Mohon tunggu...
Adepurana
Adepurana Mohon Tunggu... -

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kreatifitas dalam Kematangan Demokrasi Indonesia

13 September 2012   07:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:32 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

http://www.youtube.com/watch?v=kkxZTotQExQ&feature=share
Jokowi dan Foke - TAKOTAK MISKUMIS by CAMEOproject feat. Yosi Mokalu

Ini ni yang namanya promosi yang kreatif. mungkin secara teknik editing nya banyak yang bisa, tapi yang susah ya ide kreatifnya itu. Baru kali ini juga pilkada semenarik ini buat di ikutin, dari blunder-blunder Foke bilang bisa cabut KTP orang betawi, terus Nara bilang macet itu berkah buat jakarta, perang SARA yang dilawan sama game jokowi , video-video kreatif gini. Lalu ada wacana larangan menggunakan baju kotak-kotak saat mencoblos dan adanya keberpihakan KPUD serta panwaslu pada pasangan inqumbent. Tapi tetap yang menarik pada pemilihan ini adalah munculnya proses kreatif tinggi yang dikemas menarik menjadi sebuah produk, entah game, maupun video. Jangan heran nanti pilpres promosi-promosi seperti ini akan makin gencar, mengandalkan kekuatan social media, video, game kreatif dan lain-lainnya dimana semua informasi itu bisa di akses siapa saja.

Pada akhirnya yang kita butuhkan bukan lagi dari partai apa mereka diusung, tapi sosok seperti apakah yang layak dan pantas untuk menjadi pemimpin. Partai pun rasanya akan mulai condong untuk mengusungkan orang-orang bersih, berkualitas , bukan lagi sekedar mengajukan kader dari internal partai agar partai itu dapat ‘jatah’ setelah kadernya terpilih.

Juga jangan dilihat sebelah mata kekuatan basis orang-orang yang maju secara independen. Sangat terlihat sekali bahwa Pak Faizal Basri telah memolopori jalur independen ini. Meskipun suara dia di putaran pertama kemarin hanya 5 persen, tapi tetap patut di apresiasi yang sangat tinggi karena mampu menggungguli suara partai salah satu pasangan yang diusung partai Golkar.

Benar bahwa dikatakan pilkada DKI jakarta kali ini merupakan miniatur dari proses pemilihan presiden nantinya, dan sudah menjadi tugas kita sebagai masyarakat untuk mengawal, mengikuti, memantau, dan menjaga agar seluruh proses hingga pemilihan presiden berjalan baik, bersih, adil, dan transparan. Dan tentunya saat pilpres nanti, kita pasti akan menyaksikan perang-perang kreatifitas dari orang-orang yang diusung baik dari partai maupun independen, dengan segala kemudahan aksesnya baik melalui website, atau social media. Faktor-faktor ini tentu diharapkan dapat mengurangi angka golongan putih yang ada, karena partisipasi masyrakat mulai diikut sertakan didalamnya. Inilah fungsi teknologi yang amat mulia telah membantu proses kedewasaan demokrasi sebuah negara sehingga semua pihak dapat saling bersinergi,menuju Indonesia yang makin baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun