ketika itu.
Lalu, apakah dengan kekecewaannya Akbar Tandjung keluar dari Golkar kemudian bergabung dengan partai lain ? Tidak. Apakah Akbar Tandjung yang punya banyak kolega dan banyak bohir kemudian membentu partai baru ? Tidak.
Dalam sebuah kesempatan beberapa bulan setelah itu, saya bertanya, kenapa Bang Akbar tidak membuat partai baru ? Akbar mengatakan, kalau saya mau, banyak yang menawarkan, banyak juga yang mengajak saya bergabung dengan partai lain, tapi saya katakan tidak. Menang dan kalah adalah sebuah keniscayaan. Saya akan tetap di Golkar sampai akhir hayat.
Jujur, saya kagum pada sikap legowo seorang Akbar Tandjung. Suatu hari saya hadir di sebuah acara di DPP Golkar. Waktu itu acara sudah berjalan sekitar 5 menit, Bang Akbar yang baru tiba di DPP Golkar dengan tergopoh-gopoh masuk ke ruang acara dan langsung duduk di kursi deretan belakang. Saya melihat, banyak orang yang tahu Akbar Tandjung yang mantan ketua umum Golkar itu datang, tapi saya tidak melihat seorang pun menawarkan Bang Akbar untuk duduk di kursi depan. Padahal dia mantan ketua umum. Dan Akbar Tandjung seperti tidak ada beban apa-apa, dia tetap duduk di kursi deretan belakang dan mengikuti acara tersebut.
Saya terharu, seorang Akbar Tandjung yang dikalahkan dalam munas, tapi tidak meratapi kekalahannya dengan menunjukkan sikap yang tidak simpatik. Ia tetap hadir di acara Golkar dan menempatkan posisinya sebagai anggota biasa. Betapa kebesaran jiwanya tidak banyak dimiliki politisi era sekarang. Saat Agung Laksono menyatakan ingin menjadi ketua DPR, Akbar pun meberinya kesempatan. Padahal saat itu Akbar Tandjung sedang jaya-jayanya.