Mohon tunggu...
Alvin Alif Nur Ahmad
Alvin Alif Nur Ahmad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa yang memiliki harapan dalam kebangkitan dan kemajuan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Al-Quran Bolehkah Dikaji?

25 Juni 2022   12:15 Diperbarui: 25 Juni 2022   12:28 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 
"Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil)" (Q.S. al-Baqarah : 185)

Sedangkan untuk dapat mengambil petunjuk maka kita perlu berfikir dan mengkaji sebagaimana ayat berikut ini
 
 "Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, wahai orang-orang yang mempunyai pandangan!" (QS. Al Hasyr : 2).

Apakah dengan memposisikan Al-Qur'an sebagai kesadaran ilmiyah akan membuat menggoncangkan iman kita? Tidak!

Seandainya kita benar-benar meyakini bahwa Al-Qur'an telah dijaga oleh Allah, maka sekalipun Al-Qur'an diposisikan sebagai objek kajian itu tidak akan mempengaruhi kehormatan dari Al-Qur'an itu sendiri.

Saya tidak habis pikir ketika ada orang mengaku mengimani bahwa Al-Qur'an dijaga oleh Allah sekaligus dia mengkhawatirkan Al-Qur'an dirubah oleh makhluq lemah yang disebut sebagai manusia.

Saya pribadi ketika sudah memposisikan Al-Qur'an sebagai kesadaran iman ( ), sebesar apapun usaha Al-Qur'an tersebut untuk dikritik dan dijatuhkan, saya meyakini Al-Qur'an sudah sangat sempurna untuk dapat menangkis setiap kritikan yang menjatuhkan tersebut.

Tetapi memang disini kita harus mengakui bahwa Al-Qur'an tidak akan menangkis dengan seajaib itu,

Al-Qur'an berada diantara dua sampul, tidak berbicara (benda mati) tetapi pemudalah yang akan membicarakannya.
 
Pembahasan seputar Al-Qur'an tergolong cukup sensitif, terlebih lagi di wilayah Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam.

Padahal kalau dia mau mempelajari Sakralitas dan Profanitas agama, sudah jelas bahwa Al-Qur'an itu berbeda dengan Pemahaman Al-Qur'an. Al-Qur'an sebagai sakralitas (sesuatu yang disakralkan) dan Pemahaman Al-Quran sebagai Profanitas (produk budaya).

Kesensitifan ini diperparah lagi dengan adanya oknum yang berseberangan dalam pandangan politik (politik pemerintahan dan politik agama) yang seringkali menyerang lawan politiknya hanya dengan kesalahan kecil.

Dengan permainan narasi pelintir kanan kiri memanfaatkan orang awam yang punya semangat bela Islam tanpa semangat mempelajari khazanah literatur Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun