Mohon tunggu...
Kania Ayuninda084
Kania Ayuninda084 Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

Make it awesome

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Digitalisasi Layanan Transportasi Massal dengan Face Recognition

11 Juli 2023   15:35 Diperbarui: 11 Juli 2023   18:04 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Inisiatif pemerintah untuk meningkatkan layanan publik dan membangun pemerintahan yang berorientasi digital termasuk penerapan digitalisasi di sektor transportasi. PT Kereta Api Indonesia (KAI), yang telah mengadopsi teknologi pemindai wajah atau Face Recognition Boarding Gate, merupakan salah satu contoh bagaimana digitalisasi mulai diterapkan di industri transportasi publik untuk meningkatkan layanan transportasi massal. 

Dalam acara soft launching Mal Pelayanan Publik (MPP) Digital Nasional yang diselenggarakan di Istana Wakil Presiden oleh Kementerian PANRB dan Kementerian Dalam Negeri, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyampaikan hal tersebut.

Dengan bantuan teknologi ini, penumpang Kereta Api Jarak Jauh (KAJJ) cukup menunjukkan wajah saat boarding tanpa harus menunjukkan tiket kereta api dan KTP dengan proses yang tidak lebih dari 1 (satu) menit, sehingga prosesnya lebih cepat dan nyaman. Beberapa stasiun yang sudah tersedia dan menerapkan teknologi Face Recognition ini antara lain, Stasiun Gambir, Bandung, Cirebon, Semarang Tawang, Yogyakarta, Solo Balapan, Surabaya Gubeng, Surabaya Pasar Turi, dan Malang.

Budi Karya juga menambahkan bahwa dengan mengurangi birokrasi, digitalisasi layanan publik diharapkan dapat mempercepat dan menyederhanakan proses pengajuan perizinan serta penggunaan layanan transportasi massal. Karena PT Kereta Api Indonesia (KAI) dianggap memiliki pemahaman yang kuat tentang teknologi yang ada dan menerapkannya untuk meningkatkan operasi kereta api, penerapan teknologi Face Recognition Boarding Gate di sana telah mendapatkan umpan balik yang baik. Pengguna merasa lebih mudah, sementara penyedia layanan mendapat manfaat dari database yang lebih dapat dipercaya berkat pengenalan wajah. Basis data pengenalan wajah juga dapat menyertakan data tambahan yang terkait, seperti rincian tiket perjalanan yang telah dibeli, informasi tentang persyaratan kesehatan dan vaksinasi yang terkait dengan perjalanan, dan data demografis terkait tentang pemilik pengenalan wajah.

Dari beberapa keuntungan dan dampak positif dari penerapan teknologi pengenalan wajah di PT Kereta Api Indonesia (KAI), terlihat jelas bahwa ada juga potensi kekurangan yang dapat muncul, khususnya kebocoran data. Teknologi pemindai wajah memerlukan informasi pribadi konsumen, termasuk nomor KTP dan foto identitas yang disimpan dalam database. Informasi pribadi pelanggan dapat disalahgunakan jika database tersebut dibobol. Untuk menghindari hal ini, PT KAI telah memastikan kerahasiaan informasi pelanggan yang tersimpan dalam teknologi pemindai wajah. PT KAI secara terus menerus meningkatkan keamanan data yang dikuasainya. Dalam rangka menjaga keamanan data konsumen, PT KAI juga telah bermitra dengan organisasi keamanan siber. Untuk memastikan bahwa data pelanggan diproses dengan aman dan sesuai dengan hukum yang berlaku, PT KAI juga telah memperbarui kebijakan privasi dan keamanan datanya. PT KAI harus melakukan pengawasan dan kontrol yang kuat saat menggunakan teknologi pemindaian wajah untuk mencegah kebocoran data pribadi pelanggan.

Lalu, bagaimana dengan pelanggan yang memiliki keterbatasan fisik dan telah lanjut usia? Apakah mereka tetap dapat menggunakan dan memanfaatkan teknologi tersebut. Pelanggan dengan keterbatasan fisik dan lansia mungkin akan mengalami ketidakadilan layanan jika tidak adanya tindakan atau langkah-langkah lebih lanjut mengenai hal tersebut. Untuk memastikan bahwa pelanggan dengan keterbatasan fisik dan lansia dapat menggunakan teknologi pengenal wajah, PT KAI harus melakukan tindakan khusus.  PT KAI dapat bekerja sama dengan penyedia teknologi untuk memastikan bahwa sistem pengenal wajah mereka memiliki fitur aksesibilitas yang dapat memenuhi kebutuhan pengguna dengan keterbatasan fisik. Tindakan lain yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan instruksi yang sederhana dan jelas mengenai cara menggunakan teknologi pengenalan wajah. Selain menawarkan instruksi dan pelatihan kepada staf dan pelanggannya tentang cara menggunakan teknologi pengenalan wajah, hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan alat bantu visual dan panduan langkah demi langkah untuk membantu pelanggan memahami prosedur. Hal ini bisa mencakup pemberian arahan yang jelas tentang cara menempatkan wajah di depan kamera, cara menyesuaikan pencahayaan, cara memecahkan masalah yang umum terjadi, dan mengatur sesi pelatihan bagi pelanggan berusia lanjut untuk membantu mereka menjadi lebih terbiasa dengan teknologi. Kelas-kelas ini, yang dapat ditawarkan secara langsung atau online, dapat mencakup subjek-subjek seperti cara mengoperasikan teknologi tertentu, apa yang harus dilakukan jika terjadi masalah, dan cara melindungi data pribadi.

Pelanggan mungkin memiliki pilihan untuk terus menggunakan tiket tradisional atau cara identifikasi yang lebih sederhana dan ditawarkan pilihan untuk menggunakan KTP atau paspor untuk membuktikan identitas mereka jika mereka masih tidak dapat menggunakan teknologi pengenalan wajah. Diharapkan penerapan face recognition dapat terus berkembang dan terdapat di setiap stasiun di Indonesia agar banyak masyarakat yang dapat menggunakan dan merasakan teknologi tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun