Suatu hubungan yang tidak sehat tidak hanya dapat ditemukan dalam hubungan pacaran saja, namun dapat ditemukan juga di dalam pertemanan bahkan keluarga. Ketika kamu menjalin hubungan yang tidak sehat biasanya kamu akan sering bertanya-tanya kepada diri sendiri, "Sebenernya dia tuh orang yang baik nggak sih buat aku?" padahal teman yang baik tidak akan membuat kamu bertanya-tanya apakah dia teman yang baik atau tidak. Menjalin pertemanan yang tidak sehat akan membuat kamu tidak nyaman, tidak menyenangkan saat bersama bahkan berujung pada stress. Padahal seorang teman seharusnya adalah orang yang kamu merasa nyaman dan senang ketika bersama dan tempat kamu berkunjung saat merasa stress. Bukan orang yang menjadi penyebab itu semua.
Dengan adanya istilah toxic friendship ini bukan bermaksud untuk menaikkan standarisasi bahwa seorang teman harus sempurna dan luput dari kesalahan. Semua manusia baik kamu maupun temanmu pasti pernah melakukan kesalahan, tetapi teman yang baik adalah teman mau mengakui kesalahannya dan berusaha mengubahnya. Berbeda dengan teman yang toxic, ia enggan mengakui kesalahannya dan berusaha menggali-gali kesalahan kamu agar dia tidak terlihat salah disini. Atau bisa dibilang playing victim. Inilah yang disebut sebagai teman yang toxic.
Sekali lagi kita berbicara tentang teman yang toxic disini dan bukan teman yang sepenuhnya buruk. Kalau begitu teman yang toxic itu masih bisa dibilang baik dong? oh iya. Ada seorang teman yang selalu ada buat kamu ketika kamu membutuhkannya, kalian berdua saling membantu dan saling ada untuk satu sama lain. Namun ketika kamu meraih suatu pencapaian, dia tidak terima dan tidak mau mengapresiasi kamu karena dia merasa iri atas pencapaian kamu. Ini sudah termasuk ciri-ciri teman yang toxic karena ia sendiri sebagai teman tidak bisa melihat temannya senang apabila dia tidak merasakan hal yang sama. Terlepas dari semua kebaikan yang pernah ia buat, sifat tersebut sudah termasuk dalam sifat yang egois dan toxic karena teman seperti itu merupakan teman yang menghalangimu untuk terus berkembang.
Kemudian ciri paling mencolok dan berbahanyanya adalah manipulatif. Balik lagi dengan contoh sebelumnya, kalian saling membantu satu sama lain tetapi ketika ada di waktu dia membutuhkan kamu dan kamu sedang ada di situasi genting dimana kamu tidak bisa membantunya (bukannya tidak mau ya), dia mulai mengungkit-ungkit kebaikannya selama ini dan membuat kamu merasa bersalah karena tidak bisa membantunya. Dia berusaha membuat kamu memprioritaskan kebutuhannya dan mengesampingkan kebutuhan kamu sendiri dan tidak mau mengerti atas situasi yang sedang kamu hadapi. Bisa dibilang dengan segala kebaikan yang pernah ia buat, ia membuat kamu 'berutang' kepadanya.
Terkadang teman yang toxic juga selalu berusaha mengingatkan kamu "Lo itu bukan siapa-siapa kalo nggak ada gue." Hal ini dilakukan agar kamu selalu bergantung padanya dan membuat kamu yakin kalau kamu akan selalu membutuhkannya. Hal ini akan menyenangkan hatinya karena dia merasa berada di posisi yang powerfull dimana dia berkuasa atas kamu.
Dari deskripsi di atas dapat disimpulkan bahwa toxic friendship adalah hubungan pertemanan tidak sehat yang lebih sering membawa pengaruh buruk terhadap sesama temannya. Dengan deskripsi diatas juga menjelaskan mengapa banyak orang sulit keluar dari hubungan yang toxic baik itu pacaran atau pertemanan. Karena sifat manipulasi itu sendiri. Mereka tidak sepenuhnya buruk, mereka juga melakukan hal-hal baik yang menyenangkan hati kamu. Tetapi, dengan hal-hal baik yang pernah mereka lakukan itulah yang menjadi senjata bagi mereka agar kamu tidak meninggalkan mereka. Mereka akan membuat kamu mengingat terus-terusan segala kebaikan yang pernah mereka buat dan membuat kamu merasa bersalah jika ingin meninggalkan mereka seakan-akan mereka korbannya disini. Manipulatif, playing victim dan guilt tripping. 3 sifat yang bisa kamu temukan dari teman yang toxic.
Lalu bagaiman cara keluar dari pertemanan yang toxic ini? Pertama buat batasan. Dengan adanya jarak yang jauh akan membuat mereka sulit menggapai kamu dan lama-lama juga mereka bosan dengan kamu. Namun jika tidak berhasil, berani bersikap tegas untuk mengakhiri pertemanan ini. Kesampingkan semua pikiran-pikiran "Tapi kan dia baik, tapi dia kan temanku.", sekali lagi kalau dia terus-terusan membuat kamu berpikir apakah dia teman yang baik atau tidak, jelas-jelas dia bukan teman yang baik untuk kamu. Jangan pernah beranggapan bahwa kamu bisa mengubah orang karena itu bukanlah tugas kamu, itu tugas mereka sendiri. Jika kamu terus-terusan bersimpati dan termakan oleh manipulasinya, maka kamu akan terus-terusan terjebak dalam toxic friendship ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H