Mohon tunggu...
Kanopi FEBUI
Kanopi FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UI

Kanopi FEBUI adalah organisasi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian, dan mengambil topik pada permasalahan ekonomi dan sosial di Indonesia secara makro. Selain itu, Kanopi FEBUI juga memiliki fungsi sebagai himpunan mahasiswa untuk mahasiswa program studi S1 Ilmu Ekonomi dimana seluruh mahasiswa ilmu ekonomi merupakan anggota Kanopi FEBUI.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Artikel Utama

Udang Tak Tahu Bungkuknya(?): Menguak Industri dengan Potensi Terbesar

13 Mei 2022   19:39 Diperbarui: 18 Mei 2022   04:53 2021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan luas daerah perairan sebanyak 81% dari total area dan garis pantai sepanjang 95.181 km, ada sebab negara kepulauan ini bisa menjadi kekuatan maritim terbesar di setiap titik sejarah. 

Moyang kita dari kerajaan besar mengingat laut, selat, dan sungai sebagai "halamannya"-- memusatkan peradaban mereka seputar poros yang mengalir. Demikianlah budi daya air merupakan tonggak kuat perekonomian--melewati rintangan waktu.

Dari banyaknya budi daya air yang sudah dijalani sebagai sumber pendapatan warga, budi daya udang (serta krustasea sejenis lainnya) menjadi salah satu tiang besar dalam industri ini. 

Dengan pasar udang global yang memiliki nilai mencapai US$ 17.9 Miliar di tahun 2020 (OEC, 2020) dan merepresentasikan 0.11% dari perdagangan dunia, tidak heran pemerintah menitikberatkan fokus pada  rencana program menaikan ekspor udang hingga 250% pada 2024. 

Posisi tanah air sendiri sebagai eksportir terbesar keempat di dunia di tahun 2020 juga memperlihatkan seberapa besar budi daya jenis krustasea ini menopang ekspor komoditas non migas. 

Semua fakta sebelumnya terdengar cukup kontradiktif apabila mengetahui bahwa produktivitas tambak udang di Indonesia masih sangat rendah di angka 0,6 ton per hektare. 

Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, potensi lahan untuk perkembangan budidaya air payau (tambak) di Indonesia mencapai sekitar 2.964.331,24 hektar. 

Namun, hingga tahun 2017, penggunaan lahan budidaya udang baru mencapai 20% dari total potensinya yaitu sekitar 605.908.818 hektar, masih sangat terbuka untuk dikembangkan lahan untuk ekstensifikasi budidaya udang. 

Bagaimana bisa dengan produktivitas rendah, negara kepulauan ini menempati posisi eksportir udang terbesar keempat? Apakah mereka bisa merebut posisi sang juara pertama? 

Dan bagaimana kita bisa meranjak ke posisi tersebut? Pada paragraf yang akan datang, kita akan mengulik bersama pertanyaan-pertanyaan sebelumnya.

Sejarah singkat

Ilustrasi Diolah oleh kanopi_febui
Ilustrasi Diolah oleh kanopi_febui

Sejak tahun 1987, Indonesia telah menjadi salah satu pemasok udang terpenting di dunia. Negara tropis dengan pesisir pantai yang begitu luas memudahkannya penggunaan budi daya tambak air payau. 

Budi daya air payau ini berkontribusi pada ketahanan pangan nasional, pendapatan dan penciptaan lapangan kerja, dan devisa pendapatan sebagai pendapatan alternatif bagi masyarakat pesisir juga.

Dalam tingkat individual, budi daya dan ternak udang menjadi pilihan profesi yang lebih menguntungkan dalam segi finansial dibandingkan dengan budi daya padi dan buruh untuk warga pesisir. 

Kebanyakan komunitas tambak udang lokal menyatakan kepuasan atas pendapatan mereka saat ini dari tambak udang dibandingkan dengan status sosial-ekonomi sebelum tambak (Sunuram, 2021). 

Udang juga memiliki permintaan yang tinggi--di dalam maupun di luar negeri (Putri, Affandi, dan Sayekti 2020). Dari situ, meningkatlah jumlah pelaku budi daya tambak udang dengan pesat. 

Mirisnya, pergeseran profesi ini tidak diimbangi dengan pengetahuan dan kesiapan yang sama besarnya. Sebagian besar budi daya udang masih menggunakan sistem tradisional tanpa Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), dan pembibitan yang memadai. 

Kurangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dalam budidaya dan pengolahan udang menyebabkan udang dari Indonesia memiliki kualitas rendah--dengan demikian, harga mereka rendah dan menjadi kurang kompetitif. Modernisasi tambak-tambak rakyat dengan sistem budi daya tradisional membutuhkan investasi yang besar.

