Mohon tunggu...
Rian "Aya" Indriani
Rian "Aya" Indriani Mohon Tunggu... profesional -

Saya yang selalu percaya bahwa ide gila itu muncul sewaktu-waktu. Saya yang selalu percaya bahwa walau tidak bisa berenang, laut itu selalu menyenangkan dan menenangkan. Saya yang selalu percaya bahwa saya, bisa! Bisa gila!

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Anak Pulau, Flores

23 Juli 2011   02:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:27 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_124438" align="aligncenter" width="671" caption="Pulau Kelor, NTT Flores, Endonesa"][/caption] Flores. Menurut seorang teman (Kristi.Red), Flores itu mirip dengan sebuah kata dalam Bahasa Italia yaitu Fiore yang berarti bunga. Wajar, karena memang pulau ini begiiiiiitu indah. Luar biasa. Ayo, jangan hanya tahu Pulau Komodo dan Labuan Bajo karena di sini ada danau vulkanik terbesar se-Endonesa Timur. Mari, inilah cerita saya.

1311388509996945793
1311388509996945793
Setahun lalu, saya dan tim KKN PPM UGM menghabiskan kurang dari dua bulan di pulau ini. Ya, kurang dari dua bulan tetapi kecintaaan dan kerinduan kami padanya kini masih saja melekat. Banyak hal yang kami lakukan untuk masyarakat di sini. Mulai dari pelayanan kesehatan, penyuluhan, sarana prasarana fisik, peternakan, kepariwisataan, hingga mengajar. Ya, mengajar anak anak SD yang ternyata sangat antusias karena mendapat guru baru. Bukan guru yang sehari hari mereka hadapi. "Bosan kakak dengan gurunya. Enakan dengan kakak kakak saja. Tidak usah pulang ke Jogja", katanya.
13113880811481405957
13113880811481405957
Kehadiran kami diibaratkan kedatangan malaikat malaikat kecil yang membawa pengharapan. Ah, tidak usah berlebihan seperti itu mama, papa, ase, kae. Karena sebenarnya kita sama sama merasa beruntung. Sangat. Kita saling memberikan pelajaran yang tidak bisa didapatkan di mana pun. Berbagi, senyum, kejujuran, kegigihan, pengorbanan, ketulusan, dan entah apa lagi. Ya, kita saling melengkapi... Jika membandingkan antara anak kota dengan anak dusun (lebih bawah dari desa), maka saya lebih memilih anak dusun. Entah mengapa. Jika ingin tahu, mari ke mari bersama kami. Suatu saat nanti, mungkin kami akan kembali. Jangan menangis, tapi kalau itu membuatmu rindu, tak apa. Menangislah!
1311387927843966759
1311387927843966759
Tapi tetaplah berikan jempol jempol terbaik kalian untuk selalu mengalahkan segala kepedihan dan kekurangan. Siiiiip. Ah, saya tidak bisa berkata kata. Postingan ini membuat saya mati kata.
1311388170582270676
1311388170582270676
Selamat Hari Anak Nasional!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun