Apakah anda seorang penggemar olahraga sepak bola? Apabila ya, maka anda termasuk 3.5 miliar orang, ekuivalen dengan setengah dari penduduk dunia, yang menggemari olahraga tersebut. Menurut Chartsbin, lebih dari 57 negara, termasuk Indonesia, secara rutin memilih sepak bola sebagai olahraga terfavorit di negaranya. Selain memiliki manfaat kesehatan dan rekreatif sebagai sebuah olahraga, sepak bola sejatinya juga memiliki dimensi politik dan ekonomi tersendiri.Â
Pernahkah anda membayangkan bahwa setiap gemuruh tepuk tangan dan teriakan para fans Barcelona ketika tim favoritnya berhasil mengalahkan Real Madrid di laga "El clasico" sebenarnya merupakan teriakan kemenangan warga Katalunya atas "otoritas pusat" negara Spanyol di Madrid? Atau dapatkah anda percaya bahwa menurut Forbes, 15 klub paling bernilai di dunia memiliki total market valuesejumlah USD 29,4 miliar per Juli 2017 dan bahkan klub sepak bola paling bernilai di dunia yaitu Manchester United memiliki nilai pasar sebesar USD 3,7 miliar?
Gambar 1.1: Nilai Pasar 5 Klub Sepak bola Paling Bernilai di Dunia
![Sumber: http://www.numbersleuth.org](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/12/06/kpost-5a27f2934548020d761f8795.png?t=o&v=770)
Fakta-fakta diatas menunjukan bahwa sepak bola telah berkembang menjadi suatu perangkat politik dan/atau ekonomi suatu institusi. Sebagai contoh, FIFA (Fdrale International de Football Association) yang merupakan federasi sepak bola internasional, memiliki kekuatan untuk menciptakan jutaan pekerjaan dan memutarkan uang milliaran dollar melalui penyelenggaraan Piala Dunia.
Selama kurun waktu 2011-2014, penyelenggaraan Piala Dunia dan persiapannya telah menghasilkan USD 5,72 miliar pendapatan bagi FIFA yang sebagian besar berasal dari penjualan hak cipta penyiaran ribuan stasiun televisi, 14 juta pekerjaan di seluruh dunia, dan tambahan USD 7,2 miliar terhadap PDB tuan rumah Brazil.
Dampak ekonomi yang signifikan dari penyelenggaraan Piala Dunia atau yang disebut sebagai The World Cup Effectinilah yang menyebabkan banyak negara memperebutkan hak untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia, disamping prestise negaranya serta kepastian tim sepakbola nasionalnya untuk mengikuti Piala Dunia.
Sepak bola, Nasionalisme, dan Pertumbuhan Ekonomi
Selain dari segi pemasaran, hiburan, dan penjualan hak siar yang memberikan keuntungan bagi sang penyelenggara, sepak bola juga kerapkali dipergunakan sebagai alat perekat bangsa dan pengganda nasionalisme masyarakat yang nantinya akan mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ketika Piala AFF (ASEAN Football Federation) 2010 diselenggarakan dengan Indonesia sebagai tuan rumah, Tim Nasional Sepak bola Indonesia seakan menjadi pahlawan bangsa yang diharapkan mampu meraih gelar juara yang belum pernah diraih oleh Indonesia tersebut.
 Jutaan rakyat Indonesia menyatakan dukungannya kepada timnas tercinta. Mereka membeli jerseybertuliskan nama para pemain timnas, membeli barang-barang lainnya yang berkaitan dengan timnas, hingga membayar tiket untuk menonton timnas secara langsung di stadion dengan harga yang cukup mahal karena permintaan masyarakat yang sangat tinggi.Â
Para produsen barang serta jasa yang terkait dengan sepak bola pun merespons animo masyarakat dengan menambah jumlah produksinya demi mencapai tingkat permintaan yang ada. Dengan kata lain, nasionalisme masyarakat yang tumbuh karena adanya perekat berupa sepak bola telah menciptakan "multiplier"bagi konsumsi serta produksi nasional yang berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi. Â