Adalah 9 Juli 2014 yang merupakan Puncak Pesta Demokrasi Indonesia. Hasil sementara berdasar hitung cepat (quick count) memenangkan pasangan Jokowi - JK dengan selisih tipis (+/-5%).
Jika dirunut berdasarkan fakta sejarah, tanda-tanda kemenangan Jokowi sudah terdeteksi sejak awal mula ia hijrah ke Jakarta. Bahkan pada 26 September 2013 saat Hari Lahir Wahid Institute ke 9, Jokowi mendapatkan hadiah berupa peci rotan milik Gus Dur dari Ibu Shinta Nuriyah. Tentunya, terlepas dari masalah apakah peci tersebut yang digunakan oleh Gus Dur sehari-hari ataukah sekedar tiruannya tidaklah penting, yang terpenting adalah “pesan” atas pemberian peci rotan tersebut. Jauh sebelum itu ada fakta menarik dari Gus Dur pada tahun 2009 mengenai “sosok Prabowo yang dianggapnya merupakan pemimpin yang paling ikhlas.” Disini banyak pihak yang (mungkin) keliru membaca pernyataan Gus Dur, khususnya stasiun TV yang menjadi corong kampanye pasangan capres nomor urut 1. Mungkin yang dimaksud Gus Dur adalah, Prabowo merupakan sosok pemimpin yang paling ikhlas dalam menerima fakta; fakta kekalahan dalam Pilpres 2014. Tak bisa dipungkiri jika menafsirkan seorang Gus Dur haruslah dengan “kaca mata khusus” & butuh rentang waktu yang lumayan panjang.
Jika kelak KPU benar-benar menyatakan kemenangan di pihak Jokowi – Jk, maka kemenangan sesungguhnya ada di tangan Prabowo & rakyat Indonesia secara keseluruhan. Mengapa?
[1] Dengan kemenangan Jokowi berarti Prabowo akan terlepas dari tuntutan pembagian ‘kue kekuasaan’ yang telah dijanjikannya terhadap partai-partai & orang-orang yang mendukungnya. Dan kita tahu bahwa para penuntut ‘kue kekuasaan’ adalah orang-orang yang sangat potensial memporak-porandakan bangsa & negara. Dengan demikian, Bangsa & Negara Indonesia akan terhindar dari malapetaka paling tidak utuk kurun waktu 5(lima) tahun kedepan.
[2] Tidak bisa dipungkiri, mau tidak mau, suka atau tidak suka, Prabowo turut menentukan arah karir politik Jokowi. Dari AD-1 ke DKI-1 selanjutnya potensial menuju RI-1. Untuk itu, kita semua –khususnya para pendukung Jokowi & JK- patut berterimakasih kepada Prabowo Subianto (khusus untuk Prabowo saja, bukan kepada para pendukungnya yang berwatak oportunis & pragmatis).
Gegap-gempita politik diakhiri dengan kemenangan seluruh rakyat Indonesia. Sekarang saatnya untuk menarik dukungan terhadap Jokowi-Jk. Adalah menjadi kewajiban kita untuk mengawal & mengkritisi semua sepak terjang presiden terpilih periode 2014-2019. Tak ada salahnya jika Jokowi-JK kita jadikan musuh bersama dalam arti positif. 9 Program Nyata & Revolusi Mental harus direalisasikan pasangan Jokowi-JK. Salam 2 Jari. [10 Juli 2014]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H