Mohon tunggu...
Kania Indria Hadi
Kania Indria Hadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi dengan ketertarikan dalam bidang menulis.

Selanjutnya

Tutup

Book

Mengapa banyak para pembaca yang tidak menyukai buku 'A Little Life' karya Hanya Yanagihara?

24 Oktober 2022   00:59 Diperbarui: 24 Oktober 2022   02:26 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku berjudul A Little Life karya Hanya Yanagihara merupakan buku yang sudah dirilis sejak tahun 2013 namun mendapat kepamoran nya lagi setelah menjadi perbincangan hangat di aplikasi TikTok. TikTok seperti yang kita ketahui selalu menjadi trendsetter dan dapat menaikan popularitas suatu karya bahkan ketika karya itu sendiri sudah dirilis dalam kurun waktu yang lama, entah itu film, lagu, atau dalam pembahasan ini sendiri yaitu buku. Buku A Little Life banyak muncul di laman For You Page pengguna TikTok sebagai buku yang dinilai sangat menyedihkan tetapi indah, buku yang direkomendasikan secara meluas di aplikasi TikTok yang kemudian menjadi perhatian banyak orang dan menarik minat banyak orang untuk membaca buku ini.

Lalu, apakah buku A Little Life memang benar sebagus apa yang orang-orang rekomendasikan di aplikasi TikTok?

Apabila kita keluar dari aplikasi Tiktok, kita justru akan menemukan banyak sekali konten dan artikel yang memuat tentang bagaimana buku ini tidak sebagus apa yang orang-orang kira. Lalu mengapa buku ini bisa menjadi top rekomendasi dalam aplikasi TikTok? Faktanya, buku ini memang ditulis dengan indah dan penulis dari buku ini sendiri menerima banyak pujian atas bagaimana indahnya penulisan yang ia buat dalam karya nya yang satu ini. Lalu apa letak kekurangan dari buku ini yang diyakini oleh beberapa orang sebagai buku yang bagus dan layak dibaca?

Ketika melihat sinopsis dari buku ini, kita akan membaca bahwa sederhananya buku ini berfokus pada empat sekawan pria yang hidup di Kota New York dan mengejar mimpi dan ambisi nya masing-masing yang disatukan oleh salah seorang yang bernama Jude yang memiliki masa lalu kelam dan tidak pernah dibicarakan. Dari sinopsis yang dibaca, orang-orang akan berpikir bahwa kisah dari buku ini merupakan cerita mengenai 4 persahabatan yang mana nyatanya semakin dalam buku ini justru hanya berfokus pada tokoh utamanya yaitu Jude St. Francis.

Jude St. Francis memang memiliki masa lalu kelam, sangat kelam. Cerita yang dibuat mengenai Jude St. Francis ini justru dinilai tidak realistis bagi para pembaca dimana para pembaca menyatakan bahwa Jude hanyalah objek dari kepedihan dan kesengsaraan yang dibuat oleh penulisnya yaitu Hanya Yanagihara. Dimana Jude dalam cerita ini hanya mendapatkan kesengsaraan setelah kesengsaraan yang menjadi strategi dari sang penulis untuk menarik rasa simpati dan iba dari para pembaca. Yang membuat para pembaca lebih marah lagi adalah bagaimana penulis dari buku ini sama sekali tidak melakukan riset dari karakter yang ia tulis. Jude merupakan seseorang yang pernah mengalami kekerasan dan pelecehan seksual sejak kecil, ia juga mengalami abusive relationship, self harm, dan juga merupakan seorang disabilitas. Semua hal yang ia tulis untuk karakter Jude merupakan hal-hal yang tidak pernah dialami oleh si penulis juga tidak  dilakukan riset pula olehnya untuk mendalami karakter dari persperktif orang yang benar-benar pernah mengalaminya.

Buku ini dinilai terlalu berlebihan, tidak realistis, dan hanya berisi kegelapan dan trauma untuk para pembaca. Yang lebih buruk lagi adalah bagaimana buku ini tidak memiliki trigger warning untuk mengingatkan para pembaca bahwa buku ini tidak untuk semua orang karena nyatanya buku ini memang bukan untuk dibaca oleh semua orang dan berpotensi dapat memicu beberapa orang yang sedang tidak dalam kondisi mental yang stabil. Buku ini sangat memiliki banyak trigger warning yang perlu diketahui oleh pembaca mulai dari child sexual abuse, sexual abuse, self harm, kidnapping, violent accident dan lainnya yang akan terbilang berat bagi beberapa orang. Dengan buku ini sendiri yang direkomendasikan secara bebas di sosial media tanpa diberitahu TW dari buku ini menunjukan ketidaktanggungjawaban dari beberapa pihak yang tidak memahami bahwa buku ini dapat dinilai 'berbahaya' apabila dibaca oleh seseorang yang sedang dalam kondisi mental yang tidak baik.

Dari awal, buku ini seharusnya memiliki trigger warning agar masyarakat umum mengetahui bahwa tidak semua orang mampu untuk membacanya dan tidak semua orang boleh membacanya. Seperti buku 13 Reasons Why sendiri yang pernah menjadi pembahasan mengenai bagaimana buku tersebut menginspirasi banyak orang untuk melakukan hal yang sama dalam buku tersbeut, buku A Little Life juga dapat memiliki dampak yang sama karena buku ini seakan-akan memberi validasi bahwa kekosongan tidak akan pernah bisa diisi melainkan diakhiri. 

Buku ini sangatlah berat, dan tindakan preventif yang seharusnya dilakukan sejak dirilisnya buku ini adalah dengan memberi trigger warning untuk menghindari buku ini dibaca oleh mereka yang tidak kuat secara mental untuk membaca buku ini.

Terlepas dari banyak yang membenci buku ini, terdapat banyak juga yang menyukai buku ini karena buku ini juga menceritakan cerita yang indah mengenai cinta yang bukan tentang hanya pertemanan maupun hubungan romantis. Dibalik kekurangan buku ini, terdapat juga kelebihan yang tidak bisa dihiraukan dari karya Hanya Yanagihara namun dibalik kelebihannya juga terdapat juga kekurangan yang masih bisa dibenahi dari buku ini. Setelah mendapat protes dari beberapa pembaca, sudah seharusnya hal ini menjadi perhatian penuh untuk memperbarui sampul buku dengan mencantumkan trigger warning agar bisa dilihat oleh masyarakat diluar sana sebelum memutuskan untuk membeli buku ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun