Mohon tunggu...
Zaldy Munir
Zaldy Munir Mohon Tunggu... -

Kuli Tinta & Pemulung Kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pesan untuk Sang Penguasa

1 Juli 2010   05:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:10 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Duduk bersingkar tegak berpaling.

- wahai para penguasa jangan selalu ingkar terhadap janjinya.

Mulut terlanjur, emas tantangannya.

- janji yang sudah diucapkan harus ditepati.

Kata dahulu ditepati, kata kemudian bercarian.

- segala yang pernah dijanjikan hendaknya ditepati.

Gedang (besar) suap tak mengenyangkan, gedang bungkus tak berisi.

- penguasa yang banyak omong hasilnya tak ada.

Besar hendak melanda, panjang hendak menggilas.

- janganlah mempergunkan kebesaran dan kekuasaanmu dalam menindas rakyat kecil.

Dari bahu hendak ke kepala.

- janganlah setelah diberi kekuasaan sedikit, lalu hendak menguasainya dan bertindak semena-mena.

Baiklah menjadi ayam betina supaya selamat.

- baik jika merendahkan diri supaya jangan mendatangkan malapetaka.

Baik padi segenggam dengan senang hati, daripada padi selumbung dengan susah hati.

- lebih baik hidup sederhana dengan hati yang senang daripada kaya tetapi hasil korupsi.

Ikut hati mati, ikut rasa binasa, ikut mata leta.

- barang siapa hidupnya selalu menurutkan hawa nafsunya saja, awal akhir pasti binasa karenanya.

Gajah berjuang sama gajah, pelanduk mati di tengah-tengah.

- wahai para penguasa janganlah kalian saling bermusuhan, nanti rakyat kecil jadi menderita.

Kalau air keruh, limbat pun keluar mencari makan.

- bila terjadi kekacauan dalam negeri, maka para penjahat dan para koruptor mencari keuntungan untuk dirinya.

Bersatu teguh, bercerai runtuh.

- kita kuat kalau bersatu, tetapi lemah kalau berpecah belah.

Intan itu bisa keluar dari mulut anjing sekalipun, akan tetap intan.

- wahai para penguasa kebenaran dan nasihat yang baik harus diterima, meskipun dari siapa saja orangnya.

Ibarat menghela rambut dalam tepung, rambut jangan diputus, tepung jangan berserak.

- putuskanlah perkara yang adil dan bijaksana, agar melegakan yang kalah maupun yang menang.

Raja adil raja disembah, raja lalim raja disanggah.

- pemimpin yang adil disayangi dan dihormati oleh rakyatnya, sedangkan pemimpin yang tidak adil dilawan oleh rakyatnya.**

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun