[caption id="attachment_291016" align="aligncenter" width="527" caption="salah satu markas tentara OPM di wilayah Papua. (Foto: bintangpapua.com)"][/caption]
Pasca kunjungan delegasi Melanesian Spearhead Group (MSG) pekan lalu untuk melihat dari dekat perkembangan pembangunan dan kondisi HAM di wilayah Papua, kelompok sipil bersenjata kembali beraksi. Mereka menyerang sebuah pos TNI milik Kodim 1714/PJ Kota Lama Mulia, Kabupaten Puncak Jaya. Dua anggota TNI yang sedang berjaga di pos tersebut dikhabarkan luka-luka tekena tembakan yang dilancarkan kelompok penyerang.
Insiden penyerangan itu terjadi Sabtu petang, 18 Januari 2014 sekitar jam 7 malam. Pos TNI yang menjai sasaran penembakan saat itu sedang dijaga petugas piket Serda Laowe dan Praka Adi. Keduanya tertembak namun nyawanya tertolong, karena tembakan-tembakan itu hanya melukai bagian lengan dan bahu kedua personel TNI itu. Namun demikian Serda Laowe dan Praka Adi sempat tak sadarkan diri, dan dilarikan ke RSUD Mulia (ibukota Kab. Puncak Jaya).
Ini adalah penyerangan ke sekian kali dalam dua bulan terakhir. Di penghujung 2013 lalu, kelompok sipil bersenjata yang oleh polisi setempat diindetifikasi sebagai kelompok tentara OPM setidaknya melakukan 5 aksi penembakan di areal PT Freeport, tepatnya antara Mile 40-45 Timika. Polisi pun turun merazia lokasi itu, mereka pun diserang. Terjadilah kontak tembak di lokasi yang dikenal dengan nama Tanggul Timur atau Kali Kopi itu pada 9 Januari 2014. Dua orang dari kelompok penyerang tewas. Mereka diketahui dari kelompok tentara OPM. http://regional.kompasiana.com/2014/01/10/baku-tembak-opm-vs-tni-1-tewas--626920.html
Pada bulan yang sama, (14 Desember 2013) Briptu Sudaryo anggota lantas Polres Keerom juga tewas akibat dikeroyok sejumlah pemuda di Kampung Arso Kabupaten Keerom.
Selama bulan Januari 2014, penembakan sudah sering terjadi. Sasarannya adalah pos-pos TNI dan Polri. Di antaranya adalah penyerangan Pos Polisi di Kulirik Puncak Jaya pada 4 Januari 2014. Mereka berhasil merampas delapan senjata api laras panjang dari kantor polisi tersebut diantaranya senjata api AK 47 dua pucuk, mouser satu butir, SS1 lima pucuk, dan sejumlah amunisi. Tiga hari setelah insiden itu, seorang tukang ojek bernama Abdul Halil (43) tewas di sekitar SMA Wuyuneri Distrik Mulia, Puncak Jaya. Pada tubuh korban ditemukan luka bekas tembakan pada bagian kepala dan rusuk kanan. http://daerah.sindonews.com/read/2014/01/07/26/824221/tukang-ojek-di-puncak-jaya-tewas-ditembak
Insiden demi insiden penembakan di wilayah Puncak Jaya, Papua itu mungkin saja dianggap berita biasa. Tetapi jika terus dibiarkan, maka upaya pemerintah untuk menciptakan kedamaian di Papua menjadi sulit terwujud. Apalagi, jika aksi-aksi kekerasan itu memang sengaja diciptakan (by design) oleh kelompok pendukung Papua merdeka. Tentu saja Pemerintah harus lebih intens mewaspadainya. Jika situasinya semakin tak terkendali, bukan tidak mungkin PBB bisa saja melakukan intervensi. Dan itulah yang dikehendaki oleh kelompok pro Papua merdeka yang sudah berulang kali menyerukan agar PBB mengirimkan utusan khusus ke Papua untuk menginvestigasi pelanggaran HAM. Padahal, pelanggaran HAM itu, mereka sendiri (tentara OPM) yang menciptakannya. Mari kita mewaspadainya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H