[caption id="attachment_268205" align="aligncenter" width="298" caption="Pdt.Socratez Sofyan Yoman (www.scoop.it)"][/caption]
Dr. Socratez Sofyan Yoman (Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja Baptis Papua) dalam sebuah wawancara dengan media lokal Papua (Bintang Papua) beberapa hari lalu mengungkapkan pandangannya tentang peluang bagi Papua untuk merdeka dibandingkan dengan Aceh. Menurutnya, Papua mendapat dukungan internasional karena gereja, sementara Aceh walaupun ada Kantor GAM di Swedia tetapi tidak pernah ada dukungan komunitas internasional, karena Aceh menggunakan pasukan militer GAM.
Dukungan internasional terhadap Aceh hanya karena adanya bencana Tsunami yang menyebabkan ratusan ribu jiwa manusia hilang. Komunitas muslim di tingkat Internasional tidak banyak peduli dengan perjuangan GAM, karena internal kaum Muslim banyak konflik di antara negara-negara Muslim sendiri.
Kondisi ini menurutnya berbeda dengan Papua. Papua mendapatkan dukungan kuat komunitas Internasional karena ada hubungan langsung dengan Gereja-Gereja di Papua dan di seluruh dunia. Ia mengklaim dukungan itu juga karena Papua pernah Merdeka 1 Desember 1961 yang dibubarkan Ir. Soekarno. Karenanya, ia tetap menuntut agar Pemerintah RI harus menggelar dialog damai dengan rakyat Papua tanpa syarat yang dimediasi pihak ketiga yang netral. http://bintangpapua.com/~bintangp/index.php/lain-lain/k2-information/halaman-utama/item/8755-socratez-papua-dapat-dukungan-internasional-karena-gereja
Indonesia di Mata Socratez Selalu Negatif
Apa yang disampaikan oleh tokoh gereja Papua yang terkenal vokal memperjuangkan kemerdekaan Papua ini memang sudah sering diungkapkannya dalam berbagai kesempatan. Juga melalui buku-buku yang ditulisnya sendiri yang hampir semuanya berisikan penilaian ‘miring’ tentang Pemerintah dan militer Indonesia di Papua.
Ia bahkan pernah menuding Kapolda Papua Tito Karnavian sebagai pembunuh demokrasi di Tanah Papua lantaran sikap tegas mantan Danjen Densus 88 itu menindak para pelaku aksi unjuk rasa anarkis yang membawa misi Papua merdeka.
“Jadi dengan tegas saya katakan bahwa Kapolda adalah orang yang merusak demokrasi di atas Tanah Papua, orang yang membunuh demokrasi Papua, juga menghancurkan kebebasan bereksperesi Orang Asli Papua,” tegas Socratez sebagaimana dilansir Bintang Papua 5 Juli 2013 lalu. http://bintangpapua.com/~bintangp/index.php/lain-lain/k2-information/halaman-utama/item/6320-socratez-nilai-miring-kepemimpinan-tito
Singkatnya, apapun yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia di Tanah Papua sepanjang hal itu dinilainya dapat menghambat upayanya untuk melepaskan Papua dari NKRI, langsung diprotes diberi berbagai label negatif. Dan uniknya, apapun yang disuarakannya walaupun tanpa fakta pendukung selalu diklaimnya sebagai ‘suara gereja’. Sikap seperti ini tentu saja sedikit berbahaya, karena Socratez sedang menskenariokan agar institusi gereja selalu head to head dengan Pemerintah. Kalau skenario itu berhasil, ia berharap komunitas gereja di dunia akan mendukung upaya pemisahan Papua dari NKRI. Semoga Pemerintah RI tidak terjebak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H