Selain itu,udang olahan belum memberikan peran yang signifikan dalam ekspor udang Indonesia. Adanya keterbatasan dari kemampuan industri pengolahan udang untuk menciptakan inovasi baru yang bernilai tambah untuk ditingkatkan daya saing. 

Mayoritas produk olahan yang ada hanya terbatas pada pasar dalam negeri dan tidak dapat diekspor. Ekspor udang Indonesia saat ini terdiri dari udang beku (80%) dan udang non-beku berupa udang segar dan udang kemasan (20%). 

Ekspor dan Pengembangan

Menurut Gregory Mankiw, elastisitas permintaan adalah ukuran perubahan jumlah permintaan barang (jumlah barang akan dibeli oleh pembeli) terhadap perubahan harga barang itu. 

Jika harga barang naik, kesediaan pembeli untuk membeli barang tersebut akan menurun. Dengan model ini, kita akan memasukkan fungsi permintaan ekspor udang (seperti harga udang domestik, harga ekspor udang ke negara tujuan, nilai produk domestik bruto negara tujuan, dan produksi udang domestik segar) pada contoh pasar yang sudah diteliti sebelumnya, Uni Eropa.

Tabel Diolah oleh kanopi_febui
Tabel Diolah oleh kanopi_febui

Di Uni Eropa, besarnya elastisitas pada jangka panjang lebih besar dibandingkan dengan jangka pendeknya, kecuali perubah harga ekspor dan produksi udang segar. 

Nilai elastisitas yang terbesar dimiliki oleh harga udang domestik, produksi udang, dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diantara empat fungsi diatas yang masing-masing sebesar 5,2509; 4,4434; dan 0,7620. 

Hal ini mengindikasikan bahwa faktor yang dominan mempengaruhi ekspor udang  ke Eropa dalam jangka pendek dan jangka panjang adalah harga udang domestik,(Asnawi, 2021). 

Ada pula baiknya jika Pemerintah melakukan pencarian pasar baru untuk meningkatkan ekspor udang segar karena berdasarkan analisis di atas pasar udang segar ke Eropa sudah mengalami kejenuhan. 

Kesimpulan yang diambil dari Uni Eropa ini juga berlaku kepada dua negara terbesar penerima eksportir lainnya, yaitu Jepang dan Amerika--karena memiliki angka yang relatif dekat. 

Selain itu, mendorong upaya pengembangan diversifikasi pasar tujuan ekspor dan  jenis produk berbasis komoditas unggulan perikanan utama akan membantu juga meningkatkan ekspor. 

Konsekuensi negatif lingkungan juga harus diperhatikan, layaknya yang sudah terjadi di garis pantai Jawa. Laju perkembangan pesat budi daya udang vaname d isana telah menambah pembukaan lahan pesisir pantai dan kebutuhan pupuk, pakan, dan bahan kimia untuk menopang keberlangsungannya kegiatan.

Setelah itu semua, sangat memungkinkan dengan berjalannya waktu, produksi dari budi daya udang akan lebih besar. Semua ambisi dan langkah akan diambil demi mengklaim kembali secara penuh takhta kita sebagai penguasa maritim.

References:

Amelia, F., Yustiati, A., & Andriani, Y. (2021). Review of Shrimp (Litopenaeus vannamei (Boone, 1931)) Farming in Indonesia: Management Operating and Development. World Scientific News, 158, 145--158

Saman, A., Luhur, E. S., Suryawati, S. H., & Arthatiani, F. Y. (n.d.). Model Permintaan Ekspor Udang Segar Indonesia Oleh Pasar Jepang, Amerika Serikat, Dan Uni Eropa. Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan. Retrieved May 13, 2022, from http://jppik.id/index.php/jppik/article/view/220/169

Shrimps and prawns, Frozen. OEC. (n.d.). Retrieved May 13, 2022, from https://oec.world/en/profile/hs/shrimps-and-prawns-frozen#:~:text=In%202020%2C%20the%20top%20exporters,%2C%20and%20France%20(%24645M).

Wati, L. A. (n.d.). Analyzing the development of Indonesia shrimp industry. Retrieved from https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/137/1/012101/pdf 

Lestari, R. (2022, March 18). Produktivitas Tambak Udang Rendah, Begini Upaya menggenjotnya: Ekonomi. Bisnis.com. Retrieved May 13, 2022, from https://ekonomi.bisnis.com/read/20220319/99/1512565/produktivitas-tambak-udang-rendah-begini-upaya-menggenjotnya 

RIZKY, Moch; ANDAWAYANTI, Ussy; LUFIRA, Rahmah Dara. Sensitivitas Kelayakan Ekonomi Perencanaan IPAL Menggunakan Metode Stokastik Pada Tambak Udang Vanamei Di Kota Probolinggo. Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air, [S.l.], v. 2, n. 1, p. 449-458, jan. 2022. Available at:.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun