Mohon tunggu...
Kania ningsih
Kania ningsih Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger

Ibu rumah tangga yang senang menulis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Garuda Wisnu Kencana Cultural Park, Satu Tempat Beda Pengalaman

13 Oktober 2015   10:32 Diperbarui: 13 Oktober 2015   10:42 911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Saya dan anak-anak di depan patung kepala Wisnu"][/caption]

Bali terkenal akan keindahan pantai dan puranya. Kita harus datang dari satu pantai ke pantai lainnya, dari satu pura ke pura lainnya, untuk merasakan pengalaman berwisata yang berbeda. Namun di Garuda Wisnu Kencana (GWK) Cultural Park, kita bisa merasakan pengalaman yang berbeda hanya dengan datang ke sana.

Garuda Wisnu Kencana (GWK) Cultural Park merupakan sebuah kawasan wisata taman budaya seluas ± 60 ha yang terletak di Ungasan, Kabupaten Badung, sekitar 10-15 menit berkendara dari Bandara Internasional Ngurah Rai. Dengan rancangan patung Garuda Wisnu setinggi ±120 meter dan lebar sayap membentang sekitar 64 meter sebagai daya tarik utama, GWK Cultural Park menawarkan salah satu karya seni terbesar dan paling menakjubkan yang pernah dibuat sepanjang sejarah seni rupa Indonesia, dan sebagai representasi salah satu warisan budaya lokal Indonesia. Nantinya patung tersebut akan menjadi patung termegah, lebih megah dibanding patung Liberty di Amerika.

[caption caption="Patung Garuda di Wisnu Plaza"]

[/caption]

Saat saya sekeluarga berkesempatan ke Bali, kami tak lupa datang ke GWK. Kami tiba menjelang Ashar saat tiba di GWK. Untung kami sudah menjama’shalat di Mesjid Agung Palapa di daerah Pecatu, Bali. Untuk masuk ke GWK, kami dikenakan biaya 60 ribu per orang untuk dewasa dan 50 ribu/orang untuk anak dan pelajar. Mahal ya, pikir saya. Namun saya harap harga tiket sebesar itu bisa memuaskan perjalanan kami.

Begitu masuk GWK, kami dihadapkan pada area outdoor tempat orang berlalu lalang dari satu tempat wisata ke tempat wisata lainnya di GWK. Area ini dinamakan street theatre, dimana pengunjung memulai dan mengakhiri rangkaian perjalanan mereka di GWK. Selain sering ada pertunjukkan di sini, juga ada restoran dan tempat belanja di area ini. Terlihat ada satu tenda untuk menyewakan segwey, kendaraan roda 2 berkekuatan listrik untuk mereka yang tak mau berjalan kaki keliling GWK.

Suara gamelan Bali terdengar nyaring dari gedung amphitheatre, sebuah tempat di GWK yang khusus untuk mengadakan pertunjukkan. Kami bergegas kesana, penasaran sedang ada pentas apa ya di amphitheatre yang berkapasitas 800 penonton itu. Oh, ternyata sedang ada pertunjukkan tari Bali. Tari Bali memang dipertunjukkan setiap hari. Saya tak terlalu hafal nama tariannya, yang jelas salah satunya adalah tari barong. Untuk menonton tari kecak yang terkenal itu, kami harus datang jam 18.00 sore. Ah, rupanya kami tak terlalu beruntung. Pertunjukkan tak lama kemudian selesai dan kami hanya menikmati setengah pertunjukkan.

Hari itu cuaca cukup panas. Di samping amphitheatre, ada sebuah kantin yang menjual es krim GWK seharga 10 ribu. Kami beli 2 buah untuk anak-anak. Kami duduk di sebuah tenda depan kantin sambil mengemil kacang yang dibeli di minimarket. Ya, kami sudah mengantisipasi situasi darurat (baca: kelaparan :D) saat jalan-jalan dengan membeli cemilan di minimarket. Di tempat wisata, biasanya makanan relatif mahal. Tak jauh dari kami di tenda yang lain, serombongan turis domestik sedang bertanya sama penjual es krim tentang jalan menuju Pantai Dreamland.

[caption caption="Sebelum naik tangga menuju Wisnu Plaza, lewat taman ini dulu. gatau nama tamnnya apa."]
[/caption]

Selesai istirahat, kami menuju tangga di samping kantin. Tangga berornamen ular itu menuju sebuah taman kecil dengan kolam dan air mancur. Menaiki tangga lagi, kami sampai ke Plaza Wisnu, tanah tertinggi di GWK dimana terdapat bagian paling penting patung Garuda Wisnu Kencana. Di sinilah patung kepala Wisnu dan Garuda berada. Patung kepala Wisnu sebagai titik Plaza Wisnu dikelilingi oleh air sumur dan air mancur yang disebut Parahyangan Somaka Giri, yang katanya tak pernah kering walau kemarau. Oleh karena itu, masyarakat menganggap air ini suci dan bisa menyembuhkan.

Tak jauh dari patung kepala Wisnu, ada seorang anak kecil sedang beribadah ditemani seorang wanita dewasa. Dia mengangkat dupa di atas kepalanya. Kami juga bisa menyaksikan pemandangan di sekitar GWK yang indah dari lokasi yang cukup tinggi ini. Oh ya, patung GWK dibuat oleh salah satu pematung terbaik Indonesia loh, yaitu I Nyoman Nuarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun