Menyulap Kulit Kaki Ayam Menjadi Sepatu, Emang Bisa?
Kaki ayam adalah salah satu bagian tubuh ayam yang kurang saya sukai. Bukan apa-apa, waktu kecil saya pernah ditakuti oleh orang dewasa. Katanya, kaki ayam itu jorok, suka mencakar-cakar tanah. Jadi sampai sekarang kadang-kadang di pikiran saya tertanam bahwa kaki ayam itu tidak layak dimakan.
Tapi tentu saja, walau begitu bukan berarti saya tidak pernah memasak kaki ayam. Kadang-kadang memasak kaki ayam juga dengan dicampurkan ke sop supaya berkaldu. Enak juga ternyata jika bisa memasaknya dengan betul. Kaki ayam yang telah terlebih dahulu dimasak dengan panic presto bisa lebih lembut dan sangat baik untuk kesehatan karena mengandung kolagen yang dibutuhkan untuk kesehatan kulit.
Tak hanya untuk dimakan, ternyata kaki ayam itu bisa dimanfaatkan untuk membuat sepatu. Hah, emang bisa? Ya, pertama di dunia, seorang pemuda asal Bandung Bernama Nurman Farieka Ramdhany menyulap bagian kulit kaki ayam menjadi sepatu. Tidak menggunakan kulit reptil seperti sepatu pada umumnya, Nurman memanfaatkan kulit kaki ayam sebagai bahan baku sepatu buatannya. Bahan kulit kaki ayam ini disukai karena memiliki tekstur seperti kulit reptile sehingga memberi detail sepatu yang cukup unik.
Usaha kreatif yang dibangunnya pada tahun 2015 ini dinamakan Hirka. Sebelumnya, Nurman sempat fokus pada cara pewarnaan ceker ayam agar menghasilkan warna yang cantik dan unik dengan teknologi penyamakan yang diuji coba selama 1 tahun. Sepatu dari kulit kaki ayam ini ia kembangkan dari hasil penelitian ayahnya selama lebih dari 20 tahun silam yaitu kulit yang terbuat dari kulit kaki ayam.
Setahun berikutnya, Hirka mulai membuat sepatu mulai dari sepatu pantofel, sneaker dan custom, serta memamerkannya di INACRAFT pada tahun 2017. Untuk membuat sepatu dari kulit ayam, pertama-tama kulit dilepas dan ditarik dari ceker ayam. Kulit ceker ayam kemudian harus dikeringkan terlebih dulu. Pengeringan kulit kaki ayam sendiri memakan waktu selama 10 hari sampai kulit ayam benar-benar kering dan siap dipakai.
Setelah kering, kulit ceker ayam dirangkai sesuai pola oleh perajin. Proses ini butuh kreativitas tinggi agar motif khas 4 kaki beserta totolnya hidup di desain sepatu. Seperti puzzle, perajin menyambung satu persatu lembaran kulit dan dijahit sesuai pola.
Saat pola sudah terbentuk, giliran perajin lain beraksi. Ia membuat dan menyambungkan insole dan outsole sepatu. Dari proses Panjang itu lahirlah sepatu dari kulit ceker ayam yang diberi nama merek Hirka. Hirka berasal dari Bahasa Turki yang artinya dicintai. Nurman berharap, sepatu ramah lingkugan buatan tangan ini dapat dicintai semua orang.
Butuh waktu satu hari atau lebih untuk pembuatan satu pasang sepatu. Sepatu dari kulit ceker ayam ini dibandrol seharga 500 ribu sapai 2 juta tergantung jenis sepatu. Sedangkan untuk sepatu custom tergantung dari bahan, ukuran dan model yang diminta konsumen.
Selain kreatif, Hirka juga secara tidak langsung memberdayakan perajin sepatu dalma memanfaatkan dan mengalihkan penggunaan kulit reptil untuk membuat sepatu. Berkatnya, pengepul ceker ayam pun mendapatkan kenaikan penghasilan dan tentu saja limbah kaki ayam jadi berkurang.