Mohon tunggu...
Kang Win
Kang Win Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kebersamaan dan keragaman

Ingin berkontribusi dalam merawat kebersamaan dan keragaman IG : @ujang.ciparay

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Geng Semut dan Geng Melati, Kenangan Masa-masa Indah di Sekolah

29 April 2021   18:37 Diperbarui: 1 Mei 2021   07:59 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tahun kedua kiprah kami di tingkat penegak (kelas 2 SMA), kami berhasil merekrut penegak putri dan membidani kelahiran ambalan putri yang baru yaitu Wiru Mananggay.  Jerih payah "geng semut" tidaklah sia-sia. SMPN Ciparay (kini SMPN 1 Ciparay) menjadi salah satu dari sedikit pangkalan yang memiliki jenjang hampir lengkap yaitu Pasukan Penggalang, Ambalan Penegak dan Racana Pandega, putra dan putri. Hanya jenjang siaga yang tidak ada.

Pangkalan kami satu-satunya yang mampu menyelenggarakan event besar penggalang dengan memperebutkan Piala Gubernur Jawa Barat. Kejuaran bertajuk "Wade Game" itu menjadi agenda tahunan yang menarik banyak peserta dari berbahai daerah. Geng Regu Semut tidak hanya giat berlatih SKU dan SKK, tapi kami menjalankan usaha produktif, antara lain memproduksi tenda. Hasil dari usaha produktif itu kami bisa membeli satu buah tenda peleton standar ABRI. Selain dipakai untuk kegiatan pangkalan kami sendiri, tenda peleton itu kadang dipinjamkan dimana si pemakai seringkali memberikan "uang terima kasih" meski kami tidak pernah memintanya. 

Dari usaha-usaha itulah dalam waktu tidak terlalu lama kami bisa membeli sebuah Mobil Jeep Gaz tua yang kami rubah catnya menjadi coklat (warna khas Pramuka) sehingga di Ciparay mobil itu dikenal dengan julukan "si Coklat". Geng Regu Semut juga menginisiasi pembentukan Band Ichimilikiti  dengan alat musik andalan sebuah Bass Besar, yang selalu menggetarkan arena api unggun di setiap perkemahan yang diikuti pangkalan kami. Dan si Coklat-lah yang bertugas mengangkut peralatan Band Ichimilikiti. Tenda peleton, Band Ichimilikiti dan Si Coklat  kemudian menjadi paket lengkap yang menyertai kebersamaan Geng Semut. Masa-masa itulah beberapa anggota geng mengalami kisah kasih di sekolah dengan beberapa penegak putri, dan salah satunya berujung di pelaminan.

Kiprah Geng Semut akhirnya dikalahkan oleh waktu.  Ketika para anggota Geng Semut satu persatu menyelesaikan kuliahnya di akhir-akhir 90-an. Tidak ada lagi terdengar lirik :

"Malu aku malu
Pada semut merah
Yang berbaris di dinding
Menatapku curiga
Seakan penuh tanya
"Sedang apa disini?"
"Menanti pacar"
, jawabku" yang disenandungkan Ichimilikiti di Sanggar Pramuka. Lagu yang sering dinyanyikan menjelang akhir kiprah Geng Semut.

Pangkalan kami perlahan meredup seiring dengan penerapan "wajib Pramuka" bagi siswa baru di SMP dan SMA. Tampaknya sulit menemukan anggota yang militan dari program "Wajib Pramuka" itu.

GENG MELATI

Jika di SMP saya punya Geng Semut, di SMA saya punya Geng Melati. Saya satu-satunya anggota Geng Regu Semut yang juga menjadi anggota Geng Melati.

Berbeda dengan Geng Regu Semut yang semuanya laki-laki, anggota Geng Melati terdiri dari 5 laki-laki dan 3 perempuan.

Geng melati  bermula dari ledekan kawan-kawan SMA kepada kami saat bubaran sekolah, terutama saat menunggu angkutan yang biasa dipakai untuk pulang ke rumah masing-masing. Kami biasa saling ledek khususnya dengan kawan-kawan yang sama seperti kami ngadugdag (pergi pulang) dari desa. Kepada yang biasa menggunakan angkot, kami ledek mereka sebagai si jalan miring, karena selama duduk di angkot tidak menghadap ke depan. Ini terkait dengan posisi jok di angkot yang saling berhadapan. Kepada yang biasa naik Colt kami menyebutnya si Jalan Mundur, karena selalu kebagian jok yang membelakangi supir.

Kami menerima ledekan Geng Melati itu dengan senang hati, tidak ada kata tersinggung. Karena memang kami pergi pulang dengan Bis Melati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun