Pada saat ini anak mulai aktif dengan media sosialnya. Aplikasi chatting dan aplikasi media sosial lain ikut marak. Peran orangtua dalam mengingatkan anak untuk tidak memberi data pribadi seperti bertukar foto atau bertemu secara tatap muka sangat diperlukan. Selain itu, orangtua perlu menguatkan nilai dan norma dalam keluarganya serta keterbukaan dan kepercayaan orangtua kepada anak ataupun sebaliknya.
- Usia 14-17 tahun
Usia ini merupakan periode paling menantang dalam kehidupan remaja maupun bagi orangtua. Timbulnya ciri-ciri fisik oleh remaja juga diikuti perkembangan emosi dan intelektualnya. Anak mulai berusaha mencari celah kebebasan dari orangtua. Sedangkan ikatan,nilai, norma dan pengawasan orangtua sudah mulai menurun.Â
Efeknya, remaja sering melakukan hal-hal yang sangat berisiko seperti bertemu dengan orang asing dengan segala risiko yang tidak disadari. Jika dikemudian hari terjadi hal yang buruk, orangtua harus mampu menyelesaikan secara sportif dan mengingatkan anak untuk tidak mengulanginya kembali. Perlu diingat dengan bertambahnya umur anak, maka akan muncul yang disebut dengan kedewasaan. Ditandai dengan munculnya rasa tanggungjawab yang akan menjadi salah satu prinsip hidup anak.
Media Sosial adalah Candu
Aktif di media sosial bukanlah hal yang buruk, namun jika sudah digunakan secara berlebihan maka media sosial merupakan masalah. Pada fungsinya media sosial adalah tempat berbagi hal-hal positif. Berjalannya waktu media sosial menjadi "teman sejati", tentu akan menimbilkan efek laiaknya orang kecanduan. Gejala-gejala    yang    ditunjukkan    cukup    beragam    seperti:  Setelah bangun tidur berusaha meraih gadget dalam situasi apapun.
- Dalam hitungan detik secara kontinyu memeriksa dan membuka gadget.
- Mulai melanggar aturan-aturan jam belajar, artinya tidak mampu mengatur waktu bermain dan belajar dengan baik.
- Panik, resah dan galau jika tidak dapat membuka gadget atau jam penggunaannya diatur ketat.
- Tidak tertarik dengan kegiatan diluar rumah misalnya hanya untuk mencari udara segar diluar.
- Melakukan swafoto setiap detik dan mengunggah status setiap menit.
- Emosi berlebihan saat terjadi kendala dalam berinternet.
- Selalu membicarakan foto atau video apa yang ingin diunggah dan berapa banyak jumlah like dala setiap unggahannya.
- Mengidolakan influencer secara berlebihan.
- Penurunan prestasi belajar dan lebih suka menutup diri.
Preventif Sebagai Perisai Diri
Mudahnya individu dalam upaya meningktakan eksistensi diri menyebabkan masyarakat khususnya remaja berbondong-bondong mengunggah foto atau video dirinya di media sosial. Tentu ada aturan-aturan yang musti dipahami sebagai upaya melindungi diri sendiri. Tindakan-tindakan tersebut antara lain:
- Menghindari Pose Vulgar
Pose-pose vulgar atau berlebihan sebaiknya dihindari untuk diunggah ke media sosial karena sangat berpotensi untuk disalahgunakan.
- Perhatikan Lingkungan Sebelum Berpose
Sudah banyak kejadian dimana selife yang harusnya menyenangkan malah menjadi petaka. Hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian atas lingkungan dalam mengambil foto maupun video.
- Ketahui Siapa Saja Pengikutmu
Ketika sebuah foto atau video telah diunggah ke media sosial maka siapa saja berhak melihat dan menyimpannya. Dan lagi-lagi unggahan tersebut berpotensi merugikan orang lain dengan tindak kriminal.
- Unggahanmu Sulit Dihilangkan
Walaupun unggahanmu telah terhapus di media sosial pribadimu. Namun orang-orang yang tidak bertanggungjawab akan terlebih dahulu menyimpan unggahanmu kemudian menggunggahnya ulang untuk tujuan buruk.
- Foto Anak Dibawah Umur Rentan Penculikan