Bagi saya sebenarnya bukan hal yang mengherankan apabila wacana penolakan terhadap sumpah pemuda dan nasionalisme yang dianggap ilusif lahir dari Gerakan Mahasiswa Pembebasan yang tidak lain adalah salah satu sayap organisasi Hizbut Tahrir Indonesia. Sebagai ormas yang sejak awal kelahirannya sangat kencang mewacanakan penentangan faham demokrasi dan nasionalisme,tidak aneh kalau kemudian dalam momentum peringatan sumpah pemuda tahun ini, mereka menggulirkan wacana yang bagi saya sudah ”terlalu berani”yaitu penolakan terhadap peringatan sumpah pemuda. Bagaimana tidak “terlalu berani”, lahirnya sumpah pemuda pada tanggal 28 oktober 1928,sebagai salah satu tonggak terbentuknya nation yang kelak bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia digugat keberadaannya.Hemat saya,penolakan terhadap sumpah pemuda sama saja dengan menolak eksistensi NKRI sekarang ini.
Saya pribadi tak habis pikir membaca pernyataan sikap yang dikeluarkan terkait penolakan Sumpah Pemuda dan Nasionalisme. Nalar seperti apa yang dibangun oleh Gema Pembebasan sehingga bisa muncul kesimpulan yang saya anggap aneh bin ajaib. Keanehan yang pertama adalah sebuah Gerakan Mahasiswa yang notabene dilahirkan di Negara Kesatuan Republik Indonesia,melakukan penolakan terhadap negara tempat dimana ia lahir. Logika sederhananya, tanpa eksistensi NKRI bagaimana Gema Pembebasan bisa lahir. Jika dianalogikan dengan Hubungan antara Ibu dan anak maka disini si anak merasa bahwa dirinya bukanlah anak kandung dari Ibu yang sudah jelas jelas melahirkannya. Keanehan yang kedua adalah meskipun menolak eksistensi NKRI, nama Indonesia masih dicantumkan sebagai nama resmi gerakan mahasiswa ini, Gema Pembebasan Indonesia.Hal ini sama saja seperti seorang anak yang demikian keras menolak untuk mengakui orang tua kandungya tapi masih dengan bangga menggunakan nama orangtua yang bersangkutan sebagai nama belakangnya.
[caption id="attachment_300570" align="aligncenter" width="300" caption="http://gemapembebasan.or.id/id328-gema-pembebasan-kota-makassar-menggugat-sumpah-pemuda.html"]
Sewaktu mahasiswa saya berkesempatan untuk berinteraksi cukup intens dengan beberapa aktivis dari gerakan ini. Dari mereka saya mengetahui bahwasanya penolakan keras mereka atas sistem demokrasi dan faham nasionalisme didasari oleh keyakinan bahwa demokrasi dan nasionalisme bukanlah bagian dari ajaran islam yang mereka pahami,dua faham diatas bagi mereka adalah racun dunia barat yang tidak pantas diambil sebagai pedoman. Bahwa sistem yang paling ideal untuk mengatur kehidupan ummat islam adalah sistem khilafah islamiyah (tentu saja sistem khilafah islamiyah dalam pemahaman mereka, yang bisa jadi pengertiannya berbeda dengan gerakan islam yang lain). Untuk mewujudkan negara (daulah) yang berlandaskan sistem khilafah islamiyah maka semua ikatan ikatan yang dianggap bersifat primordial harus dihancurkan. Dari sini bisa kita tarik benang merah mengapa muncul wacana penolakan terhadap peringatan sumpah pemuda.
[caption id="attachment_300574" align="aligncenter" width="300" caption="http://gemapembebasan.or.id/id330-respon-aksi-gpi-atas-gema-pembebasan-daerah-palangkaraya-.html"]
Di tengah berbagai macam gejolak permasalahan yang seolah tak pernah tuntas menimpa negara ini, memang akan sangat mudah untuk terbuai pada janji janji manis berbagai macam gerakan kemahasiswaan dengan berbagai ragam corak pemikiran. Mahasiswa sebagai bagian dari kaum intelektual sudah seharusnya selalu membuka pikiran untuk mau berdialog dengan nalar yang sehat dan cerdas.
Semoga Pemerintah bisa mengambil sikap yang tegas terkait berkembangnya wacana penolakan sumpah pemuda yang diusung oleh organisasi Gema Pembebasan.
Bagi saya menolak sumpah pemuda berarti menolak eksistensi NKRI,menolak eksistensi NKRI bisa digolongkan sebagai perbuatan makar,meski mungkin baru dalam tataran wacana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H