Mohon tunggu...
Kanisius Kami
Kanisius Kami Mohon Tunggu... -

Aku apa adanya..... Aku ada apanya..... Aku ada dan berada.... Semoga berguna bagi sesama....

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jeli Mencermati Karakter Calon Pemimpin

29 Maret 2017   07:48 Diperbarui: 29 Maret 2017   07:53 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang dicari oleh seseorang ketika ia ingin jadi pemimpin? Kedudukan (kuasa), popularitas (supaya dibilang hebat) atau pelayan (mengabdikan diri) masyarakat? Tentu semua akan memilih pilihan yang ketiga meski dalam hati kecilnya dia tahu betul dia ingin menjadi pemimpin untuk apa.

Secara psikologis calon pemimpin dengan misi “kedudukan” memiliki karakter yang cenderung menghalalkan berbagai cara untuk menggapai impiannya (menjadi pemimpin). Calon pemimpin jenis ini melekat erat dengan money politic. Ia lebih mengandalkan hal yang ada di luar dirinya (bukan kecakapan dan integritas diri) yang ditampilkan melainkan mammon untuk menyogok pemilih memilih dirinya. Ini dilakukan untuk menggapai impiannya yakni kedudukan.

Berbeda dengan calon pemimpin dengan misi ‘kedudukan’ calon pemimpin dengan misi “popularitas” cenderung membanggakan diri dan menganggap calon lain atau orang lain tidak mampu tanpa mengedepankan kecapakan dan integritas diri.  Untuk menggapai impiannya calon pemimpin jenis ini memiliki kecenderungan yang sama dengan calon dengan misi “kedudukan”. Money politic sering dipakai untuk menggapai impiannya. Jika ia memiliki cukup banyak uang, calon pemimpin jenis ini cenderung menghambur-hamburkan uangnya demi popularitas sebagi ekspresi bawa sadar kebutuhan akan popularitas yang terkadang ia tidak sadari.

Sementara calon pemimpin dengan misi “melayani” cenderung menampilkan konsep, pemikiran dan solusi untuk memberikan ‘pelayanan’ yang lebih baik kepada masyarakat. Pemimpin jenis ini cenderung tampil apa adanya dan berani menampailkan diri karena yang ditawarkannya adalah pemikiran, konsep dan integritas dirinya. Ia menjual kemampuannya bukan uang yang dimilikinya. Money politic jarang dipakai oleh pemimpin jenis ini karena ia lebih mengedepankan kecapakan dan integritas dirinya.

Dunia banyak mencari pemimpin yang ideal dengan berbagai kriteria, contohnya dalam mencari pemimpin untuk Indonesia, lebih banyak dicari adalah yang mempunyai elektabilitas yang tinggi dibandingkan dengan kredebilitas, maka pencitraan merupakan modal utama bagi para calon pemimpin. Berdeda dengan pandangan dunia ini mengenai sosok ideal pemimpin, pandangan Yesus ternyata tidak cocok dengan apa yang disebutkan oleh orang di zaman ini, Yesus berkata:

Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah- pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar- pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." Matius 20:25-28.

Karena itu, masyarakat harus jeli melihat karakter dan misi dari calon-calon yang ada dari kebeningan hati, konsep pemikiran, tutur kata dan apa saja yang sudah dibuatanya. Memilih pemimpin yang benar akan sangat menentukan kemajuan wilayah dimana pemimpin itu berada. Pilihlah pemimpin dengan misi MELAYANI bukan untuk mencari kuasa dan popularitas. ‘Good Leaders must first become good servant’ (Robert Greenleaf – 1904)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun