*) Tulisan ini dibuat untuk Kompetisi Esai Kompas 100 Tahun Indonesia yang diadakan tahun 2017 lalu
Di era digital ini berbelanja barang dan jasa semakin mudah dan cepat. Anda cukup meng-klik beberapa kali di layar ponsel atau komputer dan barang pun dapat diantar ke rumah. Namun, bagaimana dampaknya terhadap pasar tradisional dan mall yang sudah terlanjur ada dan bagaimana kondisinya pada tahun 2045?
Menurut definisi sederhana, pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi ekonomi. Saat ini pasar tidak hanya dalam wujud fisik berupa pasar tradisional atau pasar modern (minimarket, supermarket, mall, dan lain-lain), tetapi juga dalam wujud elektronik, berada di dunia maya yang terhubung dengan internet 24 jam sehari. Berbagai sumber menyebutkan Indonesia adalah salah satu pasar terbesar di Asia untuk bisnis online.Â
Pada 2014, eMarketer melihat Asia Pasifik sebagai pasar perdagangan online terbesar di dunia, dimana Cina dan Indonesia mencatat laju pertumbuhan tertinggi. Euromonitor mencatat, penjualan online di Indonesia mencapai 1,1 miliar dollar AS pada tahun 2014. Euromonitor memperkirakan rata-rata pertumbuhan tahunan penjualan online Indonesia selama 2014-2017 sebesar 38%. Produk yang paling laku diperdagangkan secara online antara lain buku, video games, produk elektronik, pakaian, serta pariwisata. Namun, jika dibandingkan dengan total perdagangan retail, penjualan online di Indonesia baru menyumbang 0,07 persen.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memprediksi pada tahun 2020, volume bisnis online di Indonesia akan mencapai 130 miliar dollar AS dengan angka pertumbuhan sekitar 50 persen per tahun. Selain itu, Pemerintah Indonesia bercita-cita menjadi negara Digital Economy terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2020. Hal tersebut didukung dengan Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis E-Commerce (E-Commerce Roadmap) yang diharapkan dapat mendorong revolusi bisnis online Indonesia dan mendongkrak Produk Domestik Bruto sebesar 22% pada tahun 2020. Dalam hal ini, pemerintah terlihat cukup ambisius untuk meningkatkan nilai dan pasar bisnis online di Indonesia. Hal ini juga bisa dilihat sebagai peluang dan potensi besar bagi industri perdagangan online ke depannya.
Namun, bagaimana dengan pasar tradisional (marketplace) yang telah lebih dulu ada dan nasib karyawan mereka? Menurut penulis, marketplace atau tempat fisik yang digunakan untuk jual beli tetap akan dibutuhkan di masa mendatang, di tahun 2045. Tentu saat Indonesia berumur 100 tahun akan banyak perubahan dan inovasi yang terjadi seiring dengan kemajuan teknologi. Namun kita tidak bisa melupakan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan ruang untuk berinteraksi dan bertatap muka langsung dengan orang lain. Contoh yang paling gampang ditemui, kehadiran caf atau restoran yang semakin menjamur di kota besar dan kecil. Sekalipun hampir semua anak muda melek teknologi, tetapi mereka tetap berkumpul dan berinteraksi di tempat-tempat tersebut. Begitu pula dengan pasar. Menurut Irmawati (2011), kehadiran pasar online di dunia maya (marketspace) akan menjadi komplemen bagi pasar fisik di dunia nyata (marketplace).
Meskipun demikian, perlu disadari bahwa tak semua orang senang belanja online, baik karena alasan privasi, ancaman kejahatan seperti penipuan, kurangnya kepercayaan terhadap sistem online, maupun kebiasaan. Sebagian orang berpendapat pengalaman berbelanja di pasar fisik, pengalaman untuk melihat, meraba dan memegang langsung produk yang diinginkan tak tergantikan oleh pengalaman belanja online. Oleh karena itu, seperti yang penulis sampaikan belanja online akan lebih baik jika menjadi komplemen pasar fisik, bukan menggantikan pasar fisik sepenuhnya.
Bisnis belanja online dan bisnis pasar retail seperti supermarket perlu bergandengan tangan untuk menemukan sinergi. Disini penulis melihat peluang untuk menggabungkan pengalaman belanja online dan offline. Di Inggris, situs bernama Ocado bertindak seperti supermarket online, pembeli dapat memilih produk yang diinginkan, membayarnya, kemudian Ocado akan mengirimkannya ke rumah pembeli.Â
Sedangkan situs belanja online terbesar di dunia, Amazon, baru saja membeli supermarket Whole Foods senilai 13,4 miliar dollar AS. Konsepnya sama, pembeli dapat memilih produk secara online, lalu penjual akan mengirimkannya ke alamat yang dituju. Pembeli juga dapat melihat langsung produknya di toko, namun berbelanja secara online akan menghemat waktu mereka dan memudahkan orang-orang yang rumahnya jauh dari toko.
Dalam bayangan penulis, 2045 nanti setidaknya layanan transportasi akan semakin maju dan mampu menjangkau daerah-daerah terpencil di Indonesia. Penulis melihat perlunya pasar biasa bekerjasama dengan pasar online. Pasar fisik tetap ada, sebagai etalase display produk yang ditawarkan.