Dalam fase ini, perilaku kita tidak terlepas dari teori perilaku produsen dan konsumen. Teori tersebut menyebutkan bahwa ada sejumlah usaha yang harus dikeluarkan untuk ditukarkan dengan hal yang kita inginkan.Â
Jika penjual harus mengolah sumber daya untuk mendapat keuntungan dan pembeli harus mengeluarkan sejumlah uang untuk memenuhi kebutuhannya, maka untuk mendekati seseorang kita juga perlu mengeluarkan usaha, baik dalam bentuk waktu, emosi, paras, pendidikan, ataupun berbagai hal lainnya, untuk ditukarkan dengan pengenalan yang lebih dalam akan orang yang menarik hati kita.
Ketika sudah mengenal orang tersebut, kita akan dihadapkan dengan pilihan selanjutnya, yaitu apakah kita akan menjalin hubungan dengan orang tersebut.Â
Dalam menentukan hal ini,  cost-benefit analysis cenderung akan dilakukan. Cost-benefit analysis adalah analisis jumlah keuntungan yang akan didapatkan berdasarkan biaya yang akan dikeluarkan.Â
Terdapat ungkapan bahwa tidak ada yang gratis di dunia ini. Ungkapan tersebut nyatanya juga sangat relevan dalam hubungan percintaan. Terkadang harga yang harus dibayar hadir dalam bentuk memposisikan diri untuk memaklumi kebiasaan pasangan yang mungkin tidak kita sukai dari orang tersebut atau mungkin berpisah dalam jarak untuk sementara waktu.Â
Namun, hal tersebutlah yang harus dipertimbangkan terhadap waktu-waktu indah yang akan dijalankan bersama orang tersebut. Apakah harga yang akan dibayar setimpal dengan keuntungan yang ingin kita dapatkan?
Di sisi lain, fase pacaran, sangat erat kaitannya dengan aktivitas penelitian dan pengembangan, dimana objektifnya adalah pengembangan hubungan tersebut menuju tahap yang lebih serius, yaitu pernikahan.Â
Penelitian dan pengembangan membutuhkan biaya, dan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, mata uang dalam suatu hubungan tidak terbatas pada biaya saja, tetapi juga dapat berbentuk waktu, emosi, dan lain-lain. Perhitungan biaya tersebut dapat didasarkan pada hasil dari "penelitian dan pengembangan" itu sendiri.Â
Jika hasil menunjukkan bahwa hubungan tersebut dapat dikembangkan sampai tahap pernikahan, maka biaya dapat diperhitungkan sebagai investasi, yaitu biaya yang kita tanamkan untuk mendapat keuntungan di masa depan---dalam hal ini, kita berhasil mengembangkan hubungan tersebut menuju tahap pernikahan.Â
Akan tetapi, jika hasil menunjukkan bahwa hubungan tersebut tidak mungkin dilanjutkan sampai tahap pernikahan, biaya tersebut dapat diperhitungkan sebagai sunk cost, yaitu biaya yang sudah dikeluarkan dan tidak dapat diperoleh kembali, secara relatif terhadap hubungan atau "penelitian dan pengembangan" selanjutnya.
Ekonomi di balik Pernikahan: Penyatuan Sumber Daya