Dan akhirnya pada tahun 412 Masehi, dimulailah penggunaan kalender Hijriyah dengan pemilihan nama-nama bulan yang dilakukan oleh petinggi lintas suku Arab. Bulan yang dikenal dengan panas matahari yang hebat hingga dosa-dosa umat manusia terbakar pun terbentuk. Bulan dimana setiap umat Islam diwajibkan untuk memperbaiki diri melalui pelaksanaan puasa pada bulan yang agung dan penuh rezeki, bulan Ramadan.
1 Syawal di tahun ini bertepatan dengan tanggal 2 Mei 2022, sesuai kalender Masehi. Setiap tahunnya, Ramadan dikenal sebagai bulan penuh perayaan yang menghidupkan ekonomi Indonesia. Seperti latar belakangnya, Ramadan tahun ini diisi dengan penuh berkah dan keistimewaan yang tak kalah dengan tahun-tahun sebelumnya. Dimulai dari turunnya angka COVID-19, normalisasi kegiatan ekonomi pun tumbuh pesat. Setiap tahunnya, Ramadhan dicirikan dengan berbagai pedagang dan pebisnis yang giat melakukan transaksi penjualan produk-produk dan diuntungkan dengan pemasukkan yang lebih tinggi dibanding bulan-bulan lainnya.Â
Namun, keberadaan pandemi COVID-19 merubah stigma Ramadan sebagai bulan primadona di Indonesia. Sejak tahun 2020, kesibukan yang sering terjadi di tengah perayaan bulan tersebut dihentikan untuk sementara agar menjaga kesehatan dan keamanan masyarakat Indonesia sekalian. Ketidakpastian yang dialami negara pun sangat berdampak terhadap berkurangnya hiruk-pikuk massa dan gairah mereka seolah bergemuruh. Â
Hal ini menimbulkan berbagai pertanyaan, salah satunya mengapa kehadiran virus COVID-19 sangat mempengaruhi klise Ramadhan sebagai ajang peningkatan ekonomi Indonesia? Memang, ada beberapa rutinitas masyarakat yang pelaksanaannya sendiri melonjak pada masa-masa puasa. Maka dari itu, bagaimana etiket-etiket tersebut menyebabkan peningkatan berbagai macam sektor yang memberikan imbas hebat terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia?
Berjalannya Kegiatan Puasa
Kegiatan berpuasa adalah salah satu bentuk ibadah dalam agama Islam dimana umat muslim diharuskan untuk  menahan hawa nafsunya yang berupa makan, minum, serta  menjaga emosi. Tujuannya untuk menahan nafsu duniawi pada diri manusia. Secara logis, adanya puasa meminimalisir pengeluaran orang-orang karena harus menahan nafsu mereka. Menariknya, kewajiban tersebut diperhadapkan dengan fenomena meningkatnya daya konsumsi rumah tangga yang signifikan pada bulan Ramadan dibandingkan dengan bulan yang lainnya.Â
Hal ini didukung oleh Danareksa Research Institute dan BUMN untuk Indonesia yang menunjukkan di Figur 1 bahwa terjadi peningkatan mobilitas di pertengahan bulan April dan May 2021 dalam sektor makanan dan minuman.Â
Berbagai macam variasi pengeluaran pada bulan Ramadhan, termasuk pengeluaran umat Islam, dialokasikan untuk mengonsumsi makanan dan minuman secara beragam pada waktu buka puasa. Â Hal ini bukan hanya menjadi sebuah keinginan, tetapi juga menjadi kebutuhan masing-masing penduduk. Karena permintaan dan kebutuhan masyarakat yang cenderung meningkat dengan penawaran yang stabil (ceteris paribus), hal ini condong berdampak terhadap naiknya harga pasar produk makanan dan minuman.Â
Salah satu Sunnah---segala hal yang dilakukan Rasulullah yang patut dicontoh umatnya---yang dilakukan mayoritas umat muslim selama pelaksanaan puasa adalah aktivitas sahur dimana orang-orang yang akan melakukan ibadah puasa diberikan rentang waktu untuk makan dan minum sebagai cara mereka berniat puasa sebelum Subuh yang menjadi pertanda awal hari yang baru. Di sela waktu antara waktu subuh sampai maghrib, orang-orang yang menjalankan puasa cenderung lebih lemas dan lelah terutama karena kurangnya sel hemoglobin yang biasanya terjadi selama pelaksanaan puasa (Kompas Cyber Media, 2019).Â