Era industri 4.0 yang di dalamnya transformasi teknologi tak bisa dielakkan. Salah satu bentuk transformasinya adalah hadirnya berbagai ponsel pintar atau gawai dengan berbagai fiturnya yang kian mutakhir.
Ragam fitur mutakhir dari ponsel ataupun gawai semakin memanjakan penggunanya. Tinggal klik sana-sini dunia sudah di genggaman. Akibatnya, interaksi antara ponsel dengan penggunanya semakin intim.
Tingkat keintiman dari para pengguna ponsel pintar kalangan dewasa sudah mengkhawatirkan (kecanduan). Level keintiman inilah yang sejatinya akan menular kepada anak-anak di sekeliling kita. Karakter anak umumnya adalah peniru yang baik.
Untuk memutus rantai kecanduan pada perangkat teknologi tersebut dibutuhkan upaya serius dan berkesinambungan. Upaya yang dimaksud adalah pentingnya bagi kita para gen X (lahir 1965-1980) atau gen Y (lahir 1981-1996) meningkatkan literasi digital. Literasi digital yang baik akan jadi alat kontrol kita menggunakan ponsel pintar.
Literasi digital yang baik dari kita nantinya menjadi modal awal mengenalkan literasi digital pada anak-anak. Rendahnya literasi digital bagi gen X dan gen Y akan menjadi bencana masa depan gen Z (lahir 1997-2012) dan gen Alpha (lahir 2012 ke atas). Dilansir kompas.com (25/12/21) dari Beresfod Research.
Beberapa contoh rendahnya literasi digital, kerap ditemukan orangtua mengkondisikan anak yang nangis atau rewel dengan memberinya gawai ataupun ponsel pintar tanpa pengawasan dan pendampingan. Â Orangtua tanpa sadar pada hakikatnya sedang memberikan pisau tajam bermata dua pada anak.Â
Kerap kali ditemukan anak menjadi overprotektif, tantrum, ataupun rewel akut ketika tak ada gawai ataupun ponsel di dekatnya. Sebagaimana dilansir telkomsel.com salah satu ciri dari kecanduan ponsel pintar dan gawai adalah sebagian besar waktunya digunakan untuk ponsel pintar dan gawai.
Seperti video yang banyak beredar di media sosial. Betapa balita begitu panik ketika gawainya diambil. Anak menangis, meraung-raung bahkan melempar segala sesuatu yang ada di dekatnya. Jika anak  sudah berperilaku demikian lantas salah siapa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H