Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh kebun-kebun hijau, hiduplah empat sahabat dekat yaitu Sara, Sinta, Putri dan Rina. Mereka tumbuh bersama dalam suasana yang dipenuhi kegembiraan dan kehangatan di desa itu, terutama saat bulan Ramadhan tiba.
    Sara, gadis ceria dengan senyum yang memikat, Sinta, si pemberani dalam hal apapun, Putri, yang paling humoris dan selalu perhatian dengan sahabatnya, Rina selalu ingin mencoba hal baru berjiwa petualang. Mereka seringkali menjelajahi kebun-kebun desa untuk mengisi waktu luang, bermain lari-larian, petak umpet dan lainnya. Di karenakan jarak antar rumah mereka sangat dekat jadi tidak  heran jika setiap waktu, sepanjang hari, satu pekan penuh mereka selalu bersama-sama.
    Rutinitas sehari-hari mereka pada Bulan Ramadhan yaitu, di mulai dengan waktu shubuh secara bersamaan mereka menuju madrasah untuk mengaji, lalu hari telah pagi, saatnya pergi ke sekolah hingga siang tiba, setelah pulang sekolah sore hari mereka bermain kembali untuk mengisi kekosongan waktu sambil menunggu adzan maghrib, selepas berbuka puasa mereka pergi membeli jajanan di warung terdekat sembari menunggu adzan isya untuk melalukan shalat terawih.  Adzan isya pun berkumandang mereka langsung menuju mesjid, selepas shalat terawih pulanglah mereka ke rumah masing-masing.
    Persahabatan mereka sangatlah erat, seringkali ingin mencoba hal baru. Di suatu hari  ke empat sahabat itu berniat untuk mengikuti itikaf di mesjid yang dilakukan di malam hari hingga waktu sebelum sahur tiba, berangkatlah mereka menuju mesjid di jam 01.00 wib hingga selesai. Di perjalan pulang mereka bertemu dengan segerombolan anak-anak cowo dan mereka pun berhenti sejenak ikut serta dengan geng para cowok tersebut.Â
    Segerombolan anak-anak itu berniat mengelilingi desa untuk membangunkan orang-orang sahur. Mereka para cewek pun mendengar hal tersebut jadi tertarik untuk mengikutinya. Setelah persetujuan, akhirnya keempat sahabat itupun ikut bersama-sama mengelilingi desa dan beriringan mengakatan sahurr kepada orang-orang.
    Kebahagiaan tercipta disitu, itu menjadi kenangan yang sangat berkesan kelak setelah dewasa. Kenangan yang membuat selalu merasa rindu dengan suasananya, ditambah dengan Bulan Ramadhan yang sangat mulia nan special yang seringkali merasa rindu dengan bulan itu. Setiap momen itu menjadi kenangan yang tak terlupakan. Walaupun kehidupan membawa perubahan, dan masa remaja membawa tanggung jawab masing-masing, pertemanan mereka tetap erat.
   Ketika mereka dewasa, desa kecil itu menjadi semakin sepi. Namun, desa itu tetap menyimpan kenangan masa kecil yang penuh keceriaan. Pertemanan mereka di desa kecil itu tidak hanya memberikan kenangan, tetapi juga pelajaran tentang kebersamaan, kesederhanaan, dan kehangatan persahabatan yang abadi. Bagi mereka, desa kecil itu bukan hanya tempat, tapi bagian tak terpisahkan dari kisah pertemanan mereka yang selalu indah untuk dikenang.
Persahabatan masa kecil adalah kenangan yang tak pernah pudar, selalu penuh tawa, cerita, keceriaan dan kebersamaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H