Waktu selepas Magrib , mas Hardi sopir Blue Bird melaju membawaku menuju kedai soto ayam tertua di perempatan simpang lima kota Semarang.Â
Semarang kelahiran bundaku , gang 5 pasar bulu yang masih seperti dulu , rapih bersih dengan deretan rumah-rumah tua yang berumur lebih dari delapan puluh tahun .
Mas Hardi yang masih terhitung kerabat keluarga besar berprofesi setia menjadi sopir Taxi dengan imbalan bagi hasil prosentase , tiga puluh sampai lima puluh persen dari jumlah pendapatan per hari.
Kami menikmati panasnya soto ayam campur nasi , oncom goreng, sate telur puyuh dan tentu kerupuk kulit , 2(dua) mangkuk tiris sudah , bukan main sedapnya.
Waktu berangkat KA Monoreh jam 21.00 malam dan direncanakan sampai stasiun Jatinegara sekitar pukul 03.30 dini hari , jadi mengisi enerji sebelum melakukan perjalanan itu menjadi penting adanya setelah seharian memeras tenaga dan pikiran mengikuti Pelatihan wajib profesi bertopik ; compliance audit .Â
Mas Hardi memberikan informasi banyak dan mengajakku berputar keliling ibu kota Jawa Tengah sebelum akhirnya mengakhiri perjalanan ke Stasiun Tawang .
Dipelataran depan stasiun Tawang , aku diperkenalkan dengan kelompok pemusik keroncong yang menghibur para penumpang yang menunggu waktu keberangkatan KA sebelum memasuki peron dan disini ada suasana "slowly Indonesia" , kopi, roti, camilan menemani alunan biola , dan khas melodi keroncong , lagu bergema , dari lagu Frank Sinatra, Didi Petet sampai lagu zaman kini.
Aku beranjak ke depan panggung , memasukkan 50 ribuan ke kotak kencleng tips dan memesan sebuah lagu yang tak pernah bosan kudendangkan :...." a r y a ti...."
Suasana seketika menjadi syahdu temaram dan melankoli ketika kuakhiri tarikan suara dengan syair :.......namun aku bahagia seribu satu malam....."
Monoreh bergerak perlahan tepat pukul 21.00 meninggalkan stasiun Tawang membawa seribu kenangan dan mengajakku pada pelangi warna warni masa lalu , sungguh bahagia , kawan.
____________________________________________________________________________________