Mohon tunggu...
Kanopi FEBUI
Kanopi FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UI

Kanopi FEBUI adalah organisasi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian, dan mengambil topik pada permasalahan ekonomi dan sosial di Indonesia secara makro. Selain itu, Kanopi FEBUI juga memiliki fungsi sebagai himpunan mahasiswa untuk mahasiswa program studi S1 Ilmu Ekonomi dimana seluruh mahasiswa ilmu ekonomi merupakan anggota Kanopi FEBUI.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Sisi Gelap Tragedy of the Commons: Membatasi Kebebasan Individu demi Kesejahteraan Bersama

1 September 2023   18:59 Diperbarui: 1 September 2023   19:00 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut Hardin, kebebasan untuk berkembang biak tidak dapat ditoleransi (freedom to breed is intolerable). Semua orang "terjebak dalam sistem" yang mempercayai akan kebebasan dalam kepemilikan bersama, yang pada akhirnya membawa "bencana" bagi semua pihak akibat dari tiap orang yang hanya mengejar kepentingan individunya. 

Dengan kata lain, mempertahankan kebebasan untuk melahirkan demi kepentingan moralitas hanya dianggap Hardin sebagai bentuk penyangkalan (psychological denial) yang kuno terhadap masalah overpopulasi yang semakin nyata. Ia kemudian menggunakan kata "tragedi" yang bermakna tak hanya terbatas pada ketidakbahagiaan, melainkan juga mencakup hal (seperti kehidupan manusia) yang sangat tidak bisa dihindari -- terinspirasi dari seorang filsuf bernama Whitehead.

Implikasi dari argumen di atas adalah kebebasan berkembang biak harus dihilangkan, atau setidaknya "dilepaskan" secara bertahap. Bagi Hardin, mempromosikan konsep kebebasan untuk melahirkan, sekaligus mempercayai semua orang yang lahir punya hak yang sama terhadap barang kepemilikan bersama, akan mengarahkan dunia ini ke sebuah kondisi yang tragis (tragic course of action).

Sudut pandang ini secara historis telah melahirkan berbagai kebijakan publik yang cukup ekstrim terkait kontrol populasi. Ambil contoh, Kebijakan Satu Anak (One Child Policy) yang pernah diterapkan di Cina selama 35 tahun. Tentu kebijakan ini tak lepas dari hujan kritik. Berbagai dokumenter seperti One Child Nation menggambarkan buruknya pengaruh dari kebijakan tersebut, mulai dari perpecahan keluarga, paksaan aborsi dan sterilisasi, hingga peningkatan human trafficking dari bayi perempuan yang "tidak diinginkan". Belum lagi melihat masifnya propaganda dari kontrol kelahiran ini, misalnya penayangan kartun anak yang mengilustrasikan orang yang punya lebih dari satu anak dianggap kriminal, terbelakang, dan bodoh (Chang, 2019). 

Pada akhirnya, tingkat kelahiran menurun drastis, namun pemerintah Cina justru akhirnya berusaha meningkatkan kembali angka kelahiran anak di tengah stigma masyarakat perempuan yang menganggap anak sebagai beban karir, sehingga mengubah kebijakan ini menjadi "Kebijakan Dua hingga Tiga Anak" disertai insentif potongan pajak, subsidi, pemberian tunai, dan lainnya.

Kebijakan kontrol populasi lain yang tidak kalah kontroversialnya yaitu kampanye mengerikan dari Sanjay Gandhi pada tahun 1976 untuk mensterilkan penduduk miskin. Sekitar 6,2 juta pria India akhirnya disterilkan hanya dalam kurun waktu setahun, di mana terdapat 2.000 pria diantaranya yang meninggal dunia karena operasi yang gagal, menurut jurnalis sains Mara Hvistendahl (BBC, 2014). Selaras dengan argumen Hardin, larangan untuk memiliki banyak anak relatif lebih mudah dalam proses penetapan sebagai peraturan pemerintah, tetapi relatif sulit pada implementasinya, terutama terkait kemauan diri sendiri. Dengan demikian, dari dua contoh diatas, menganggap pertumbuhan populasi sebagai akar permasalahan seringkali dianggap sebagai kebijakan yang tidak tepat dan tidak demokratis.

Konsep "Keterbatasan" vs "Kelangkaan" dan Etika Sekoci (Lifeboat Ethics)

"There is enough for everyone's need, but maybe not enough for everyone's greed"

- Gandhi

Sesuai dengan kutipan bijak diatas, kita perlu memahami bahwa keterbatasan (limits) tidak selalu mengakibatkan kondisi kelangkaan (scarcity). Ambil contoh kasus makanan --- kita harus memberi makan 3 hingga 4 miliar lebih banyak orang di abad mendatang. Jika saat ini kita bisa mencegah sisa makanan yang terbuang sia-sia, apalagi mencakup sepertiga dari total makanan yang diproduksi; mengurangi konsumsi makanan yang berlebihan; ataupun mengalihkan konsumsi susu dan daging yang membutuhkan 70% dari penggunaan lahan pertanian dunia, kita dapat memenuhi kebutuhan populasi yang meningkat, sekaligus mengatasi masalah lain seperti emisi gas rumah kaca, polusi air, biaya kesehatan dari obesitas, dan masih banyak lagi.

Dari konsep kelangkaan ini, Hardin memperkenalkan konsep "Etika Sekoci" (Lifeboat Ethics) sebagai metafora untuk menggambarkan dilema distribusi sumber daya sekaligus mendetailkan konsep Tragedy of The Commons. Bayangkan terdapat sebuah sekoci yang berisi 50 orang dari total kapasitas 60 orang. Di sisi lain, terdapat 100 orang yang mengambang di laut lepas dan butuh pertolongan. Dalam kasus ini, pihak yang berada di sekoci dihadapi beberapa pilihan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun