Mohon tunggu...
Moh Syihabuddin
Moh Syihabuddin Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Pemikiran Islam dan Pemerhati Sosial Budaya

Peminat keilmuan dan gerakan literasi, peduli terhadap permasalahan sosial dan tradisi keislaman masyarakat Islam Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kiai Sejati, Ilmunya Tersembunyi

9 Mei 2020   14:24 Diperbarui: 9 Mei 2020   14:28 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Itulah yang saya pahami dari sosok yang saya kenal sekaligus yang saya tidak kenal. Saya dekat dengannya sekaligus jauh. Dari pancaran yang Maha Mengajari dialah yang memberikan teladan yang paling baik.

Semua adik-adiknya diperlakukan sama dan semuanya telah dikenalinya hingga tidak ada yang dilupakannya. Saudara-saudaranya dari ujung Timur dan hingga Barat Indonesia telah dikenalinya dan tidak ada batas dalam pergaulan dengan beliau. Cuma saja kami-kami sendiri yang tahu diri dan merasa tidak pantas bergaul atau duduk bersama beliau.

Tetangganya tidak ada yang mengenalnya sejatinya seperti apa beliau. Semua orang memanggilnya dengan panggilan "Pak", sedangkan kami memanggilnya dengan sebutan "Bang", panggilan seorang adik kepada kakaknya. Karena kita sama-sama berguru kepada Guru yang sama dan memiliki "aqidah-beragama" yang sama.

Karena selain pekerjaannya tidak jelas, profesi yang ditekuninya juga tidak ada yang tahu. Yang diketahui oleh tetangganya hanyalah beliau orang biasa yang sering berpergian kesana-kemari, ke daerah satu dan ke daerah lainnya. Tidak dalam rangka kerja, tapi dalam rangka "menyelesaikan" masalah dan menjalani perintah Guru-nya.  

Pada setiap hari raya idul fitri tetangga perumahan dan satpamnya terheran-heran dengan pemandangan yang ada di rumahnya. Tamu-tamu terus menerus berdatangan dan tak ada habis-habisnya.

Semuanya orang-orang yang berpenampilan santri dan kiai. Yang datang selalu memakai identitas santri, kopyah, sarung, dan baju koko. Padahal dalam kesehariannya beliau telah dikenal dengan berpenampilan celana jeans, berkaos, berbaju biasa, dan malah tidak memakai kopyah.

Hingga hari ketujuh rumah beliau selalu kedatangan tamu dan tamunya pasti dari luar kota, dari desa-desa dan dari luar daerah juga.

Nampak dari luar memang beliau biasa-biasa saja. Orang akan melihatnya sebagai orang pada umumnya. Tidak ada yang istimewa dan tidak ada pula yang bisa dipamerkan, baik jabatannya, hartanya, atau pun aset-asetnya.

Beliau bukan seorang pengasuh sebuah pondok pesantren yang besar, beliau bukan sosok direktur pada sebuah perusahaan, bukan profesor pada kampus elit-ternama-terkenal dan bukan pula seorang kepala dinas di pemerintahan tertentu.  

Tapi ketika dalam sebuah kondisi tertentu, yang hanya diikuti oleh adik-adiknya dan seluruh teman-teman sebayanya akan nampak bahwa beliau merupakan orang-orang yang disembunyikan. Ilmunya terbentuk bukan karena beliau sekolah, beliau banyak membaca buku, atau banyak melakukan riset, tapi karena intensifnya dalam menyatukan dirinya dengan Guru-nya. Dzikirnya tidak pernah berhenti selama sehari semalam.

Membicarakan seorang ulama sejati, seorang kiai sejati, maka neliau adalah salah satunya. Salah satunya yang dipilih untuk membantu manusia menempuh jalan yang baik dan jalan yang benar dalam mengikuti ajaran warisan para nabi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun