Maraknya aksi penembakan terhadap anggota Polri dan TNI yang sedang bertugas di Papua, memaksa Kapolda Papua mengambil langkah taktis, yakni mengirim pasukan lebih banyak lagi ke wilayah pegunungan Papua untuk mengatasi aksi kelompok sipil bersenjata yang bermarkas di wilayah itu.
Data Korban Penembakan
Dari sumber pemberitaan media nasional maupun media lokal, saya mencatat sepanjang tahun 2014 telah terjadi puluhan kali insiden penembakan oleh kelompok bersenjata terhadap aparat keamanan (Polri dan TNI) maupun terhadap warga sipil. Jumlah korban meninggal dan luka-luka lebih dari 30 orang. Sejak minggu pertama Januari 2014, Papua sudah mulai berdarah. Seorang tukang ojek bernama Abdul Halil tewas tertembak di Kampung Wuyuneri, Distrik Mulia, Kabupaten Puncak Jaya tanggal 7 Januari 2014. Hari yang sama, pesawat terbang Susi Air yang mengangkut sembako dari Kabupaten Nabire ke Mulia ditembaki orang tak dikenal di atas Distrik Kurilik, Kabupaten Puncak Jaya.
Dua hari kemudian, terjadi baku tembak di Tanggul Timur, sekitar Mil 39 Kali Kopi, Mimika antara pasukan gabungan TNI-Polri dengan kelompok OPM yang biasa beroperasi di aeral Freeport. Dua anggota OPM ditemukan tewas, yaitu Etinus Wantik dan Yulianus Kwalik. anggota
Seminggu setelah itu (18 Januari), Pos TNI di Kota Lama Mulia, Kabupaten Puncak Jaya, diserang kelompok bersenjata. Dua prajurit TNI yang sedang berjaga di Pos tersebut terluka, yaitu Serda Laowe dan Praka Adi. 24 Januari Pratu Sugiarto dari Batalyon Infanteri 753 yang bertugas di wilayah Puncak Jaya tewas tertembak dalam kontak tembak dengan kelompok OPM di wilayah Pintu Angin, Kulirik, Kabupaten Puncak Jaya. Dari kelompok OPM juga ditemukan satu korban tewas, identitasnya tidak diketahui.
Awal Februari 2014 gabungan aparat Polri dan TNI menggerebek tempat latihan militer kelompok kriminal bersenjata pimpinan Fernando Warobai di Kampung Sasawa, Distrik Yapen Barat. Terjadi kontak senjata menyebabkan Aipda Robert, Praka Nurhasim, dan 1 masyarakat sipil (pengemudi) terluka. Sementara di pihak OPM ditemukan satu orang tewas yaitu Yohosua Arampayai. Seminggu kemudian (7/2/2014) di Distrik Kurilik kelompok kriminal membakar honay (rumah adat Papua) dan penjarahan harta benda milik warga. Tanggal 15 Februari Bripda Sahrul Mahulauw tewas ditembak saat ia mengisi bensin di SPBU Puncak Jaya tempatnya bertugas.
Pada bulan April hingga September 2014 aksi penembakan terjadi di berbagai tempat. Korban meninggal antara lain Wehanio Enumbi dari kelompok OPM (7/4), Herry, warga sipil/tukang ojek (16/4), Sertu Rahman Hakim (25/4), Pratu Wardeni (26/4), Pratu Wardeni yang ditembak oknum Brimob di sebua tempat hiburan bola guling (27/4), Melky,tukang bangunan (6/5), Bripda Irfan (30/5), Bripda Yoga Zethro Ginuny dan Bripda Zulkifly yang tewas dalam kontak tembak dengan kelompok OPM di Tiom, Lany jaya (28 /7/2014) yang juga menewaskan 5 anggota OPM, David Boleba warga sipil (7/8), Ayub Notanubun Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Sarmi tewas ditembak di dekat perbatasan Papua dan Papua Nugini (18/8), Briptu Yohan Kisiwaito (21/8) di Paniai dan Pratu Abraham Rumandas (26/9).
Tuhan pun Marah
Melihat semakin meningkatnya jumlah korban tewas tersebut, Pimpinan Polri di Papua akan mengirim pasukan lebih banyak lagi ke wilayah pegunungan tengah Papua yang selama ini sangat marak aksi kriminal bersenjata.
Kapolda Papua Yotje Mende yang baru saja menggantikan Tito Karnavian mengatakan akan mengirimkan pasukan lebih banyak ke wilayah tersebut untuk mengatasi ulah Purom Wenda dan Enden Wanimbo.
“Saya akan kirim pasukan lebih banyak kesana (Lanny Jaya) untuk hancurkan sekalian mereka apalagi sampai membunuh aparat keamanan dan warga sipil,” tegas Yotje Mende usai mengikuti upacara hari kesaktian pancasila ke 49 tahun 2014 di halaman kantor Gubernur Papua, Rabu (01/10/2014).