Teruntuk dirimu yang sempat menyertai kepergian hatiku, jauh lepas dalam kehidupanmu.. aku telah lupa kapan aku lalui masa dengan dirimu… Hampir dari separuh usiaku ketika waktu itu aku mulai mengenal darah ini mengalir deras bersama nafasmu, kejiwaan ku saat itu membabi buta cinta, nyatanya tak sempat kurengkuh dirimu… Anggap saja Aku masih menepi dalam angan-angan yang sempat mengoyak keinginan dan hasrat kebhatinanku, bukan sebuah keberuntungan bagimu.
Karantinakan diri dan menyudut dalam dunia penuh ilustrasi itulah yang tak bisa aku katakan pada mu, pada dunia sekalipun. Mungkin anggapmu omong kosong bahwa diriku seperti pengelana tanpa kudanya.
Memungkiri cinta didunia? Oh, Ma’af!!! Ma’af itu tak tepat buat mu, itu bukanlah kekhilafanku padamu. Cantik adalah wajahmu yang pernah kutawar dengan senyuman, tidak sempurna memang!! tapi hanyalah kiasan pengaggumanku semata. Kuyakini engkau tak pernah ragu takkan lepas dari tubuhku yang mungkin bisa lambungkan tiap detik memburu nafas yang menderu.
Kenapa harus kejujuran yang ingin kau tunggu dariku.. Aku menikmati sendiri, ku tau kaupun merasakan nikmatmu sendiri. Tapi kenikmatan duniaku bukan hasrat dari gejolak cinta. Tiada sesuatu pun yang tersimpan darimu, hati, cinta, apapun itu yang indah darimu sesal pun tak ada. aku mampu membasuh luka yang tak terasa perih.
Mungkin Waktu akan mengembalikanku padamu duniawi.. Cinta ada dalam genggaman manusia, yang agung dari TUHAN.
*AGIL Kantana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H