Serial drama asal Korea Selatan  berjudul Twenty-Five Twenty-One merupakan serial drama Korea yang banyak menarik perhatian penonton sejak dirilis pada bulan Februari lalu di aplikasi Netflix. Serial ini menceritakan seorang remaja berusia 18 tahun bernama Na Hee Do yang merupakan seorang remaja yang sangat ambisius dalam mengejar cita-citanya yaitu menjadi seorang atlet anggar nasional.Â
Selama berjalannya cerita dalam mengejar cita-citanya, Na Hee Do tidaklah sendirian melainkan ditemani oleh seorang reporter muda berusia 22 tahun bernama Baek Yi Jin yang keluarganya bangkrut akibat dari krisis ekonomi yang terjadi di Korea Selatan pada tahun 1998 pada saat itu. Usia antara Na Hee Do dan Baek Yi Jin terpaut 4 tahun dimana Baek Yi Jin yang berusia lebih dewasa selalu menjadi sosok penjaga bagi Na Hee Do yang sebagai remaja terkadang bersikap ceroboh dan tidak berpikir panjang. Namun di lain sisi, tanpa disadari Na Hee Do juga menjadi sosok yang inspiratif bagi Baek Yi Jin dikarenakan sifatnya yang pantang menyerah dalam mengejar cita-citanya.Â
Selain Baek Yi Jin, Na Hee Do juga ditemani oleh sahabat-sahabatnya yang bernama Ko Yu Rim yang pada awalnya merupakan idola Na Hee Do dalam dunia olahraga anggar, Ji Seung Wan yang merupakan ketua kelas di sekolah baru Na Hee Do, dan Moon Ji wong yang mendapat julukan sebagai 'Si Bocah Tampan'. Kisah perjalanan Na Hee Do dalam menggapai cita-citanya tidak hanya dibalut oleh kisah persahabatan tetapi juga percintaan yang dapat memberi pelajaran tersendiri bagi penonton setia Twenty-Five Twenty-One. Apa saja pelajaran yang dapat diambil dari serial drama bergenre romance dan coming of age ini? Berikut merupakan 5 pelajaran yang dapat dipetik dari serial drama korea Twenty-Five Twenty-One!
1. Perubahan dapat terjadi, tergantung pada kemauan diri sendiri.
Na Hee Do pada awalnya diperlihatkan sebagai pemain anggar yang kurang unggul dan terkesan biasa-biasa saja tanpa skill yang membuatnya lebih menonjol dari atlet-atlet lainnya. Tidak seperti Ko Yu Rim yang sudah menjadi atlet nasioanl dan membawa penghargaan untuk negaranya, Na Hee Do hanyalah atlet biasa di sekolahnya. Na Hee Do juga tidak jarang mendapat cemoohan dan remehan bahkan dari Ko Yu Rim yang merupakan idolanya sendiri.Â
Tidak hanya itu Na Hee Do juga bahkan tidak mendapat dukungan dari ibunya sendiri padahal satu-satunya keluarga yang ia miliki hanyalah ibunya dikarenakan ayahnya sudah meninggal sejak ia kecil. Namun hal-hal tersebut tidak pernah membuat Na Hee Do menyerah atau putus asa, melainkan Na Hee Do tetap berjuang dan berusaha keras dalam mencapai cita-citanya untuk dirinya sendiri.Â
Diantara banyak orang yang tidak percaya akan dirinya, Na Hee Do tetap percaya bahwa ia bisa mencapai cita-citanya dengan terus berlatih tanpa kenal lelah. Baek Yi Jin juga menjadi satu-satunya sosok yang mendukung dan percaya akan Na Hee Do saat itu. Perjuangan Na Hee Do dari nol sampai berada di titik dimana ia berhasil mencapai cita-citanya sebagai atlet anggar nasional Korea Selatan menunjukan bahwa perubahan dapat terjadi pada siapapun asalkan ada kemauan dan tanggung jawab dalam mencapainya.
2. Persahabatan terkadang bersifat sementara, tetapi bukan berarti cinta yang pernah terjalin tidak pernah ada.
Persahabatan antara Na Hee Do, Ko Yu Rim, Ji Seung Wan, Baek Yi Jin, dan Moon Ji Wong menunjukan keindahan masa muda yang tidak dapat terulang kembali.Â
Melihat kedekatan diantara kelimanya meyakinkan penonton bahwa persahabatan itu akan terus berjalin sampai tua nanti. Sampai pada adegan yang membuat penonton kecewa dimana Na Hee Do di masa depan yang sudah berusia sekitar 30an mengaku bahwa ia lupa pernah melakukan trip ke pantai bersama kelima sahabatnya ketika ditanya oleh anaknya yang tidak sengaja menemukan foto mereka.Â