Sebenarnya saya bingung mau kasih judul apa untuk postingan kali ini. This is my first culinary article. Terinspirasi dari kisah dinner malming (malam minggu) saya beberapa saat lalu. Awalnya saya hendak membeli ayam sayap (apa sayap ayam ya?) di salah satu warung (duh warung, toko, kedai, atau apa ya?) yang menjual ayam seperti McD dan KFC. Di Jogja ini, terkenal dengan usaha "serempet" semacam dua franchise tadi yaitu Jogja Chicken dan baru baru ini adalah Olive. Menurut saya, Olive lebih enak dan lebih garang eh garing dibandingkan dengan JogChick. Cuma, tadi saya kecewa betul dengan pelayanannya. Jadi saya merajuk dan beralih ke sate (Bang, satenya bang) [caption id="" align="aligncenter" width="409" caption="Siapa Tak Suka Sate Aya(m)?"][/caption] Sampai di rumah, saya makan sate itu dengan tidak lahap karena gigi belakang saya sedang bertumbuh:( dan juga belum terlalu lapar. Namun, baru habis setengah porsi saya sudah berhenti makan. Merajuk lagi. Kenapa? Karena saya merasa Jogja benar benar terlaaaaalu (dengan nada Bang Rhoma). Sepertinya jarang sekali penjual sate yang tidak "menyertakan" berbagai bagian menjijikkan dalam satu tusuk lidi. Entah itu brutu (pantat), kulit, lemak, hingga jengger! [caption id="" align="aligncenter" width="638" caption="Geleuh!!!"][/caption] Ya, jengger ayam! Hiks, sungguh tegaaa. Sebenarnya malam ini saya tidak menemukan potongan jengger tetapi karena saya eneg melihat potongan kulit yang benar benar menjijikkan penampakannya, maka memori saya kembali ke beberapa saat lalu ketika makan sate bersama adik di caerah Selokan Mataram Seturan. Ketika itu, adik saya sedang lahap lahapnya makan sate. Saya juga senang melihatnya secara dia itu tipe orang yang pemilih terhadap makanan. Tiba-tiba, saya terpaku memerhatikan sepotong daging di tusuk lidi. Saya pun bertanya padanya, "Dik, ini apa ya kok bentuknya kek kenal? Jengger bukan?" Kepala saya sampai mereng mereng memerhatikan dengan seksama bentuk seperti mahkota hitam. Kemudian adik saya pun berhenti makan dan merasa mual berlebay. Saya sedihhh! Kalau brutu dan usus atau kulit saya masih bisa terima. Tapi, jengger??? Oh nooooooo!!!! Mending saya makan kelelawar atauapa gitu. Bayangin Anda makan jengger ayam seperti di gambar nomor satu (jengger single) di atas. Ini nyata, cuma ada di Jogja! Selamat berkuliner ria [caption id="" align="aligncenter" width="251" caption="Suturezooo!!!"][/caption] T_______T
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H