Mohon tunggu...
Bayu F. Arganata
Bayu F. Arganata Mohon Tunggu... -

Terjerumus dalam samudera aksara. Namun masih menunggangi perahu mimpinya.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Seutas Keindahan Dari Secuil Kodrat Tuhan Tentang Wanita

10 Januari 2014   20:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:56 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin dimulai dari 10 tahun yang lalu aku mengenal begitu dekat bagaimana agama yang otomatis menyelimuti batin, jiwa, dan pikiranku sejak lahir menjelaskan secara gamblang bagaimana terciptanya “Wanita”. Makhluk kedua Maha Karya Tuhan yang diciptakan. Semua itu digambarkan dengan sebuah realita sejarah suci milik-Nya, yaitu Hawa. Seorang manusia wanita pertama yang dibentuk raganya oleh Tuhan dari satu tulang rusuk Adam yang tercipta sebelumnya.

“Tulang Rusuk itu bentuknya bengkok, jadi seperti itulah wanita. Jalan pikirannya tidak mesti lurus. Karena bengkok itu sudah menjadi asal muasalnya”. Begitu pembicaraan guru spiritual-ku pada murid-murid lelakinya. Entah itu sekedar celetukan, atau gurauan. Namun pada nyatanya, wanita kurang lebih bisa digambarkan dengan seperti itu atas tingkah pola pikir dalam hidupnya di dunia ini.

Larut demi larut dan dengan semakin tak bisanya waktu untuk diajak mundur, aku selalu mencoba memperhatikannya. Alasan terbesar yang mendongkrak nyali-ku untuk membuktikan teori tanpa kalkulasi itu adalah, seperti apa “bengkok”-nya wanita itu? Itu memang teori katon, tapi tak ada salahnya juga untuk mencerdaskan teori yang seperti itu menjadi sebuah rumus kalkulasi hidup yang dapat diperhitungkan.

Tiba-tiba aku terpikir sebuah kata dari perbuatan Tuhan untuk menyeimbangkan dan memberi warna pada kehidupan dunia ini. Sebuah kata itu adalah “Kodrat”. Bak seorang bocah pramuka yang gemar menyambungkan seutas tali demi tali untuk dapat berguna bagi siapa saja, aku mulai mencoba menghubung-hubungkannya.

Jika kemudian terbilang bahwa terhubung secara keseluruhan antara teori  dan sebuah kodrat Tuhan yang kuanggarkan tersebut, tidak. Akan tetapi, mengapa kian hari, dari sekieliling wanita yang aku tahu, kenali, dan lihat selalu menunjukkan sikap pola piker yang sama. Tidak ada yang beragam. Walupun ada, itu hanya sebagian kecil. Namun tetap dan berujung kembali pada suatu muara, yaitu ke”bengkok”kan.

Kedoyanan wanita yang tak bisa sedikit menahan ketika melihat sesuatu yang menggembirakan, lebih lamanya durasi bicara wanita daripada lelaki, saling mencerca dan saling iri pada apa yang telah dimiliki oleh orang lain, entah dari kaum lelaki ataupun kaumnya sendiri. Mungkin itu hanya sebagian kecil dari maksud “bengkok” tersebut. Namun dari situlah aku berani menyimpulkan dan menjawab ternyata seperti itu yang dimaksud “bengkok”, sebuah kata dari seseorang yang dengan izinnya aku boleh mencuri ilmunya walaupun hanya sedikit demi sedikit.

Dari contoh-contoh kecil tersebut, aku tak sedikitpun melihat keberagaman wanita dalam kacamata karakter. Semuanya sama. Tertanam contoh-contoh kecil yang kusebutkan itu di dalam bentuk wanita. Dan bukan tidak mungkin jika aku menyebutkannya hal itu adalah sebuah kodrat Tuhan untuk wanita. Aku sangat berani menyebutkan.

Aku berpikir, maka aku ada. Biarkan tuhan berbuat atas kendak-Nya. Kita(lelaki) hanya manusia yang sejatinya adalah hasil karya-Nya. Jadi, jangan pernah meminta Tuhan mengalingkan kodrat yang sudah Dia buat untuk wanita. Diam, jangan menrbitkan protes, dan terimalah. Toh, Dia itu Tuhan. Tempat kita meminta segala hal dan tempat kita pulang dan rela memangku kita nantinya.

Jika memang Tuhan meng-kodrat-kan wanita seperti itu, kita para lelaki tak perlu resah dan bertanya “mengapa?”. Itu cara Dia mengguratkan warna untuk kehidupan dunia ini. Karena hanya Dia satu-satunya yang mampu. Dan yakinlah, bahwa setiap apa yang digariskan oleh-Nya, itu Maha Adil.

Tapi tunggu ..!!!

Pernahkah kalian(lelaki) berpikir bahwa disetiap keburukan pasti ada kebaikan yang terselip. Alias dari apa saja yang diciptakan Tuhan hanya untuk satu pihak, ada keuntungan juga bagi pihak lain. Berpikirlah seperti itu.

Coba ingat-ingat kembali. Lihatlah kembali, bagaimana Tuhan membentuk raut tubuh wanita yang dalam balutan keindahan daripada lelaki. Wanita itu memiliki kesan menarik perhatian daripada lelaki. Bahkan bisa dibilang, bahwa nilai estetika dari wanita lebih terpancar dari keindahan bentuknya. Tidak dipungkiri, karena itulah memang satu-satunya hal yang secara kasat terlihat oleh mata ini. Satu kata apresiatif untuk satu keindahan ini, “Menarik!”.

Wanita adalah makhluk pelahir makhluk baru di dunia ini. dengan durasi sembilan bulan penanggungan beban berat yang ada dalam perutnya. Entah dari apa yang dirasa semuanya tak pernah merasa nyaman. Itu semua yang dirasakan wanita sebelum proses pelahiran manusia baru di dunia ini. Begitu kuat bukan? Sanggupkah lelaki mengemban tugas suci Tuhan ini? Aku rasa tidak akan pernah. Tuhan lebih memilih meletakkan rahim di struktur tubuh dalam wanita, bukan lelaki. Dan hal itulah alasan yang membuat Tuhan juga memberi kekuatan beribu-ribu kali lipat kuatnya pada wanita. Wanita lah yang lebih kuat daripada lelaki.

“Lembut”, adalah kata yang identik pada wanita. Tercipta dengan takdir yang membuatnya menjadi lembut. Tidak ada yang mampu melepaskan identitas “lembut” pada diri wanita. Sekalipun kehidupan yang keras, dan bisa menjadikan wanita menjadi keras pula. Namun, identitas lembut tidak bisa hilang dari sekeras-kerasnya wanita. Wanita tetap makhluk yang lebih mengandalkan perasaan daripada logikanya. Tak heran, jika wanita terkesan menghadapi apapun dengan kelembutan yang dimiliknya.

Hingga dari kelembutan yang dimiliki oleh wanita itulah, wanita mampu berperan besar dalam perubahan bagi siapa saja yang ada di dekatnya. Terlebih perubahan bagi lelaki yang ada di sampingnya. Wanita mampu meyakinkan lelaki bahkan hanya membutuhkan sepersekian detik dari waktu yang ada. Pengertian dan kasih sayang yang diberikannya adalah cara wanita mengubah hal buruk pada diri lelaki seketika berubah menjadi suatu hal yang lebih baik. Wanita lebih bisa menyampaikan perubahan untuk kebaikan dari lelaki. Terlepas dari kesan memaksa dan mengatur.

Jadi,

Seperti itulah makhluk yang bernama “Wanita” diciptakan oleh Tuhan. Di luar kodrat bengkok yang telah digariskan oleh-Nya, wanita lebih memiliki sesuatu yang tak akan pernah bisa dilakukan atau sekalipun dipunyai oleh lelaki. Tuhan memberikan warna yang berbeda pada wanita dari warna yang telah diguratkan pada lelaki. Sungguh, Tuhan memang Sang Maharani!

Mungkin dengan cara seperti itu Tuhan berpesan pada lelaki agar selalu memperlakukan wanita dengan lemah lembut dan kasih sayang. Wanita tak untuk diperlakukan kasar. Wanita tak layak untuk disakiti. Mereka kaum yang tak patut tersakiti.

Sudahkah kalian para lelaki berterima kasih pada wanita yang ada ataupun yang pernah ada di hidup kalian? Lakukanlah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun