Mohon tunggu...
Dony Ind
Dony Ind Mohon Tunggu... wiraswasta -

entah, \r\nentahlah siapa aku............\r\nyang kutahu isteriku senantiasa mengutukku, "God Verdomme Zich!"

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Praduga Tak Bersalah (atas) Pohon Ganja

11 Juni 2014   00:14 Diperbarui: 2 Februari 2016   15:41 4406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14023950651281070081

[caption caption="Sumber Gambar: Dok. Pribadi"][/caption]Suatu saat bertandang ke ‘Rumah Hijau’ Lingkar Ganja Nusantara (LGN) yang terletak di Situ Gintung Ciputat Tangerang Selatan. Warna hijau mendominasi lingkungan yang asri hingga tak berkesan jika lokasi tersebut terletak di pinggiran ibu kota NKRI yang crowded. Sungguh nyaman dan damai.

Senyum ramah & bersahabat dari penghuni ‘Rumah Hijau’ merupakan sambutan untuk para tamu yang berkunjung. Setiap tamu yang bertandang berhak untuk mendapatkan edukasi tentang  seluk-beluk pohon ganja. Dari A sampai Z atas cannabis akan dikupas oleh para aktivis LGN.

Patut diapresiasi perjuangan kawan-kawan aktivis LGN tentang ganja untuk ranah medis. Karenanya pada setiap pohon ganja terdapat zat tetrahyahocannabinol atau THC, dalam THC terkandung Delta -9- THC. Pada beberapa literatur disebutkan bahwa para ilmuwan medis meyakini jika Delta -9- THC dapat mengobati berbagai penyakit, seperti: kanker, tumor, asma, kejang, parkinson dan lain sebagainya.

Di banyak negara, secara hukum ganja merupakan barang haram sehingga dalam dunia medis THC diproduksi melalui proses kimiawi. Sebagai salah satu fakta, Marinol atau Dronabinol adalah obat yang mengandung zat THC kimiawi yang di Amerika  diresepkan secara legal oleh dokter untuk mengobati anorexia dan bulimia dengan harga yang cukup fantastis. Tentu saja hal ini dibarengi dengan agitasi & propaganda yang menyatakan bahwa THC yang diproses secara kimiawi lebih ampuh daripada THC yang melekat pada pohon ganja. Dari sini bisa kita lihat ada banyak kepentingan atas pelarangan pohon ganja diluar masalah penyalahgunaannya. Ya, tentu saja kepentingan berbagai macam industri raksasa (farmasi, minyak, alkohol, dll).

Di banyak negara eksistensi pohon ganja diperangi hingga NKRI-pun latah memusuhi tanpa didahului penelitian secara ilmiah. Sungguh disayangkan jika manfaat pohon ganja dikebiri oleh undang-undang yang berwatak latah. Seharusnya kita mempunyai sebuah lembaga yang bekerja secara obyektif untuk mengadakan penelitian dan kajian ilmiah atas pohon ganja. Jika ternyata pohon ganja benar-benar  mempunyai kandungan “rahmatan lil alamin” maka harus segera disusun dan disahkan undang-undang ganja legal untuk ranah medis. Kita tidak perlu membudidayakan phobia atas penyalahgunaan (pohon) ganja karena pasti ada & banyak solusinya, salah satunya adalah edukasi secara menyeluruh perihal cannabis.

Manusia Indonesia adalah manusia yang kadar kreatifitasnya sangatlah mumpuni. Kalaulah kita boleh mengeksplorasi pohon ganja, pastilah akan muncul produk-produk obat herbal yang mujarab dengan harga yang sangat terjangkau. Bisa jadi semurah harga obat demam (typhus) yang terbuat dari ekstrak cacing kalung yang tak pernah diresepkan oleh dokter.

Jika bangsa ini tak munafik, bersama pohon ganja kita bisa melipatgandakan penerimaan negara (APBN) yang berasal dari sektor sumber daya alam non migas. Dengan demikian kesejahteraan rakyat (jelata) NKRI menjadi ‘naik kelas”; tak ada lagi kewajiban membayar deposit bagi pasien (terutama) golongan kelas sosial menengah-bawah yang akan menjalani rawat inap di rumah sakit, tak ada lagi pembodohan yang dikemas dalam bentuk BLT, tak ada lagi jalanan berlubang yang banyak menimbulkan kerugian, dan masih banyak lagi manfaat lain jika kita tak hipokrit. Bukankah ini merupakan suatu ‘grand design’ untuk pembuktian bahwa bangsa kita adalah ‘gemah ripah luh jinawi?”

Akhirul kalam, penulis berkeyakinan jika pohon ganja bukanlah jenis tanaman yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Pemurah secara sembrono & asal-asalan. Semua karyaNYA pastilah mengandung muatan “rahmatan lil Alamin”. Sudah saatnya jika para pemangku kebijakan di negeri ini berani membuka mata bahwa kita mempunyai tambang “emas herbal”. Marilah kita mengambil satu sikap (azas) ; PRADUGA TAK BERSALAH ATAS POHON GANJA. Namaste.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun