Interaksi antara kedua pihak dalam sebuah relasi internasional sering kali mencakup berbagai konteks, baik itu dalam konteks ekonomi (perdagangan internasional dan kerjasama investasi) maupun negosiasi sengketa (sengketa kepemilikan tanah dan kompensasi finansial).Â
Namun, kesalahan terbesar yang dilakukan oleh kebanyakan pihak adalah menilai sebuah hubungan hanya berdasarkan nilai dari keuntungan yang masing-masing mereka dapatkan. Pemikiran ini bukan hanya suatu kesalahan, melainkan juga menyesatkan proses pengambilan keputusan.
Umat manusia pada hakikatnya berpikir bahwa hidup adalah suatu persaingan yang dijalankan tanpa henti dan akan selalu membandingkan dirinya dengan pihak lain. Demikian pula sifat ini digambarkan dengan komunitas yang dibuat oleh manusia, yaitu negara.Â
Pemikiran bahwa negara yang bersaing di pentas terbuka dapat puas dengan keuntungan bersama adalah kenaifan dini. Peradaban demi peradaban telah membuktikan bahwa sumber daya yang terbatas memaksa setiap pihak untuk menjadi yang terbaik di hadapan panggung sejarah.
Keuntungan yang mereka dapatkan bukanlah menjadi perhatian utama dalam pengambilan keputusan oleh suatu negara, melainkan keuntungan relatif dari interaksi yang mereka jalankan. Dengan kata lain, bagi manusia "siapa yang lebih diuntungkan" akan jauh lebih penting daripada "apa yang akan saya dapatkan".Â
Hal ini menyebabkan analisis game theory dasar, yang  hanya didasarkan kepada apa yang akan didapatkan masing-masing pihak, menjadi salah. Kritik ini kemudian disampaikan oleh Joseph Grieco, seorang pakar hubungan internasional (Grieco, 1988).
Menurut Grieco, keuntungan kedua negara (negara 1 dan 2) digambarkan dengan fungsi utilitas dengan kepuasan masing-masing negara dilambangkan oleh u1 dan u2, sementara keuntungan yang mereka dapatkan adalah v1 dan v2.Â
Maka, sesungguhnya u1 tidak akan sama dengan v1, dan u2 tidak akan sama dengan v2, alias keuntungan yang didapatkan dan kepuasan yang dirasakan oleh masing-masing negara tidaklah sama. (u1 v1), (u2 v2)
Oleh karena itu, Grieco menggambarkan hubungan antara keuntungan dan kepuasan antar negara dengan formula lain yaitu:
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam suatu negosiasi, pasti terdapat pihak yang mendapatkan keuntungan lebih besar meski selisihnya relatif kecil.Â